TEMPO.CO, Jakarta - Penyebaran Covid-19 yang belum melambat membuat pemerintah Indonesia kesulitan memperluas kerja sama koridor penerbangan khusus (Travel Corridor Arrangement/TCA) atau yang biasa disebut travel bubble ke sektor pariwisata.
Juru Bicara Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi, Jodi Mahardi mengatakan TCA masih terbatas dipakai untuk urusan diplomatik maupun perjalanan bisnis esensial ke tiga negara, yaitu Uni Emirat Arab, Korea Selatan, dan beberapa lokasi di Cina.
“Masih dibicarakan lagi di lintas lembaga, termasuk soal wisatawan mancanegara. Butuh kesepakatan bersama dari berbagai parameter,” ujarnya.
Skema penerbangan khusus ini, dipakai untuk negara yang membatasi akses perjalanan udaranya. Dengan protokol pemeriksaan medis yang super ketat untuk penumpangnya. Jodi menyebut TCA harus melalui kesepakatan bilateral yang juga melibatkan Kementerian Luar Negeri. “Pembukaan untuk wisatawan asing harus bertahap, memang didahului dengan perjalanan dinas. Itu pun perlu review dulu.
Dua bulan lalu pemerintah sudah mengungkapkan rencana kolaborasi travel bubble dengan empat negara yakni Cina, Jepang, Korea Selatan, dan Australia. Rencana ini sempat dibawa juga ke rapat terbatas kabinet pada 28 Mei 2020.
Menurut Deputi Bidang Koordinasi Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kemenko Kemaritiman dan Investasi, Odo Manuhutu, saat itu mengatakan keempat negara menjadi penyumbang investasi terbesar ke Indonesia, sehingga cocok jadi sasaran koridor khusus.
Namun, dia belum bisa memperkirakan target realisasi rencana ini, lantaran harus berbasis tren wabah, secara nasional maupun di masing-masing destinasi tujuan.
Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra, membenarkan maskapainya juga melayani TCA untuk urusan kenegaraan dan bisnis. Di segmen carter, Garuda sudah mulai terbang ke Kota Chengdu di Cina sepekan sekali. Anak usaha Garuda, Citilink, pun terbang ke Kota Kunming.
Adapun segmen berjadwal Garuda Indonesia dari dan menuju Cina daratan dibekukan sejak 5 Februari 2020. “Kami masih hold penambahan rute maupun frekuensi,” ucapnya kepada TEMPO.
FRANSISCA CHRISTY ROSANA | YOHANES PASKALIS