TEMPO.CO, Jakarta - Semua lini industri di bidang pariwisata lumpuh karena pandemi Covid-19. Mulai dari layanan hotel, agen perjalanan, penyedia jasa transportasi, pengelola destinsi wisata, bisnis kuliner, para pedagangan di objek wisata, pemandu wisata, pembuat kerajinan untuk cenderamata, sampai agensi penyelenggara acara.
Pimpinan Eksekutif atau CEO Traveloka Experience, Christian Suwarna mengatakan pandemi Covid-19 bukan sesuatu yang normal. "Tidak ada satu pun bisnis yang siap dengan situasi ini," kata dia saat peluncuran Traveloka Clean Partners, Kamis, 13 Agustus 2020.
Wabah corona yang terjadi selama enam bulan terakhir membuaat manusia beradaptasi dengan keadaan. Berbagai upaya dilakukan untuk mencegah penyebaran Covid-19 sembari tetap menggerakkan kegiatan perekonomian. Solusinya, beraktivitas secara terbatas dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketata.
Belakangan, minat bepergian masyarakat pun tumbuh. Tandanya, jumlah penumpang pesawat bertambah. Christian Suwarna mengutip data Badan Pusat Statistik atau BPS yang mencatat jumlah penumpang pesawat terus turun hingga 80 persen selama pandemi Covid-19. "Tapi sekarang perlahan angkanya mulai naik," katanya.
Sejumlah daerah juga mulai membuka kembali destinasi wisata yang sebelumnya tutup total, setidaknya selama tiga bulan. Untuk pemulihan akomodasi, menurut dia, bisnis perhotelan menunjukkan tren yang paling positif.
Tandanya, tren staycation mulai meningkat pada Juni 2020, terutama di kota besar dengan populasi yang banyak. "Staycation menjadi pilihan berlibur yang aman dan tetap memperhatikan protokol kesehatan," katanya.
Christian Suwarna menambahkan, ketika pemerintah melonggarkan Pembatasan Sosial Berskala Besar atau PSBB, perlahan muncul peningkatan aktivitas wisata. "Kalau dulu orang berwisata dengan bepergian naik pesawat, sekarang kami melihat wisata lokal atau staycation yang menjadi pilihan," ucapnya.