TEMPO.CO, Jakarta - Pandemi Covid-19 telah mengubah berbagai cara dalam beraktivitas. Bersekolah, bekerja, ke luar rumah, sampai berwisata. Jika dulu orang berlomba-lomba ingin travelling ke luar negeri, menikmati musim dingin di Eropa, berwisata ke Korea, belanja ke Singapura, kini keinginan wisatawan telah berubah.
Menurut survei Next Decade Travel yang diadakan platform perjalanan digital Agoda, wisatawan yang berusia 35 tahun ke atas kini lebih memilih berjalan-jalan ke destinasi wisata yang dekat dengan tempat tinggal mereka atau objek wisata lokal. Wisatawan dalam kelompok usia 35 sampai 44 tahun menginginkan menjelajah negara dan wilayah sendiri, dengan persentase masing-masing 40 persen dan 42 persen.
Wisatawan asal Cina, Indonesia, Jepang, Malaysia, Filipina, Taiwan, Thailand, Amerika Serikat, dan Vietnam memilih destinasi wisata lokal untuk tiga pilihan perjalanan teratas yang akan dilakukan pada masa mendatang. Suasana berwisata di masa new normal pandemi Covid-19 ini sering juga disebut dengan slow travel.
Slow travel merujuk pada kegiatan wisata yang menghadirkan ketenangan, jauh dari hiruk-pikuk, dan tak jauh dari tempat tinggal wisatawan. Kegiatan slow travel umumnya berupa wisata alam. Nikmati keindahan alam, berhenti sejenak dari kepenatan kerja, dan terhindar dari ancaman penyebaran Covid-19.
Selain membuat diri lebih tenang, slow travel akan membantu geliat ekonomi masyarakat kecil karena wisatawan akan memilih jajan tradisional, toko kecil, bahkan warung makan sederhana. Dalam menjalani slow travel, wisatawan umumnya membawa lebih sedikit barang. Mereka juga bisa jadi sudah menguasai medan dan lingkungan sehingga mengetahui apa saja yang diperlukan.