TEMPO.CO, Jakarta - Destinasi-destinasi wisata utama dunia, mulai membuka dirinya secara bertahap. hotel dan resor dibuka kembali, dan berwisata yang awalnya tak terjangkau oleh kini mulai menjadi kenyataan. Selain mengadopsi protokol kesehatan, mereka juga menggelar berbagai insentif pariwisata.
Cancun, di tenggara Meksiko, telah meluncurkan kampanye insentif pariwisata, "Come to Cancun 2 × 1", yang akan menawarkan dua malam akomodasi gratis untuk setiap dua malam yang dibayar. Cancun juga mengembalikan biaya untuk satu tiket pesawat, bila pengunjung membawa pendamping.
Pada Mei lalu, pemilik kasino Derek Stevens memberikan lebih dari 1.000 tiket penerbangan ke Las Vegas untuk memulai pariwisata domestik di Amerika Serikat. Di Thailand, Cape Fahn Hotel, resor mewah pertama di pulau pribadi Koh Samui, baru-baru ini meluncurkan promosi "Beli 1 Gratis 1" untuk vila dengan kolam renang mewahnya.
Selain mengampanyekan dirinya sebagai negara yang aman untuk dikunjungi, negara-negara itu bahkan bersedia membayar seluruh biaya perawatan medis, bila wisatawan terpapar virus corona. Sebagaimana diberitakan CNN Trave, negara Asia Tengah, Uzbekistan, menawarkan biaya perawatan medis bila wisatawan terjangkit Covid-19 saat berada di negeri itu.
Kampanye "Uzbekistan: Safe Travel Guaranteed" diharapkan dapat meyakinkan para pelancong dengan menjanjikan US$3.000 sebagai kompensasi kepada setiap wisatawan, yang terinfeksi Covid-19 selama masa tinggal mereka.
Demikian halnya Siprus. Negeri itu membuka kembali perbatasannya dengan negara-negara tertentu, dan menjanjikan menutupi biaya penginapan, makanan, minuman, dan obat-obatan bagi pengunjung yang dinyatakan positif virus corona selama mereka tinggal.
Lalu berhasilkan program-program tersebut? Dalam sebuah survei yang dilakukan Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA), 45 persen responden mengatakan mereka berharap untuk melakukan perjalanan dalam beberapa bulan setelah pandemi mereda. Sementara 33 persen lainnya mengindikasikan mereka akan menghindari bepergian di masa depan untuk mengurangi risiko terkena virus.
Joanna Lord, Chief Marketing Officer di mesin pencari perjalanan Skyscanner, mengatakan insentif, khususnya harga yang lebih rendah, adalah cara sederhana dan efektif untuk menciptakan permintaan pada tingkat pertama, tetapi seiring berjalannya waktu, pelancong akan lebih fokus pada keamanan daripada harga.
Makam Timur Lenk di Uzbekistan. Foto: Kalpak Travel
"Dalam jangka pendek, penerbangan dengan potongan harga dan akomodasi cenderung menjadi biasa karena penyedia perjalanan memulai kembali arus kas mereka dengan merangsang permintaan," kata Lord kepada CNN Travel.
Jaminan Keamanan
Dengan belum ditemukannya vaksin virus corona, para wisatawan lebih memilih destinasi yang memberi mereka rasa aman dan nyaman. Menurut David Goodger, direktur Pariwisata Ekonomi, Oxford Economics, keamanan dan kenyaman dapat menyegel kesepakatan bagi pelanggan yang khawatir saat berlibur.
"Masalah keamanan akan lebih penting pada tahap awal pemulihan termasuk jaminan keselamatan, tingkat infeksi rendah, pengujian dan pelacakan di seluruh tujuan, serta langkah-langkah kebersihan tambahan dan langkah-langkah lain untuk membatasi penyebaran," katanya kepada CNN Travel.
"Apa yang dilakukan Uzbekistan pada dasarnya adalah asuransi terhadap Covid, dan menandakan bahwa tujuan tersebut aman untuk dikunjungi, sementara juga menawarkan insentif keuangan," ujarnya.
Senada dengan Goodger, Lori Pennington-Gray, profesor dan direktur Tourism Crisis Management Initiative di University of Florida, juga percaya bahwa, program menjaga turis bila mereka terpapar virus adalah cara positif untuk mendapatkan kembali kepercayaan terhadap destinasi wisata.
Meskipun jelas proses pemulihan pariwisata kemungkinan akan berjalan lambat, mesin pencari destinasi wisata Skyscanner, menunjukkan peningkatan signifikan, "Meskipun ini jelas waktu yang menantang bagi industri, kami telah melihat tunas hijau pemulihan di beberapa pasar dan mengharapkannya untuk mengumpulkan momentum setelah periode perjalanan tentatif," kata Joanna Lord, Chief Marketing Officer Skyscanner.
"Meskipun jumlah pencarian di situs Skyscanner menurun secara global pada awal penguncian pada bulan Maret, kami melihat peningkatan pencarian secara bertahap pada bulan Mei dan Juni di negara-negara seperti Inggris dan Spanyol ketika pembatasan perjalanan mulai mereda," ujarnya.
Kepulauan Balearic di Spanyol.[pixabay]
Lord mengatakan Skyscanner memperlihatkan peningkatan 116,4 persen bulan-ke-bulan dalam pemesanan penerbangan di Inggris antara Mei dan Juni 2020. Sementara angka untuk Spanyol melonjak 144,9 persen bulan-ke-bulan dalam periode yang sama.