TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyatakan segera memfungsikan bangunan bersejarah Hagia Sophia sebagai masjid. Pernyataan itu dia sampaikan beberapa menit setelah pengadilan memutuskan mengubah fungsi Hagia Sophia dari museum menjadi masjid.
Keputusan pengadilan itu dianggap tidak mengejutkan. Musababnya, pada 15 Juli 2020, Erdogan pernah mengatakan ingin melihat Hagia Sophia terbuka sebaga tempat beribadah umat Islam. Mengutip laporan The New York Times, sikap Erdogan memungkinkan memancing reaksi dari masyarakat dunia.
Hagia Sophia adalah bangunan bersejarah bagi umat Kristiani, Muslim, dan telah ditetapkan oleh UNESCO sebagai warisan dunia. Hagia Sophia sama pentingnya bagi umat Kristiani dan Muslim karena memiliki arti religius dan simbol dari masing-masing kepercayaan.
Selama 85 tahun Hagia Sophia menjadi bangunan yang mencerminkan kerukunan sekaligus wujud sekularisme -atau sebagian orang menganggapnya sebagai modernisme, dari Presiden Mustafa Kemal Ataturk. Bangunan ini memiliki sejarah panjang dari Kekaisaran Bizantium, Kesultanan Utsmaniyah, hingga menjadi pemerintahan Turki yang sekarang.
Museum Hagia Sophia di Istanbul, Turki. TEMPO | Astari P. Sarosa
Pada mulanya Hagia Sophia adalah sebuah gereja. Namun saat terjadi kerusuhan, bangunan itu berbakar dan mengalami kerusakan berat. Di bawah kepemimpinan Theodosius II, Hagia Sophia kembali dibangun dan menjadi gereja kuno yang sangat besar (basilica). Lagi-lagi bangunan ini dibakar dalam pemberontakan Nika melawan Justinian pada 523.
Setelah menaklukkan Konstantinopel pada tahun 1453, kemudian masuklah Kesultanan Utsmaniyah atau kerap disebut Kekaisaran Ottoman ke Turki. Sultan Ottoman Mehmed II yang berkunjung ke Hagia Sophia saat itu memerintahkan agar bangunan tersebut diubah menjadi sebuah masjid.
Hingga masuk pemerintahan Turki, Presiden Mustafa Kemal Ataturk mengubah fungsi Hagia Sophia sebagai museum pada 1935. Hagia Sophia lantas menjadi destinasi wisata populer di Turki dan UNESCO mendaulatnya sebagai salah satu warisan dunia.
AL JAZEERA | THE NEW YORK TIMES