Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Salju di Papua Jadi Guyon di Eropa, 3 Abad Baru Terbukti

image-gnews
Puncak Carstensz. carstensz-expedition.com
Puncak Carstensz. carstensz-expedition.com
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Saat abad 17, wilayah Papua tak luput dari pelayaran para penjelajah samudera pemburu rempah-rempah. Namun Papua pada abad itu, belumlah dilirik. Fungsinya hanya sekadar singgah mengangkut perbekalaan. Mata bangsa Eropa masih tertuju pada Ternate, Tidore, Maluku dan sekitarnya. Apalagi melirik adanya salju di Papua.

Pesisir barat Papua, meskipun masuk ke dalam Kesultanan Tidore tak diganggu sama sekali. Bahkan kontrak antara Sultan Saifudin dari Kesultanan Tidore kemudian melakukan sebuah perjanjian dengan Laksamana Speelman dari VOC pada 13 Maret 1667.

Isinya, VOC mengakui hak-hak dan kedaulatan Kesultanan Tidore atas wilayah Papua. Sedangkan bagi Belanda, mereka diberikan hak monopoli perdagangan rempah-rempah di wilayah Kesultanan Tidore.

Sebelumnya, kapal-kapal Eropa telah lalu lalang di Papua. Pada tahun 1606, kapal-kapal Belanda pertama berlayar di sepanjang pesisir Papua, “Pada masa itu, Belanda telah mengambil alih kendali lalulintas perdagangan cengkeh dari Portugis, Spanyol dan Inggris,” ulas arkeolog Hari Suroto kepada TEMPO.

Namun, di antara para pelaut Belanda yang dikagumi di daratan Eropa karena keberaniannya, Jan Carstenz sebaliknya, ia jadi bahan tertawaan. Kisahnya, saat melayari sisi selatan Laut Arafura, ia meneropong dataran Papua yang hijau. Ia melihat pemandangan epik: rimba belantara dengan gunung berpuncak salju. Tentu itu bukan Alpen, dan yang pasti ada salju di khatulistiwa. Bila ia kagum, tidak dengan koleganya di Belanda. Segera saja kisahnya jadi tertawaan orang Eropa.

Puncak tertinggi yang dilihat Carstensz itu sekarang dikenal dengan nama Puncak Carstensz. Bila Belanda tak segera melihat potensi Papua, mungkin saja guyonan soal salju di khatulistiwa itu lebih awet lagi. Namun Belanda segera sadar, Papua yang subur juga diincar bangsa lain.

Belanda mendengar pada tahun 1884, pemerintah kolonial Inggris di Port Moresby, memproklamasikan bahwa wilayah bagian tenggara Nugini menjadi wilayah kekuasaanya. Tahun yang sama pula, bendera Jerman dikibarkan di timur laut Nugini. Dua raksasa Eropa ada Nugini, membuat Belanda tersadar.

Belanda kemudian bertindak cepat jika tidak ingin Nugini bagian barat jatuh kepada kekuasaan bangsa Eropa lainnya. Belanda mengklaim mulai Raja Ampat hingga 141 derajat di bagian timur (garis yang membentang antara timur Kota Jayapura hingga ke Merauke) menjadi wilayah kekuasaannya.

Taman Nasional Lorentz. Situs KLHK

Garis batas antara Papua dengan Papua Nugini disahkan pada 16 Mei 1895 di s’Gravenhage Belanda. Perbatasan yang memisahkan daerah Papua dengan Papua Nugini, dinyatakan dalam Staatsblad van Nederlandsch-Indie, 1895, No. 220 dan 221. Klaim Belanda ini akhirnya diakui oleh Inggris pada 1895, diikuti oleh pengakuan Jerman pada tahun 1910. Garis batas internasional ini masih berlaku hingga saat ini, yang memisahkan negara Papua Nugini dan Provinsi Papua, Indonesia.

Ternyata Cartensz Benar

Untuk meneguhkan klaimnya atas Papua, orang-orang Belanda mulai melakukan ekspedisi. Dan tentu saja di awal abad 20, perlengkapan untuk menjelajahi pedalaman Papua kian andal. Bedil sudah menggunakan kokang, bukan lagi dikocok, dengan mesiu yang aman terbungkus proyektil.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kisah-kisah mengenai Papua dan tentu saja gunung bersalju, membuat ilmuwan petualang Belanda tertantang. Salah satunya H. A. Lorentz.

Demi kebanggaan nasionalismenya, Belanda bertekad wilayah pegunungan bersalju di daerah tropis Papua haruslah ditaklukkan pertama kali oleh orang Belanda, bukan oleh orang Eropa lainnya. Lorentz pun memimpin sebuah ekspedisi pada 1907. Ekspedisi itu bahkan dikawal satu detasemen militer yang tangguh, untuk melindungi para anggota tim dari kemungkinan serangan suku-suku di pedalaman Papua.

Lorentz dan timnya memulai perjalanan dari pesisir tenggara. Mereka menyusuri hulu Sungai Noord atau Sungai Utara dengan perahu – yang kemudian hari dikenal sebagai Sungai Lorentz. Selanjutnya perjalanan diteruskan dengan jalan kaki membelah hutan hujan tropis perawan. Perjalanan mereka akhirnya terhenti oleh penyakit beri-beri, karena kekurangan bekal dan asupan vitamin. Petualangan pertama itu gagal, namun Lorentz berhasil pada sisi lain: berhasil mengidentifikasi flora dan fauna Papua secara ilmiah.

Mereka juga berhasil memetakan area yang lumayan luas, untuk ekspedisi berikutnya. Tim itu juga berhasil menggambarkan perbedaan budaya antara suku Papua pedalaman dan pesisir.

Dua tahun kemudian Lorentz. Ia bertekad menyentuh pegunungan salju di negeri tropis. Rute sebelumnya mereka runut kembali. Apalagi mereka sudah dikenal baik oleh Suku Nduga dan Dani. Mereka bahkan dijamu dengan dua ekor babi.

Semakin dalam menusuk pedalaman Papua, Lorentz menemukan keragaman hayati dibanding ekspedisi sebelumnya. Kali ini, ia berhasil mengumpulkan spesimen tumbuhan dan hewan dataran tinggi.

Perjalanan mereka tak sia-sia, suatu hari, setelah berjalan di belantara hutan yang kian renggang dan oksigen yang tipis, tanah basah yang mereka injak bersemu putihnya salju. Makin lama salju kian tebal, dan saat mendongak mereka bertemu pemandangan kolosal: hamparan salju di lereng gunung. Gunung bersalju ini kemudian diberi nama dengan nama Ratu Belanda, Wilhelmina.

Barisan Sudirman di Puncak Jaya memiliki salju abadi. Foto: Arfani Mujib/Wikipedia

Meskipun tak sampai puncak, mereka telah memenuhi target utama yaitu menginjak gunung bersalju di daerah tropis. Posisi Belanda pun kian elit di mata negara-negara koloial di Eropa. Kini pegunungan bersalju di Papua merupakan bagian dari kawasan Taman Nasional Lorentz, yang telah diakui oleh UNESCO. Nama itu, tentu saja dari Hendrikus Albertus Lorentz.

Catatan redaksi: Diolah dari tulisan arkeolog Hari Suroto.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


16 Kampung di Distrik Kokoda Utara Papua Belum Mendapat Akses Air Bersih dan Listrik

1 hari lalu

Dua anak membawa air dari sumber mata air di Desa Selomukti, Mlandingan, Situbondo, Jawa Timur, Senin, 18 September 2023. Sebanyak 252 kepala keluarga Dusun Jerugen desa tersebut kesulitan air bersih untuk kebutuhan minum dan terpaksa mengambil air di sumber mata air dengan jarak sekitar dua kilometer dari rumahnya. ANTARA FOTO/Seno
16 Kampung di Distrik Kokoda Utara Papua Belum Mendapat Akses Air Bersih dan Listrik

Masyarakat Distrik Kokoda Utara meminta pemerintah daerah memperhatikan kebutuhan dasar mereka berupa air bersih dan listrik.


Penjelasan KPU dan Polda soal Proses Rekapitulasi di Papua

2 hari lalu

Ketua KPU Hasyim Asy'ari (tengah), bersama Anggota KPU August Mellaz (kiri) dan Sekretaris Jenderal KPU Bernad Dermawan Sutrisno (kanan) memberikan keterangan pers di Kantor KPU, Jakarta, Selasa, 26 Desember 2023. Berdasarkan Peraturan KPU terdapat tiga metode pemungutan suara di luar negeri yakni melalui TPS luar negeri, kotak suara keliling dan metode pos yang akan dikirim pada 2-11 Januari 2024 ke pemilih sehingga KPU memutuskan kasus viral surat suara yang sudah dikirim ke pemilih di Taiwan sebelum waktu yang ditentukan dianggap sebagai surat suara rusak. TEMPO/M Taufan Rengganis
Penjelasan KPU dan Polda soal Proses Rekapitulasi di Papua

KPU mengklaim Provinsi Papua telah siap melakukan rekapitulasi penghitungan suara tingkat nasional.


KPU Sebut Papua Siap Ikuti Rapat Pleno Rekapitulasi Perhitungan Suara

2 hari lalu

Anggota Komisi Pemilihan Umum atau KPU RI, August Mellaz, saat ditemui di kawasan Menteng, Jakarta Pusat pada Selasa, 12 Maret 2024. TEMPO/Amelia Rahima Sari
KPU Sebut Papua Siap Ikuti Rapat Pleno Rekapitulasi Perhitungan Suara

August Mellaz menyatakan bahwa KPU Provinsi Papua sudah siap mengikuti rapat pleno rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara nasional


Mama-Mama Papua Keluhkan Kondisi Pasar di Merauke, Sebut Tak Diperhatikan Sejak Pemberlakuan Otsus

3 hari lalu

Ikatan Pedagang Mama-mama Asli Papua atau IPM2AP mendesak Pemerintah Merauke untuk menyediakan pasar yang layak dan memperhatikan pedagang asli Papua. Foto: Istimewa
Mama-Mama Papua Keluhkan Kondisi Pasar di Merauke, Sebut Tak Diperhatikan Sejak Pemberlakuan Otsus

Ikatan Pedagang Mama-mama Asli Papua menilai pemerintah Merauke gagal menyediakan pasar yang mampu menjawab tantangan dan persoalan ekonomi


Dinas Kesehatan Sorong Selatan Temukan 47 Kasus Malaria pada Januari-Maret

3 hari lalu

Nyamuk malaria (Reuters Photo/Paulo Whitake
Dinas Kesehatan Sorong Selatan Temukan 47 Kasus Malaria pada Januari-Maret

Plt Kepala Dinas Kesehatan Sorong Selatan, Marthina Atanay, mengatakan seluruh kasus malaria tersebut sudah ditindaklanjuti puskesmas setempat.


Alasan Masyarakat Adat Suku Awyu Mengajukan Kasasi ke Mahkamah Agung

3 hari lalu

Hendrikus Woro hadir menggunakan pakaian adat sebagai saksi sidang kasus pencabutan izin kawasan hutan di Pengadilan Tinggi Usaha Negara (PTUN) Jakarta, Selasa 11 Juli 2023. Agenda sidang hari ini pemeriksaan saksi, Kuasa Hukum tergugat menghadirkan dua perwakilan masyarakat adat Suku Awyu. TEMPO-Magang/Andre Lasarus Benny
Alasan Masyarakat Adat Suku Awyu Mengajukan Kasasi ke Mahkamah Agung

Masyarakat adat suku Awyu mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung dalam sengketa izin lingkungan perusahaan sawit PT ASL di Boven Digoel, Papua Selatan.


Anggota Basarnas Papua Meninggal Akibat Jatuh dari Tower Telekomunikasi saat Selamatkan Warga

4 hari lalu

Petugas BPBD, Basarnas dan Dinas Pemadam Kebakaran mengevakuasi pohon tumbang pascaputing beliung di Jalan Nasional Bandung Garut di Rancaekek, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Rabu, 21 Februari 2024. BPBD Provinsi Jawa Barat tengah mendata kerusakan bangunan dan korban akibat bencana puting beliung yang terjadi di Rancaekek pada Rabu petang tersebut. ANTARA/Raisan Al Farisi
Anggota Basarnas Papua Meninggal Akibat Jatuh dari Tower Telekomunikasi saat Selamatkan Warga

Seorang anggota Basarnas meninggal dunia saat selamatkan warga di Tower Telekomunikasi Gunung Sabron Yaru, Papua.


Pembina Pramuka di Papua Diduga Lakukan Pelecehan Seksual Terhadap 7 Siswi SMK

4 hari lalu

ilustrasi pelecehan seksual (pixabay.com)
Pembina Pramuka di Papua Diduga Lakukan Pelecehan Seksual Terhadap 7 Siswi SMK

Polda Papua akan melakukan pemeriksaan psikologi terhadap 7 korban pelecehan seksual yang dilakukan oleh seorang Pembina Pramuka.


Didakwa Jaksa Terima Gratifikasi Rp 5,7 Miliar, Bekas Kadis PUPR Papua Minta Dibebaskan

5 hari lalu

Terdakwa Kepala Dinas PUPR dan pejabat pembuat komitmen Pemprov Papua, Gerius One Yoman, mengikuti sidang pembacaan surat tuntutan di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta, Senin, 4 Maret 2024. Jaksa Penuntut Umum KPK menuntut Gerius One Yoman, pidana penjara badan selama 7 tahun, denda Rp.350 juta subsider 4 bulan kurungan dan pidana tambahan membayar uang pengganti Rp.4.595.507.228 dalam perkara tindak pidana korupsi pemberian dan penerimaan hadiah atau janji dan gratifikasi terkait proyek pembangunan infrastruktur di Provinsi Papua, yang melibatkan almarhum mantan Gubernur Papua, Lukas Enembe. TEMPO/Imam Sukamto
Didakwa Jaksa Terima Gratifikasi Rp 5,7 Miliar, Bekas Kadis PUPR Papua Minta Dibebaskan

Bekas Kadis PUPR Papua Gerius One Yoman didakwa menerima gratifikasi satu unit apartemen di Jakarta serta uang miliaran rupiah.


TNI Anggap Tudingan Kontras soal Koops Habema Tingkatkan Konflik di Papua Tidak Berdasar

13 hari lalu

Panglima TNI Agus Subiyanto dan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto di Markas Besar TNI pada Rabu, 28 Februari 2023, di kawasan Cilangkap, Jakarta Timur. Tim Prabowo
TNI Anggap Tudingan Kontras soal Koops Habema Tingkatkan Konflik di Papua Tidak Berdasar

Kontras menuding Koops Habema akan memperkeruh situasi keamanan di Papua. Berpotensi menambah jumlah korban, baik dari kalangan militer maupun sipil.