TEMPO.CO, Jakarta - Pariwisata diharapkan pemerintah India, mampu menggerakkan ekonomi yang menyusut akibat pandemi virus corona. Objek-objek wisata utama secara bertahap dibuka, termasuk Taj Mahal.
Namun Taj Mahal batal dibuka karena terjadi peningkatan drastis kasus virus corona (Covid-19) harian. Kementerian Kesehatan India menjelaskan, sempat terjadi dalam satu hari lonjakan tertinggi hampir 25.000 kasus virus corona, seperti dilaporkan Free Malaysia Today. Itu adalah jumlah terbesar sejak kasus pertama terdeteksi pada akhir Januari.
Sebab itu, rencana pembukaan kembali Taj Mahal urung. Sebelumnya, pemerintah sempat memberi izin untuk membuka kembali Senin, 6 Juli 2020. Tetapi akhirnya pun batal.
Taj Mahal telah ditutup pada pertengahan Maret. Langkah penutupan untuk mencegah penyebaran virus corona. Menurut dokumen Hakim Distrik Agra Prabhu N. Singh menjelaskan, bahwa Taj Mahal masuk dalam zona penahanan. Adapun zona penahanan adalah tempat tingkat infeksi tinggi telah terdeteksi, semua aktivitas dihentikan, kecuali layanan penting.
Berdasarkan dokumen itu, beberapa destinasi bersejarah lain juga tetap ditutup, seperti Benteng Agra, Sikandra Bagh, makam Kaisar Mughal Akbar Agung. Penutupan seluruh destinasi itu karena berada di kawasan yang padat penduduk.
Penerbangan internasional tetap ditunda. Tetapi perjalanan domestik telah dibuka, yang merupakan bagian dari rencana memulihkan kunjungan wisata. Tapi pun terpaksa batal, karena Senin, 6 Juli, jumlah kasus baru virus corona berjumlah 24.800 dalam satu hari, seperti dikutip The News Daily. Agra adalah salah satu klaster besar virus corona di India.
"Demi kepentingan publik, telah diputuskan bahwa pembukaan monumen di Agra tidak akan disarankan pada saat ini," menurut keterangan pemerintah setempat.
FREE MALAYSIA TODAY | THE NEWS DAILY