Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Tak Kalah dengan Jepang, Ribuan Ikan Ada di Kali Gajah Wong

image-gnews
Bendung Lepen Giwangan Yogya menjadi spot menarik wisatawan yang ingin menikmati suasana kampung asri dan kali yang jernih dengan banyak ikan. TEMPO/Pribadi Wicaksono
Bendung Lepen Giwangan Yogya menjadi spot menarik wisatawan yang ingin menikmati suasana kampung asri dan kali yang jernih dengan banyak ikan. TEMPO/Pribadi Wicaksono
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Kota Tsuwano di Prefektur Shimane, Jepang, terkenal dengan saluran airnya yang jernih. Ikan-ikan koi berenang dengan elok di selokan yang jernih itu. Nah, bila ingin pemandangan serupa -- meskipun tak sama -- ada di Yogyakarta.

Sebuah spot menarik berwujud saluran irigasi nan asri dikembangkan warga di perkampungan Mrican, kampung Giwangan Kecamatan Kota Yogyakarta.

Spot yang dinamai warga setempat Bendung Lepen Mrican Youth itu berada di pinggiran Kali Gajah Wong, yang membelah perkampungan padat Kota Gudeg. Saluran irigasi itu mengairi lahan pertanian hingga di Kabupaten Bantul.

Baca: Yogyakarta Akan Poles Kali Gajah Wong Jadi Wisata Susur Sungai

Tak hanya airnya yang mengalir jernih dan membuat hati adem. Namun di saluran air itu ada ribuan ikan nila berwarna jingga, yang bergerak tak henti. Kawanan ikan itu membuat warga betah berlama-lama duduk di pinggiran saluran itu.

"Kami punya mimpi menjadikan tiap kawasan bantaran sungai di Yogya tidak ada yang kumuh lagi, namun bisa menjadi tempat berwisata baru dengan menjadikan sungai sebagai beranda depan permukiman warga pinggir kali. Seperti Bendung Lepen ini," ujar Wakil Wali Kota Yogyakarta Heroe Poerwadi, Minggu, 5 Juli 2020.

Heroe menuturkan, konsep Bendung Lepen lahir berkat inisiasi warga dan komunitas sungai yang tergabung dalam Forum Komunikasi Daerah Aliran Sungai (Forsidas) Gajah Wong. Komunitas ini berperan besar melakukan penyadaran untuk pelestarian sungai.

Dari kesadaran itu, warga khususnya Karang Taruna Mrican Giwangan, Pemerintah Kota Yogyakarta dan Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) bekerja sama mewujudkan kawasan yang semula kumuh dan penuh sampah itu menjadi asri dan hidup.

Heroe mengatakan saat ini pemerintah Kota Yogyakarta dan Pemda DIY juga masih melanjutkan pengembangan kawasan Bendung Lepen di Mrican Giwangan, agar terintegrasi dengan kawasan pusat kerajinan perak, Pandeyan, Kotagede yang berada di sisi seberang sungai Gajah Wong itu.

Integrasi dua wilayah itu ke depan ditargetkan melahirkan sebuah objek wisata baru bernama Taman Legawong atau kependekan dari Ledhok Gajah Wong.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Di Taman Legawong nanti dirancang agar wisatawan bisa naik perahu melintasi Kali Gajah Wong, tepatnya di bawah jembatan Tegal Gendu Kotagede. Kawasan itu juga akan dilengkapi sarana seperti flying fox dan pusat kuliner tradisional.

"Kalau sekarang ini potensinya kan masih kuliner, pengrajin, juga situs Cinde Amoh, serta kampung sayur dan lorong buah, nanti saat integrasi bisa lebih luas lagi yang bisa digarap warga," ujarnya.

Heroe mengatakan saat ini kawasan itu masih dikelola secara terpisah. Walau sudah menjadi tempat warga untuk bermain dan berwisata, "Saat semua bantaran tergarap potensinya, kami bisa memiliki lebih banyak alternatif dan ikon wisata kota yang baru, sehingga wisatawan tak hanya terpusat di Malioboro dan sekitarnya saja," ujarnya.

Warga Kampung Mrican, Suradianto menuturkan sebelum mulai ditata tahun 2019 lalu, Bendung Lepen ini memang cukup kotor. Sehingga dari warga sepakat target pertama membersihkan dulu seluruh sampah yang ada.

Forum Komunikasi Daerah Aliran Sungai (Forsidas) Gajah Wong berhasil mengubah kali kotor menjadi objek wisata. Foto: TEMPO/Pribadi Wicaksono

Lalu muncul inisiatif memberinya ikan di saluran yang sudah bersih itu. Awalnya diberi ikan 125 kilogram. Saat ini sudah 600 kilogram atau 6 kuintal ikan yang disebar di saluran air, yang diberi sekat sekat sepanjang 80 meter itu, "Ikan-ikan ini awalnya swadaya masyarakat," ujarnya.

Wisatawan yang hendak memberi pakan ikan-ikan itu pun sudah disediakan oleh warga. Setiap harinya setidaknya disediakan 10 kilogram pakan ikan nila atau pellet.

PRIBADI WICAKSONO

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Sultan Hamengku Buwono X Heran Kasus Antraks di Sleman dan Gunungkidul Muncul Kembali, Karena Tradisi Ini?

1 jam lalu

Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono X (kiri) dan  Wakil Gubernur DIY Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo (KGPAA) Paku Alam X (kanan) memberikan keterangan kepada wartawan usai pelantikan Gubernur dan Wakil Gubernur DIY di Istana Negara, Jakarta, Senin 10 Oktober 2022. Presiden Joko Widodo melantik Sri Sultan Hamengku Buwono X dan KGPAA Paku Alam X sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DIY masa jabatan 2022-2027 sesuai dengan Undang-Undang No. 13/2012 tentang Keistimewaan DIY. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
Sultan Hamengku Buwono X Heran Kasus Antraks di Sleman dan Gunungkidul Muncul Kembali, Karena Tradisi Ini?

Sultan Hamengku Buwono X mengaku heran karena kembali muncul kasus antraks di Sleman dan Gunungkidul Yogyakarta. Diduga karena ini.


Dian Sastro dan Nicholas Saputra Berpasangan dalam 5 Film, Bukan Cuma Ada Apa dengan Cinta

2 jam lalu

Pemeran film romantis yang populer di tahun 2002, Ada Apa Dengan Cinta, Dian Sastrowardoyo dan Nicholas Saputra menghadiri konfrensi pers film Ada Apa Dengan Cinta 2 di The Hall Senayan City, Jakarta, 15 Februari 2016. TEMPO/Nurdiansah
Dian Sastro dan Nicholas Saputra Berpasangan dalam 5 Film, Bukan Cuma Ada Apa dengan Cinta

Dian Sastro dan Nicholas Saputra kerap dipasangkan dalam sebuah produksi film. Setelah Ada Apa dengan Cinta, berikut film lainnya mereka berdua.


Berburu Kuliner Ramadan Tak Harus di Hotel atau Restoran, di Pinggir Kali Juga Seru

6 jam lalu

Suasana pasar Ramadan di pinggir Kali Code Yogyakarta. (Dok. Istimewa)
Berburu Kuliner Ramadan Tak Harus di Hotel atau Restoran, di Pinggir Kali Juga Seru

Pasar Ramadan Taman Perwira Lembah Code jadi spot berburu berbagai takjil dan kuliner berbuka puasa.


Razia Jam Malam di Yogyakarta selama Ramadan, Anak Usia Sekolah jadi Sasaran

22 jam lalu

Razia Jam Malam Anak di Kota Yogyakarta digencarkan selama bulan Ramadan 2024 untuk mencegah kejahatan jalanan. (Dok. Istimewa)
Razia Jam Malam di Yogyakarta selama Ramadan, Anak Usia Sekolah jadi Sasaran

Razia jam malam di Yogyakarta untuk mengantisipasi kejahatan dan kekerasan jalanan atau klitih yang berulang, pelakunya sering kali di bawah 18 tahun.


7 Pilihan Bus Rute Bogor-Yogyakarta dengan Harga Terjangkau

1 hari lalu

Sleeper Bus buatan Laksana tampil di GIIAS 2019. TEMPO/Muhammad Kurniato
7 Pilihan Bus Rute Bogor-Yogyakarta dengan Harga Terjangkau

Ada beberapa pilihan bus rute Bogor Yogyakarta yang bisa Anda coba. Harga tiketnya mulai dari Rp180 ribu saja. Ini informasi lengkapnya.


Ngabuburit di Candi Prambanan dan Ratu Boko, Ini Menu Berbuka yang Bisa Dinikmati

3 hari lalu

Sederet menu berbuka puasa di Candi Ratu Boko dan Prambanan. (Dok. Istimewa)
Ngabuburit di Candi Prambanan dan Ratu Boko, Ini Menu Berbuka yang Bisa Dinikmati

Wisatawan yang menunaikan ibadah puasa di Yogyakarta, ada sejumlah spot menarik untuk ngabuburit dan berbuka puasa yang jadi pilihan. Salah satunya di Candi Ratu Boko maupun di Candi Prambanan, Sleman Yogyakarta.


Aksi Sejagad Matinya Demokrasi Era Jokowi di Yogyakarta: Pemilu Terburuk Sepanjang Sejarah Indonesia

3 hari lalu

Massa membawa replika batu nisan makam di Aksi Sejagad : 30 Hari Matinya Demokrasi di Rezim Jokowi di depan Istana Kepresidenan Gedung Agung Yogyakarta Kamis sore 14 Maret 2024. Tempo/Pribadi Wicaksono
Aksi Sejagad Matinya Demokrasi Era Jokowi di Yogyakarta: Pemilu Terburuk Sepanjang Sejarah Indonesia

Aksi Sejagad: 30 Hari Matinya Demokrasi di Era Kepemimpinan Jokowi di Yogyakarta sebut Pemilu 2024 sebagai pemilu terburuk sepanjang sejarah Indonesia


Ramadan di Yogyakarta Diwarnai Kasus Antraks, Tradisi Berbahaya Ini Diminta Dihilangkan

3 hari lalu

Pemantauan daging segar oleh Pemkot Yogyakarta di pasar rakyat saat Ramadhan. (Dok. Istimewa)
Ramadan di Yogyakarta Diwarnai Kasus Antraks, Tradisi Berbahaya Ini Diminta Dihilangkan

Kasus suspek antraks di Sleman dan Gunungkidul, Yogyakarta, itu diduga kembali terjadi karena adanya tradisi purak atau brandu yang berbahaya.


Banjir Semarang Surut Akhir Pekan Ini, Perjalanan Kereta Api Area Daop 6 Yogyakarta Kembali Normal

3 hari lalu

Sebuah loko kereta api terjebak banjir di  emplasemen Stasiun Tawang Bank Jateng, Semarang, Kamis, 14 Maret 2024. Banjir melumpuhkan aktifitas di stasiun ini, rute kereta yang melintasi kota Semarang dialihkan ke jalur selatan Jawa Tengah. Foto : Budi Purwanto
Banjir Semarang Surut Akhir Pekan Ini, Perjalanan Kereta Api Area Daop 6 Yogyakarta Kembali Normal

Bersamaan dengan surutnya banjir Semarang, Daop 6 kembali menjalankan kereta api yang sempat dihentikan operasinya.


Rekomendasi 7 Tempat Ngabuburit di Yogyakarta

4 hari lalu

Masyarakat berdatangan ke Kampoeng Ramadhan Jogokariyan Masjid Jogokariyan. Dok. Istimewa
Rekomendasi 7 Tempat Ngabuburit di Yogyakarta

Ini sejumlah tempat menarik di Yogyakarta untuk ngabuburit