TEMPO.CO, Jakarta - Thailand memperbolehkan kedatangan turis mancanegara termasuk pelancong dari Cina, untuk urusan medis. Namun, kunjungan mereka harus mengikuti aturan karantina 14 hari. Industri pariwisata medis Thailand termasuk salah satu yang terkenal. Negeri itu memiliki layanan medis kenamaan salah satunya, metode in vitro fertilization (IVF) atau bayi tabung.
"Sekitar 30.000 pelancong mancanegara ini adalah wisatawan medis dan kesehatan, mereka mencari operasi kosmetik atau perawatan kesuburan, kata Taweesilp Visanuyothin, juru bicara Centre for Covid-19 Situation Administration, seperti dilaporkan oleh South China Morning Post, belum lama ini.
Taweesilp Visanuyothin menjelaskan, para pelancong dengan kebutuhan medis, antara lain perawatan infertilitas, operasi kosmetik hidung dan mata, boleh berkunjung ke Thailand, "Hanya beberapa program wisata medis, tidak semuanya yang diizinkan," ujarnya, dikutip dari Bangkok Post.
Baca: NTB Kini Jadi Destinasi Wisata Medis
Wisata medis diperbolehkan kembali. Sebelumnya wisata jenis ini belum dibuka kembali, karena pemerintah Thailand telah melarang penerbangan internasional sejak April. Tapi kini 50.000 pelancong mancanegara boleh berkunjung, termasuk yang memiliki izin keperluan bekerja, tempat tinggal, dan keluarga di negara itu. Skema karantina diterapkan terkait hal itu.
Proposal perjalanan telah dibahas dalam pertemuan kabinet yang dipimpin oleh Perdana Menteri Prayuth Chan-o-cha, pada Senin, 29 Juni 2020.
Pengunjung bisnis dari Jepang, Korea Selatan, Singapura, Cina daratan, dan Hong Kong bisa dibebaskan dari masa karantina dua pekan. Tetapi, itu jika mereka memiliki surat keterangan yang menunjukkan bebas dari virus corona, yang diuji lagi saat kedatangan.
Kepala Otoritas Pariwisata Thailand Yuthasak Supasorn mengatakan rincian tergantung pada lama masa tinggal pengunjung. Tempat dan durasi karantina mereka, serta asuransi kesehatan dan sistem pelacakan mereka, juga harus dinyatakan.
“Pemerintah memprioritaskan keselamatan. Ini juga memprioritaskan negara-negara yang secara efektif mengekang pandemi virus corona. Tetapi kita juga harus mempertimbangkan hubungan ekonomi,” kata Yuthasak.
SOUTH CHINA MORNING POST | BANGKOK POST