TEMPO.CO, Jakarta - Saban tahun, seluruh Amerika Serikat libur nasional pada 19 Juni. Pada hari itu, di tahun 1865, semua orang kulit hitam yang diperbudak dibebaskan dari perbudakan.
Hari itu lalu disebut sebagai Juneteenth, yang dirayakan orang-orang Afro-Amerika dengan acara masak-memasak, parade, festival komunitas, menyanyikan lagu "Lift Ev'ry Voice and Sing" dengan penuh perasaan.
Juneteenth atau Hari Kebebasan – meskipun akarnya adalah penghapusan perbudakan yang epik – menjadi rutinitas. Namun, pada 2020, Juneteenth bukan lagi perayaan biasa. Pasalnya kematian warga kulit hitam Minnesota George Floyd oleh poisi kulit putih AS, Derek Chauvin, menciptakan gelombang protes di seluruh negeri, bahkan dunia.
Selain Floyd, diskriminasi terhadap warga Afro-Amerika dalam pencegahan virus corona, membuat banyak orang kulit putih Amerika, menyadari pentingnya Juneteenth.
Baca: Inilah Festival Kelas Dunia yang Harus Disaksikan pada 2020
"Ini adalah salah satu pertama kalinya sejak 60-an, di mana permintaan global, permintaan antargenerasi, permintaan multiras untuk perubahan sistemik," kata pakar segregasi dari Cornell University Profesor, Noliwe Rooks.
"Ada beberapa pemahaman dan pengakuan pada titik ini, bahwa ada sesuatu dalam DNA negara yang harus dibatalkan."
Kathy Boyum (kiri) dipeluk oleh Jeffrey Edwards saat ikut ambil bagian dalam Juneteenth, atau yang biasa disebut Hari Kebebasan atau Hari Emansipasi guna memperingati akhir perbudakan di Texas pada 1865 di Minneapolis, Minnesota, AS, 19 Juni 2020. REUTERS/Eric Miller
Perayaan Lebih Multiras
Perayaan Juneteenth, pada Jumat, 19 Juni 2020, ditandai dengan pawai warga dari Pantai Timur hingga Pantai Barat AS. Diriuhkan pula dengan demonstrasi pembangkangan sipil, bersamaan dengan ekspresi kegembiraan warga Afro-Amerika.
Serangkaian pembunuhan oleh polisi terhadap warga kulit hitam, menurut Al Jazeera, menjadikan perayaan Juneteenth cenderung lebih multiras.
"Saya pikir tahun ini akan menarik untuk membuat orang kulit putih merayakan dengan kami, bahwa kita bebas," kata veteran tentara David J Hamilton III yang berusia 35 tahun kepada kantor berita The Associated Press. Hamilton telah mengorganisir pawai Juneteenth dan protes melalui lingkungan yang didominasi orang kulit hitam, Hispanik dan imigran di wilayah Brooklyn di New York.
Hamilton, yang berkulit hitam, mengatakan tahun ini adalah pertunjukkan pertamanya "Juneteenth dengan perayaan yang sama dengan Fourth of July atau Memorial Day".
Usher Raymond IV, seorang musisi pop dengan karir selama puluhan tahun, menulis tentang pertama kali ia mengenakan kemeja Juneteenth, yang dengan tanda coretan pada tulisan 4 Juli.
Tanggal "kemerdekaan untuk rakyat kami, orang kulit hitam, sebenarnya 19 Juni 1865: hari ketika berita Proklamasi Emansipasi akhirnya mencapai beberapa orang terakhir di Amerika yang masih dalam perbudakan".
Di Tulsa, sehari sebelum kampanye presiden yang direncanakan pada hari Sabtu, 20 Juni 2020, untuk Donald Trump, Pendeta Al Sharpton dan Tiffany Crutcher, saudara kembar dari seorang pria kulit hitam yang dibunuh oleh seorang perwira polisi kota pada tahun 2016, merencanakan ceramah mengenai konsekuensi prasangka rasial.
Beccasodes, yang tidak memberikan nama asli, berbicara kepada pengunjuk rasa saat ikut ambil bagian dalam Juneteenth, atau yang biasa disebut Hari Kebebasan atau Hari Emansipasi, di Baltimore, Maryland, AS, 19 Juni 2020. REUTERS/Rosem Morton
Mereka berceramah di distrik Greenwood, di situs yang dikenal sebagai Black Wall Street, di mana puluhan blok bisnis milik warga Afro-Black dihancurkan oleh massa kulit putih, dalam kerusuhan ras yang mematikan hampir seabad yang lalu.
Di Washington, DC, dan di seluruh negeri, aktivis yang berafiliasi dengan gerakan Black Lives Matter menjadi tuan rumah. Mereka menggelar Juneteenth secara live maupun virtual untuk merayakan sejarah perjuangan pembebasan Afro-Afrika. Menurut Al Jazeera, sebanyak 275 acara perayaan Juneteenth dihelat di 45 negara bagian.