TEMPO.CO, Jakarta - Menggerakkan ekonomi di masa pandemi, perlu strategi. Salah satunya dengan membuat gelembung perjalanan atau travel bubble, seperti yang dilakukan Australia dan Selandia Baru, atau beberapa negara Skandinavia. Tentu saja, syaratnya, negara yang membuat travel bubble sama-sama memiliki angka kasus virus corona yang rendah.
Bagaimana dengan Indonesia, yang pariwisatanya lumpuh? Untuk menggerakkan kembali bisnis pariwisata, pemerintah berencana membuka travel bubble ke empat negara yang angka infeksi coronanya rendah, yakni Cina, Korea Selatan, Jepang, dan Australia.
"Travel bubble sudah dibahas dalam rapat terbatas tentang pariwisata pada 28 Mei 2020. Namun harus dibuka degan memperhatikan protokol kesehatan," tutur Deputi Bidang Koordinasi Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Odo R.M. Manuhutu dalam konferensi pers yang digelar secara virtual, Jumat, 12 Juni 2020.
Travel bubble adalah pembukaan zona batas lintas negara yang memungkinkan warganya bepergian asal tidak melampaui area yang sudah ditetapkan. Negara yang pertama kali mewacanakan pembukaan travel bubble adalah Selandia Baru dan Australia.
Indonesia bisa saja membangun gelembung perjalanan. Namun, menurut Odo, saat ini Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi bersama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif serta Kementerian Luar Negeri, masih menyusun protokol khusus sebelum pintu batas negara dibuka.
Pembahasan protokol dan kriteria pembukan travel bubble itu juga akan dirundingkan dengan negara-negara lain untuk disepakati. Odo mengklaim selain Jepang, Cina, Korea Selatan, dan Australia, Indonesia sudah mendapatkan tawaran dari banyak negara untuk membuka travel bubble.
Akan tetapi, keputusan tersebut perlu kajian yang lebih mendalam dan mempertimbangkan pelbagai aspek, termasuk perkembangan penyebaran virus corona di masing-masing negara. Di samping itu, periode waktu pembukaan travel bubble juga tidak bisa langsung direncanakan, sebab harus mengikuti arahan dari Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19.
"Kalau protokol kesehatan bisa terlaksana dengan baik, tren (penyebaran virus corona) menurun terus, mungkin akan dibuka di triwulan ketiga atau keempat atau akhir November, akhir Desember," tuturnya.
Sejumlah wisatawan melakukan short trek menyusuri hutan di Pulau Rinca, Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur, 13 Oktober 2015. Pulau Rinca merupakan habitat hewan reptil Komodo yang masuk dalam kawasan Taman Nasional Komodo. Di pulau ini dapat ditemui sejumlah spesies mamalia, reptil dan burung yang berasal dari Asia dan Australia. TEMPO/Frannoto
Sementara itu, dalam perencanaan pembukaan travel bubble, Odo memaparkan destinasi yang berpeluang besar adalah yang menyajikan atraksi luar ruangan. Destinasi luar ruangan atau wisata alam, di lokasi yang terpencil menjadi tren dunia pasca-wabah virus corona.
"Seperti Cina, wisman mereka nanti akan cenderung ke daerah-daerah yang sepi. Indonesia punya kekuatan di situ. Katakanlah Labuan Bajo, bisa jadi tempat yang menarik bagi mereka," tuturnya.
FRANCISCA CHRISTY ROSANA