TEMPO.CO, Jakarta - Darurat Covid-19 belum dicabut di Yogyakarta dan masa new normal, baru diberlakukan Juli mendatang. Tapi kawasan Malioboro dan sekitarnya sudah mulai terasa ramai awal Juni ini.
Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), merencanakan pelaksanaan new normal atau normal baru paling cepat Juli mendatang. Namun, keramaian sudah terlihat sejak Sabtu petang, 6 Juni 2020. Masyarakat tampak memadati pusat wisata Yogyakarta itu, hingga kawasan Titik Nol Kilometer.
Sebagian besar yang berkumpul adalah kaum muda. Sebagian bermasker, namun tak sedikit pula yang tak bermasker. Wakil Wali Kota Yogyakarta Heroe Poewadi tak menampik mulai ramainya aktivitas di kawasan Malioboro, yang masih berstatus tanggap darurat Covid-19 itu.
"Malam ini (Sabtu) Malioboro macet dan padat, walaupun pedagang kaki lima tidak ada," ujar Heroe.
Ketua Paguyuban Pedagang Malioboro Sujarwo kepada TEMPO mengatakan pekan pertama Juni ini, hampir sepertiga dari total pedagang kaki lima (PKL) di Malioboro kembali beroperasi.
Sujarwo mengatakan pedagang secara bertahap akan beroperasi kembali. Tanda-tanda kenaikan pembeli juga mulai terasa. Meski masih belum menutup biaya operasional.
"Jadi, soal kapan PKL buka sepenuhnya tergantung pengunjung. Apalagi untuk PKL yang biaya operasionalnya besar seperti lesehan. Sementara, konsumennya tergantung wisatawan non-DIY," ujarnya.
Sujarwo mengatakan soal operasional PKL di Malioboro juga tergantung kebijakan pemerintah membuka kran lalu lintas atau mobilitas orang antar DIY dan antar provinsi.
"Kami pun belum ada kepastian apakah sudah boleh mengundang wisatawan secara terbuka untuk datang ke Malioboro. Oleh karena itu, kami melakukan soft champaign seperti lewat media sosial," ujarnya.
PKL Malioboro sendiri menyambut gembira dan positif rencana penerapan new normal. Sebagai persiapan, para PKL berupaya menjalankan protokol Covid 19 di lapangan. Misalnya kewajiban memakai masker, menyediakan cuci tangan dan hand sanitizer, jaga jarak, larangan berjualan bagi yang kurang enak badan, dan khusus bagi pedagang kuliner pakai celemek dan face shield.
Ramainya kawasan Malioboro itu, mendorong kalangan DPRD DIY mendesak pemerintah provinsi dan kabupaten/kota di DIY bisa memberi edukasi kepada masyarakat. Bila perlu tindakan penertiban.
"Kami berharap pemda DIY dan pemkab pemkot se-DIY untuk tetap melakukan penertiban dan edukasi kepada masyarakat selama masa tanggap darurat bencana Covid-19 karena statusnya belum dicabut. Demikian pula penjagaan di perbatasan DIY dan Jateng," kata Muhammad Syafi'i, anggota komisi A DPRD DIY.
Syafii mewanti-wanti jangan sampai warga lengah ketika pandemi masih berlangsung dengan menggelar aktivitas rentan di luar rumah. Apalagi tak mematuhi protokol.
Pemandangan padat malam Minggu di Malioboro dan sekitarnya itu, seperti menunjukkan situasi sudah kembali normal seperti biasanya. Hal yang dikhawatirkan berupa kasus positif justru kembali bergerak naik setelah beberapa hari sejak Lebaran melandai.
"Hasil pemeriksaan laboratorium dan terkonfirmasi positif pada hari Sabtu 6 Juni 2020 terdapat tambahan empat kasus positif, sehingga total kasus positif covid 19 di DIY menjadi sebanyak 242 kasus," ujar Juru Bicara Gugus Tugas Penanganan Covid-19 DIY, Berty Murtiningsih.
Paguyuban PKL di Malioboro bakal menerapkan protokol pencegahan Covid-19 ketika beroperasi kembali. Protokol itu seperti penerapan cuci tangan, hand sanitizer, penggunaan masker, face shield, dan celemek. Juga tetap jaga jarak. TEMPO/Pribadi Wicaksono
Kasus positif pun kembali bertambah pada Minggu 7 Juni 2020. Sebanyak dua kasus sehingga jumlah kasus positif menjadi 244 orang di mana 183 kasus itu telah sembuh dan 8 orang meninggal dunia.
Jumlah pasien (PDP) dalam pengawasan di DIY total ada 1.608 orang, masih menunggu proses laboratarium 150 orang dan dari yang masih diproses itu 18 sudah meninggal dunia.
PRIBADI WICAKSONO