TEMPO.CO, Jakarta - Sektor pariwisata perlahan kembali berdenyut di tengah pandemi Covid-19. Dalam masa yang diberi nama new normal ini merupakan tatanan kehidupan baru yang mengacu pada perubahan perilaku manusia di masa pandemi Covid-19.
Salah satu yang mesti berubah dalam layanan pariwisata di masa new normal adalah cara bertransaksi. Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Trisno Nugroho mengatakan digitalisasi transaksi menjadi sebuah keharusan dan salah satu unsur yang penting dalam mendukung industri pariwisata dalam masa new normal.
"Penerapan digitalisasi transaksi tidak terbatas pada industri pariwisata seperti objek wisata, hotel dan restoran, tapi juga sektor pendukungnya, seperti transportasi, pusat perbelanjaan hingga rumah sakit," kata Trisno Nugroho dalam seminar daring bertajuk "What Can Bali's Tourism Do With Digital Payment in The New Normal Era?" di Denpasar, Kamis 4 Juni 2020.
Dari data Badan Pusat Statistik Provinsi Bali, menurut Trisno, jumlah wisatawan yang masuk ke Pulau Dewata pada triwulan I 2020 mengalami penurunan hingga 42,3 persen. Dari 1.819.664 wisatawan pada triwulan I 2019 menjadi 1.050.024 wisatawan di triwulan I 2020. Penurunan ini diperkirakan kian berkurang pada triwulan II 2020.
"Sektor pariwisata harus mampu bangkit dengan cara beradaptasi terhadap tatanan baru di tengan pandemi Covd-19," kata dia. Untuk membangkitkan pariwisata di era new normal, Trisno melanjutkan, pelaku industri pariwisata harus siap dengan infrastruktur yang mendukung faktor Clean, Health and Safety, termasuk dalam sistem pembayaran yang meminimalkan kontak fisik dalam bertransaksi.
Bank Indonesia, Trisno melanjutkan, mendorong transaksi non-tunai terutama yang bersifat contactless untuk bertransaksi dibandingkan alat pembayaran yang memakai uang atau kartu. Selama pandemi Covid-19 terjadi, Bank Indonesia Provinsi Bali mencatat kenaikan transaksi non-tunai.
Trisno menjelaskan penarikan tunai masyarakat Bali mengalami penurunan sebesar Rp 1,392 triliun atau hanya 46,7 persen dari jumlah yang diproyeksikan sebesar Rp 2,981 triliun. Pada Maret 2020, transaksi non-tunai yang bersifat contactless, seperti Mobile Banking, Internet Banking, E-Money Server Based & QRIS, meningkat hingga 2,2 juta transaksi (20,83 persen mtm) dibandingkan Februari 2020.
Dari sisi nominal angkanya juga bertambah dari Rp 17,84 triliun menjadi Rp 18,92 triliun atau meningkat sebesar 6,03 persen (mtm). "Data ini membuktikan bahwa sekarang mulai terjadi pergeseran pola bertransaksi di masyarakat dari tunai menjadi secara nontunai," ujar Trisno Nugroho.