TEMPO.CO, Jakarta - Pengelola sejumlah restoran dan kafe menerapkan hal-hal unik dalam mentaati protokol kesehatan. Langkah ini diambil agar mereka tetap mendapatkan penghasilan selama wabah corona.
Kafe Rothe di Schwerin, Jerman, misalnya, menerapkan pembatasan jarak fisik antara tamu menggunakan topi. Mengutip Euronews, topi itu diberi pembatas memanjang seperti sungut berukuran panjang 1,5 meter.
Kafe Rothe sengaja mewujudkan kreasi itu agar bisa menerima tamu setelah karantina mengendur secara bertahap. Kafe Rothe baru kembali dibuka setelah tutup selama enam pekan.
Ada pula restoran Bord for En di Swedia yang melayani tamu di tengah lapangan. Pesanan makanan diantarkan menggunakan keranjang yang terpasang pada tali. Mengutip Insider, langkah inini ditempuh semata untuk menerapkan pembatasan jarak fisik.
Patrick O'Connell, pimpinan koki sekaligus pemilik restoran The Inn at Little Washington, Virginia, Amerika Serikat menggunakan cara yang tak umum agar meja tidak kosong. Seperti dikutip dari Business Insider, O'Connell mengisi kursi kosong di dalam restoran dengan boneka berukuran menyerupai manusia atau manekin.
Keadaan pandemi telah memaksa pihak restoran mengatur jarak tempat duduk. Pembatasan jarak fisik mengharuskan beberapa meja dibiarkan kosong. Sebab itulah, O'Connell membuat inovasi manekin agar restoran itu tak tampak sepi. Pengunjung bisa menjaga jarak, karena boneka telah duduk di beberapa kursi. Adapun untuk memberi kesan sungguhan, pegawai restoran juga melayani maneken.
Restoran Eten bagian dari Mediamatic Biotoop, Amsterdam, membuat instalasi bilik kaca sebagai pembatas jarak antara pengunjung dan pegawai restoran. Pengunjung Restoran Eten yang bersantap akan berada dalam bilik kaca, sebagaimana dilaporkan Fox News. Serres Sépparées adalah nama bilik kaca itu yang berarti pula sebagai pembatas. Pegawai akan mengirimkan makanan sambil membatasi jarak 1,8 meter di pintu bilik kaca. Adapun bilik kaca itu berada di area luar bangunan restoran.