TEMPO.CO, Jakarta - Dari layar ponsel atau komputer, sebuah tayangan menampilkan gambar pemetaan jalan menuju Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta.
Lalu, tampak sebuah gerbang memasuki wilayah Gunungkidul, perjalanan pun berlanjut menuju Desa Wisata Nglanggeran. "Perempatan Patuk menuju Nglanggeran," kata pemandu tur virtual Desa Wisata Nglanggeran Sugeng Handoko menjelaskan rute perjalanan, Sabtu, 16 Mei 2020.
Tur virtual itu diadakan perusahaan teknologi pariwisata, Atourin selama pandemi virus corona (Covid-19). Tur virtual Desa Wisata Nglanggeran perjalanan dimulai dari Stasiun Tugu Yogyakarta.
Setelah beberapa menit perjalanan melewati rute jalan utama Yogyakarta-Wonosari, Sugeng mengatakan, bahwa rombongan tur virtual itu telah tiba di tempat sekretariat. "Ini adalah pusat kegiatan kami di Desa Nglanggeran," tuturnya.
Layar menampilkan sorotan area parkir. Setelah bercerita sesampai di Desa Nglanggeran, Sugeng mulai memandu mengikuti perjalanan menuju kawasan Gunung Api Purba Nglanggeran, tepatnya di Pos 1.
"Sekarang kita ke puncak sampai di Pos 1, orang-orang menyebut ini Gunung Bagong," kata Sugeng yang juga kelompok sadar wisata (pokdarwis) Desa Nglanggeran.
Gunung Api Purba Nglanggeran, Gunungkidul, DIY. (Tempo/Pribadi Wicaksono)
Bila mengamati dari tampilan layar, tempat itu untuk melihat pemandangan hijau pepohonan dari ketinggian. Sebuah tempat terbuka untuk menikmati semilir angin dan udara yang sejuk.
Tur virtual itu berlangsung selama dua jam. Sambil memandu tur virtual Sugeng menjelaskan, Desa Nglanggeran termasuk kawasan wisata dalam situs geologi atau geosite. Nglanggeran salah satu dari situs geologi itu.
"Kami (Desa Nglanggeran) menjadi bagian Gunung Sewu," tuturnya. Ada 33 situs geologi Gunung Sewu, yang terbagi dalam beberapa lokasi di Kabupaten Gunungkidul, Wonogiri, Pacitan.
Tampilan layar pun berubah, kini menyoroti sebuah jalur pendakian yang sempit, lintangnya hanya seukuran tubuh orang dewasa. Beberapa foto menampilkan gambar deretan pengunjung melewati koridor berbatu yang disebut lorong sumpitan.
"Lorong sumpitan salah satu tempat favorit orang-orang berfoto," katanya. Sugeng menambahkan, lintang di lorong sumpitan itu berbeda-beda. "Ada yang harus (berjalan) miring melewati, itu menjadi sensasi tersendiri," ucapnya.
Desa Wisata Nglanggeran adalah destinasi ketiga tur virtual yang diadakan Atourin. Sebelumnya Atourin telah mengadakan dua kali tur virtual, Natuna dan Sumba. Tur virtual Natuna pada 2 Mei. Sedangkan tur virtual Sumba pada 8 Mei.
Embung Nglanggeran yang masuk dalam kawasan ekowisata Desa Nglanggeran, Patuk, Gunungkidul, 10 Februari 2017. Embung Nglanggeran merupakan telaga buatan yang berfungsi untuk menampung air hujan dimanfaatkan untuk mengairi perkebunan petani pada saat musim kemarau. TEMPO/Pius Erlangga
"Nglanggeran, pernah mendapat penghargaan sebagai desa wisata terbaik se-Asia Tenggara," kata Co-Founder Atourin, Benarivo Triadi Putra. Nglanggeran mendapat penghargaan desa wisata terbaik ASEAN pada 2017.
Menurut Benarivo, hal itu yang menjadi pertimbangan untuk memasukkan Nglanggeran sebagai destinasi tur virtual setelah Natuna dan Sumba. "Dalam tur virtual Nglanggeran, kami mau memperlihatkan di desa itu banyak banget potensi yang bisa digali," tuturnya.