TEMPO.CO, Jakarta - Venesia kota yang dibangun di atas laguna itu, memiliki puluhan pulau. Dari sekian pulau itu, terdapat dua pulau tak berpenghuni dengan sejarah yang kaya, mengenai karantina dan wabah di Eropa.
Saat ini daratan ini adalah lanskap rerumputan, pohon, dan bangunan batu usang. Di abad pertengahan hingga Renaisans, pulau itu menjadi gerbang utama kapal-kapal dan manusia sebelum masuk ke jantung Venesia.
Pulau-pulau, yang dikenal sebagai Lazzaretto Vecchio dan Lazzaretto Nuovo, merupakan tanggapan Venesia terhadap salah satu pandemi paling terkenal dalam sejarah. Pada pertengahan abad ke-14, Venesia dilanda wabah pes, bagian dari wabah yang dikenal sebagai Black Death (Kematian Hitam) yang mungkin telah menewaskan hingga 25 juta orang, atau sepertiga dari populasi, di Eropa.
Penyebaran ini hanyalah salah satu dari beberapa gelombang wabah yang menyerang Italia Utara pada abad-abad berikutnya. Termasuk wabah virus corona pada abad 21.
Venesia, sebagai pusat perdagangan Eropa, memang sangat rentan. "Mereka melihat bahwa satu-satunya solusi adalah memisahkan orang, mengambil orang sakit, atau diduga orang sakit," kata Francesca Malagnini, dari University for Foreigners, Perugia, yang juga warga Venesia, ahli bahasa, dan anggota interdisipliner Tim yang meneliti Lazzaretto Nuovo, kepada Atlas Obscura.
"Ini adalah satu-satunya cara untuk melindungi kesehatan semua orang dan memungkinkan ekonomi untuk berlanjut."
Pulau Lazzaretto Vecchio dirancang untuk mengisolasi dan mengobati wabah yang diderita Venesia. Foto: @stefania.mosconi's profile picture stefania.mosconi
Dimulai pada awal abad ke-15, pulau Lazzaretto Vecchio dirancang untuk mengisolasi dan mengobati wabah yang diderita Venesia. Belakangan, Lazzaretto Nuovo menjadi tempat untuk kapal-kapal yang datang dari tempat-tempat mengalami wabah, atau mereka yang dicurigai sebagai penumpang atau awak, berlabuh.
Di sana, orang dan barang menghabiskan periode karantina sebelum diizinkan masuk ke jantung kota. Metode pengasingan selama 40 hari itu dinamai karantina, yang diambil dari bahasa Italia untuk 40 hari, quaranta giorni.
Dua pulau itu menjadi pusat respons kesehatan masyarakat Venesia yang luas terhadap wabah. Membangun tradisi sebelumnya -- berdasarkan Injil -- untuk memisahkan yang sakit dari yang sehat, pemerintah Venesia menjadi yang pertama di wilayah Mediterania yang secara sistematis menggunakan metode isolasi dan pengumpulan informasi skala besar, untuk memantau dan memerangi penyakit menular.
Upaya itu bahkan lebih mengesankan mengingat sains kemudian tidak dapat menjelaskan bagaimana penyakit menyebar. Teori kuman penyakit tidak akan ada selama 400 tahun lagi.
Hari ini, karena banyak dari dunia menemukan dirinya di bawah berbagai karantina, isolasi, dan perintah tinggal di rumah dan menghadapi ketidakpastian terkait dengan pandemi Covid-19, sejarah karantina Venesia dan arkeologi rumah sakit isolasi sangat relevan. Temuan peneliti menggemakan banyak pengalaman modern — terutama di mana kesehatan masyarakat, kebijakan, dan ekonomi bersinggungan.
Temuan yang Dilestarikan Sejarahnya
Catatan kota Venesia telah lama melestarikan kisah pulau Lazzaretto. Pada 1423, pemerintah menetapkan apa yang kemudian disebut Lazzaretto Vecchio untuk menampung orang-orang yang terkena wabah, dan pada 1468, sebuah dekrit pemerintah mendedikasikan pulau kedua, Lazzaretto Nuovo -- yang kemudian hari menjadi biara.
Vecchio berfungsi sebagai basis perawatan untuk pasien yang terinfeksi. Di sana, para dokter, yang mengenakan topeng wabah seperti paruh pada masa itu, melakukan yang terbaik untuk mengobati penyakit itu.
Hanya sedikit struktur yang tersisa di Nuovo. Catatan sejarah, menunjukkan Nuovo terdiri dari gudang untuk barang, bersama dengan lebih dari 100 kamar untuk pelaut dan kru karantina sebelum mengizinkan mereka masuk ke Venesia.
Pulau Lazzaretto Nuovo digunakan untuk mengisolasi barang dan awak kapal serta penumpang kapal untuk menjalani karantina sebelum masuk Venesia. Foto: @sofia_tisato
Seorang sejarawan abad ke-16, Francesco Sansovino, menulis bahwa bangunan Nuovo memiliki “kemiripan sebuah kastil.”
Gudang terbesar, atau Tezon Grande, masih berdiri: sebuah bangunan batu bata persegi panjang yang dilapisi dengan pintu-pintu melengkung dan ditutup dengan atap berkubah. Menurut catatan sejarah, tim penjaga bersenjata dan kuli bekerja untuk menurunkan muatan kapal ke ruang ini.
"Mereka bekerja keras dan juga mempertaruhkan hidup mereka untuk melindungi kesehatan kota," kata Malagnini.
Tim ini mengikuti protokol khusus untuk membersihkan barang dengan asap dari rempah aromatik dan air asin. Mereka menggunakan cuka untuk mencuci tangan setelah menangani barang-barang yang berpotensi terkontaminasi.
“[Pejabat Kota] tahu bahwa perdagangan dan aliran barang tidak mungkin jika kesehatan tidak dijamin,” jelas Daniele Andreozzi, seorang profesor di Universitas Trieste yang mempelajari kota-kota pelabuhan kuno.
Saat karantina beroperasi, sistem kesehatan Venesia melibatkan ratusan pejabat kota. Sebelum itu, perawatan masyarakat untuk orang sakit hanya sebagai upaya amal dan perintah agama.
Baju dokter lengkap dengan paruh yang biasanya diisi rempah, untuk mengusir bau mayat. Baju perlindungan diri yang dipakai dokter saat itu, digunakan pula di Lazzaretto Vecchio dan Lazzaretto Nuovo. Foto: @rrafffaela
Pulau karantina itu, rupanya bukan respons sementara terhadap bencana, melainkan upaya pemantauan permanen yang dijalankan pemerintah. Sistem dan prosedur karantina itu bertahan sampai penaklukan JenderalNapoleon Bonaparte atas wilayah Venesia pada 1797.