TEMPO.CO, Jakarta - Boeing 747 memiliki jasa besar mengangkut kargo masker dan alat-alat kesehatan serta peranti untuk mendeteksi virus corona. Pada April lalu, hanya ada dua unit Boeing 747 yang mengarungi angkasa untuk mengantar kargo. Boleh dikata, di ujung hidupnya, Ratu Angkasa itu, menjalani hari-hari terbaiknya.
Covid-19 memukul penerbangan komersial. Pembatasan penerbangan domestik dan internasional mengakibatkan ribuan operasi Boeing 747 per hari dihentikan, “Boeing 747 memainkan peran penting membantu orang-orang di seluruh dunia,” kata Henry Harteveldt, analis industri perjalanan dan pendiri Atmosphere Research Group.
Dengan empat mesin jet, Boeing 747 kini kalah bersaing dengan pesawat berbadan lebar namun hanya ditenagai mesin jet ganda, yang jauh lebih efisien. Maskapai termasuk Lufthansa dan KLM telah mempercepat pensiunnya Boeing 747, beberapa tahun lebih cepat dari yang direncanakan.
Dinukil dari CNN, Covid-19 membuat operator kargo seperti Silk Way Airlines, Atlas Air, Air Bridge Cargo dan Cargolux menerbangkan kembali Boeing 747F - itu "F" untuk Freighter. Sementara itu, Air Bridge Cargo (ABC) yang berbasis di Moskow memiliki 17 Boeing 747F - empat 747-400F dan 13 747-8F yang lebih baru. Sebagai bagian dari Grup Volga-Dnepr - yang dikenal dengan pesawat angkut militer Ukraina-124 AN-124 yang masif - Boeing 747 ABC terbang 15 jam sehari.
Analisis data pelacakan Flightradar24, yang dipublikasikan The Air Current, menemukan bahwa operasi ABC pada Maret telah melonjak 51 persen dibandingkan dengan dua bulan sebelumnya.
Seorang pria memperhatikan dari jauh pesawat Boeing 747-8 milik Korean Airlines. Pesawat baru dan canggih ini diperkenalkan di bandara Incheon, Korea Selatan, 1 September 2015. SeongJoon Cho/Getty Images
"Solusi kargo udara menjadi sangat penting sekarang untuk layanan kesehatan global. Saat ini, tim internasional kami mengirimkan beberapa penerbangan setiap hari untuk memastikan bahwa pasokan medis vital melindungi mereka yang membutuhkan," kata Tatyana Arslanova, pejabat eksekutif operasi untuk ABC.
Dia menunjuk ke kargo Boeing 747-8F yang menjadi aset terpenting pesawat raksasa itu, "Tiga kompartemennya memiliki pengaturan suhu yang berbeda dari 4 derajat Celcius hingga 29 derajat (39 F hingga 84 F), memberi kita peluang ekstra untuk mengangkut kargo yang mudah rusak, seperti obat-obatan yang peka terhadap suhu dan peralatan medis yang menyelamatkan jiwa."
Menurut Cirium, ada 286 Boeing 747 Freighter dari berbagai model yang beroperasi. Populasinya sekitar seperempat dari 1.152 armada pesawat berbadan lebar dan berbadan besar.
Versi Terbaru Berkapasitas 136 Ton
Versi terbaru dari Boeing 747 kargo didasarkan pada model penumpang, 747-8. Dari situs Boeing, data pesawat tersebut memiliki panjang 76,3 meter, dengan rentang sayap 68,4 meter. Sementara tinggi pesawat 19,4 meter. Menjadikannya yang terpanjang dari seluruh varian Boeing 747.
"Dia adalaj pesawat terbang yang indah. Ini pesawat yang sangat stabil, sangat lembut, pesawat yang anggun," kata Kapten Kelly Lepley dari UPS Airlines, yang telah menerbangkan Boeing 747. "Dari kokpit, sulit untuk membayangkan bahwa kamu menerbangkan sesuatu yang sangat besar sampai kamu turun dari pesawat dan melihatnya dan kamu berkata: Aku baru saja menerbangkan benda ini!"
Sebagai pesawat kargo, Boeing 747 memang ikonik. Hidung pesawat bisa dibuka untuk membuka dek utama, yang memudahkan proses bongkar muat. Pesawat juga memiliki pintu kargo dek utama di bagian belakang badan pesawat. Antara kabin utama dan ruang kargo dibagian perut, 747-8F dapat mengangkut lebih dari 136 ton.
Bagian hidung Boeing 747 dapat dibuka untuk memasukkan kargo, selain pintu bagian belakang, hidung merupakan akses ke ruang kargo. Foto: Boeing
"Pintu kargo hidung memberi kami kesempatan untuk memuat kargo yang tidak berukuran besar," jelas Arslanova dari ABC. "Itu memungkinkan kami untuk membawa pipa ekstra panjang, generator diesel, kompresor, pompa dan peralatan lepas pantai besar dan berat lainnya."
Boeing 747 pertama kali diproduksi pada 1968. Per 2015, populasinya mencapai 1.502 unit. Pesawat ini memang memiliki biaya perawatan besar, dan kini mulai tergantikan dengan pesawat bermesin ganda yang lebih efisien. Tapi Covid-19, membuat pensiun pesawat yang dijuluki Ratu Angkasa itu tertunda untuk sementara.