TEMPO.CO, Jakarta - Bonita Herewane dan Jarrad Laver, pasangan Australia ini telah menghabiskan tiga tahun terakhir hidup di atas perahu layar, yang mereka namai Nandji -- yang berarti kegembiraan dalam Hindu. Pasangan ini membeli perahu layar pada tahun 2016, dengan pengalaman berlayar yang minim.
"Saya pikir Nandji adalah kapal pesiar kedua yang pernah saya gunakan," kata Herewane kepada Insider. Meskipun Laver memiliki pengalaman yang sedikit lebih banyak, namun keduanya masih perlu belajar banyak dalam hal pelayaran.
Meskipun nekat, mereka memiliki kesamaan tekad ingin berkeliling dunia. Selama beberapa tahun terakhir, mereka telah berlayar dari Kepulauan Phi Phi di Thailand ke Papua Nugini. Lalu, mereka berencana melintasi Samudra Hindia, dengan rute: Indonesia, lalu ke Sri Lanka, Madagaskar, dan Afrika Selatan.
Saat berada di Australia, itulah untuk pertama kalinya mereka mendengar tentang virus corona. Namun, mereka belum menganggapnya sebagai ancaman. Dan perjalanan pun tetap berlanjut. Mereka berencana ke Indonesia, Thailand, dan beberapa negara Pasifik Selatan. Dalam rencana perjalanan, mereka akan singgah di Pasifik Selatan untuk merawat kapal, sebelum melayari Samudra Hindia.
Pasangan itu meninggalkan Australia pada awal 2020, dan tidak terlalu peduli dengan virus corona. Tetapi begitu mereka berlabuh di Thailand, mereka menyadari situasi sangat serius. Di Thailand, mereka menemukan warga memakai masker dan menjaga jarak. Awal Maret, Laver dan Herewane memutuskan berlayar ke Malaysia.
Komunitas perahu layar membantu mereka, dengan merekomendasikan Malaysia untuk mendapatkan visa perjalanan tiga bulan. Mereka berhasil mencapai Pulau Langkawi dua hari sebelum Malaysia menutup perbatasan. Saat mengurus visa itulah mereka terkunci di Langkawi.
Jika lockdown berlanjut lebih lama, pasangan itu melewatkan pelayaran ke Sri Lanka. Visa mereka hanya berlaku sebulan lagi. Bila pemerintah Malaysia tak mengeluarkan visa, keduanya berencana berlayar pulang ke Australia. Tetapi perjalanan itu akan melawan angin dan bisa memakan waktu minimal dua minggu.
Meskipun virus corona mengubah rencana pelayaran, pasangan ini mengaku selalu siap dengan pandemi, “Kami cukup terbiasa hidup di ruang kecil. Kami selalu saling berdekatan, dan kami juga selalu memiliki bekal untuk jangka waktu tertentu," ujar Laver. Bahkan, dengan van atau kapal layar, mereka bisa berminggu-minggu tanpa berhenti di toko kelontong.
Mereka menyimpan hampir semua jenis makanan kaleng, buncis, kacang-kacangan, lentil, tomat, dan jagung. Mereka telah belajar membuat acar sayuran dan membuat makanan lezat tanpa produk segar. Perahu mereka saat ini memiliki cukup makanan untuk bertahan enam bulan.
Pasangan ini juga memiliki filter air, untuk mengubah air laut menjadi tawar. Dalam keseharian mereka di kapal layar, Herewane bangun pagi dan berolahraga di haluan kapal sementara Laver menjawab email. Mereka bekerja sebagai editor video, dan menghabiskan waktu mengedit di atas kapal.
Bonita Herewane dan Jarrad Laver kini "terdampar" di Malaysia, dan berencana kembali ke Australia. Foto: @sailing_nandji
Lalu apa yang mereka lalukan selama lockdown di Malaysia? "Ini waktu berlibur dari pelayaran. Bertahun-tahun kami berlayar,” ujar Laver. Mereka masih memiliki akses ke pantai untuk berjalan-jalan, berenang, dan bermain dengan anjing mereka, Marley.
Perjalanan mereka bergantung arah angin. Jadi, kadang mereka harus menanti berhari-hari hingga cuaca bagus atau angin searah dengan tujuan mereka. Jadi, bagi mereka terdampar di Malaysia, sama halnya menanti arah angin. Nikmati saja.