TEMPO.CO, Jakarta - Ketika sektor pariwisata terpuruk karena wabah corona, Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan memiliki program bernama Wisata Covid-19. Apa sebenarnya program wisata Covid-19, itu?
Program Wisata Covid-19 merupakan bentuk kerja sama pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dengan sejumlah hotel untuk menerapkan isolasi mandiri. Hotel-hotel di Makassar yang telah bergabung dengan program Wisata Covid-19 ini akan menjadi tempat karantina untuk orang dalam pemantauan (ODP), pasien dalam pengawasan (PDP), orang tanpa gelaja (OTG), dan pasien positif Covid-19.
Di hotel itu, para tamu tetap mendapatkan pelayanan seperti biasa, yakni makan, laundry, dan ditambah layanan kesehatan oleh tenaga medis. Gubernur Sulawesi Selatan, HM Nurdin Abdullah mengatakan tingkat kesembuhan pasien, khususnya peserta wisata Covid-19 atau isolasi mandiri di hotel, begitu membantu karena didukung dengan suasana yang nyaman, makanan bergizi dan teratur, serta istirahat yang cukup.
"Virus corona ini bisa dilawan dengan imunitas tubuh yang kuat," kata Nurdin Abdullah. "Imunitas yang kuat bisa diperoleh dari istirahat yang cukup, makan makanan bergizi, minum vitamin, jangan cemas, jangan stres."
Nurdin Abdullah. Facebook
Pada Senin, 4 Mei 2020, ada 217 orang yang mengikuti Wisata Covid-19 di Swiss Hotel, dan 40 orang di antaranya sudah dipulangkan. Adapun 5 orang lainnya dirujuk ke rumah sakit karena positif dan menunjukkan gejala infeksi corona.
Yang terbaru, sebanyak 11 dari 19 santri dari Al Fatah Temboro, Jawa Timur, yang sudah sampai di kampung halaman mereka di Pulau Kodingareng, Kecamatan Kepulauan Sangkarrang, Kota Makassar, Sulawesi Selatan, harus mengikuti wisata Covid-19. Mereka dijemput oleh petugas kesehatan setempat dengan menggunakan perahu motor karena baru datang dari luar daerah dan berpotensi menularkan virus corona. Adapun delapan santri masih bertahan di Pulau Kodingareng.
Sebelas santri itu kemudian menjalani wisata Covid-19 di Hotel Swiss Bell in, Makassar, Sulawesi Selatan, pada Rabu, 6 Mei 2020. "Insya Allah, di sini akan dilakukan pemulihan, melalui pengobatan dan pemenuhan gizi yang dibutuhkan. Ini jauh lebih baik dibandingkan jika tinggal bersama bapak ibu di rumah," ujar Pejabat Wali Kota Makassar, M. Iqbal Suhaeb.
Menurut Iqbal, para santri yang masih muda memiliki daya tahan tubuh yang kuat dan mampu melawan virus corona. Kondisi ini berbeda dengan orang lain yang sudah berumur, sehingga daya imunnya lemah. Sebab itu, para santri tersebut diisolasi dulu ke hotel agar tidak menularkan potensi virus corona kepada anggota keluarga yang rentan.
Sempat terjadi ketegangan saat petugas menjemput para santri itu karena keluarga menolak anaknya dibawa petugas untuk menjalani wisata Covid-19. Namun mereka akhirnya memahami setelah mendapat penjelasan dari Iqbal Suhaeb.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Makassar, Naisyah Tun Azikin mengatakan para santri dan seluruh tamu hotel yang menjalani wisata Covid-19 mendapatkan asupan gizi dan diajak berolahraga untuk menguatkan fisik. Mereka juga mendapatkan pemantauan dari tenaga medis.
"Selanjutnya akan menjalani rapid test untuk memastikan statusnya," kata Naisyah. Bila sehat dan hasil rapid test menunjukkan negatif Covid-19, maka akan dipulangkan. Apabila sebaliknya, maka ditindaklanjuti dengan tes swab. Jika kondisi kesehatannya terus menurun kemudian dirujuk ke rumah sakit.