TEMPO.CO, Jakarta - Aosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA), menegaskan mendukung pemakaian masker selama penerbangan. Asosiasi itu lebih memilih masker ketimbang aturan penjarakan fisik, di saat maskapai ingin mengembalikan kepercayaan dalam penerbangan.
"Kru dan penumpang menggunakan masker akan mengurangi risiko yang sudah rendah, sambil menghindari kenaikan biaya dramatis untuk perjalanan udara bila menerapkan jarak sosial," kata IATA dalam sebuah pernyataan yang diunggah di situsnya.
Pernyataan itu muncul ketika semakin banyak maskapai penerbangan yang menanggapi krisis virus corona dengan mewajibkan masker untuk penumpang dan awak. Serta meluncurkan langkah-langkah jarak sosial seperti memblokir kursi tengah untuk mengekang penyebaran penyakit.
Operator-operator besar seperti Emirates, United, American Airlines, dan Japan Airlines memblokir kursi tengah pada semua atau beberapa penerbangan mereka. Beberapa maskapai penerbangan juga telah dikritik baru-baru ini karena mengabaikan langkah-langkah jarak sosial di atas pesawat, seperti maskapai Irlandia Aer Lingus yang menerbangi rute Belfast ke London. Penerbangan tersebut tak menerapkan jarak sosial atau masih memfungsikan kursi tengah.
Lingkungan Kabin
IATA lebih memilih penggunaan masker, karena risiko penularan virus di pesawat rendah "bahkan tanpa tindakan khusus". Merujuk penumpang menghadap ke depan dengan interaksi tatap muka terbatas. Lalu pesawat dilengkapi dengan filter Efisiensi Udara Partikulat Tinggi (HEPA) yang memastikan "sirkulasi udara segar", dan kursi menyediakan penghalang bagi orang yang berada di depan.
Ide mengosongkan kursi tengah untuk penerapan jarak sosial memicu harga tiket naik, dan mengakhiri era terbang murah. Foto: @_rusty1980
IATA juga mengatakan aliran udara dari langit-langit ke lantai, semakin mengurangi potensi transmisi dari depan, "Lingkungan kabin secara alami membuat penularan virus sulit karena berbagai alasan," kata Alexandre de Juniac, direktur umum dan CEO IATA.
“Penapisan, penutup wajah, dan masker adalah beberapa dari banyak tindakan yang kami rekomendasikan,” tambahnya.
Akhir Perjalanan Murah?
IATA mengatakan meninggalkan kursi tengah kosong akan menandai akhir dari perjalanan murah.
“Maskapai berjuang untuk kelangsungan hidup mereka. Menghilangkan kursi tengah akan meningkatkan biaya. Jika itu dapat diimbangi dengan tarif yang lebih tinggi, era perjalanan yang terjangkau akan berakhir. Di sisi lain, jika maskapai tidak dapat menutup biaya dengan tarif yang lebih tinggi, maskapai akan bangkrut,” kata Juniac.
Ia menambahkan bahwa seruan untuk langkah-langkah jarak sosial pada pesawat terbang akan "secara fundamental mengubah" ekonomi penerbangan. Pasalnya, maskapai penerbangan harus menjual lebih sedikit kursi dengan biaya lebih tinggi.
IATA mengatakan ongkos penerbangan harus naik secara dramatis — antara 33 persen dan 58 persen tergantung wilayahnya — hanya untuk mencapai titik impas”.
Badan penerbangan juga mengusulkan langkah-langkah keamanan lainnya selain masker wajah, termasuk pemeriksaan suhu, pembatasan pergerakan di dalam kabin, pembersihan kabin yang lebih sering dan lebih dalam, dan “katering sederhana” yang menurunkan pergerakan kru dan interaksi dengan penumpang.
Ia menambahkan bahwa tes Covid-19 dan paspor imunitas juga dapat dimasukkan sebagai langkah-langkah keamanan.
Tim pembersih Emirates menyemprotkan dan membersihkan kabin pesawat dengan desinfektan sejam sebelum pesawat berangkat. Foto: The National
“Industri penerbangan bekerja dengan pemerintah untuk memulai kembali terbang ketika ini dapat dilakukan dengan aman. Bukti menunjukkan bahwa risiko penularan di pesawat terbang rendah. Dan kami akan mengambil tindakan - seperti pemakaian penutup wajah oleh penumpang dan masker oleh awak - untuk menambah lapisan perlindungan tambahan," kata Juniac.
Maskapai seperti United, American Airlines dan Singapore Airlines telah meminta pramugari untuk mengenakan masker. Baru-baru ini, KLM dan Air France mengumumkan bahwa penumpang harus mengenakan masker wajah efektif 11 Mei.