TEMPO.CO, Jakarta - Suatu hari, awal April sebuah pesawat angkut Boeing 747 lepas landas dari Bandara Lleida-Alguaire di Spanyol. Pesawat berbodi tambun itu, menuju Chicago dengan muatan sarat dengan persediaan medis yang mendesak. Amerika sedang dilanda virus corona (Covid-19) yang mewabah.
Sebulan sebelumnya, pesawat milik Atlas Air dari New York itu parkir sebulan lebih, di bandara kecil sekitar 150 mil di barat Barcelona. Pesawat angkut itu parkir lama, karena tak ada permintaan pengangkutan kargo – hingga datang wabah virus corona yang mengubah dunia.
Pesawat-pesawat terparkir menganggur di bandara industri seperti Bandara Lleida-Alguaire dan bandara-bandara lainnya, menjadi pemandangan yang lazim kala dunia melawan virus corona. Negara-negara mengambil kebijakan tak mengenakan sanksi bagi pesawat yang parkir terlalu lama. Sebagaimana diberitakan CNN, burung-burung besi itu terparkir rapi, dan disebut sebagai Death Row.
Kumpulan Death Row ini kian membiak di Bandara Lleida-Alguaire, bila ditambahkan dengan Boeing 737 MAX yang di-grounded selama lebih dari satu tahun.
Bisa dibayangkan, pabrik Boeing yang kesulitan mengirim Boeing 737 MAX yang sudah selesai dirakit pada musim panas 2019. Dengan ratusan pesawat yang menumpuk belum terkirim dan ruang fasilitas yang mulai habis, Boeing memarkir pesawatnya di taman parkir karyawan di fasilitas Paine Field, dekat Seattle. Sementara, nasib pesawat yang sudah dikirim nasibnya juga kurang jelas.
Pesawat penumpang American Airlines memadati landasan di mana mereka diparkir karena pengurangan penerbangan untuk memperlambat penyebaran Virus Corona atau COVID-19, di Bandara Internasional Tulsa di Tulsa, Oklahoma, AS, 23 Maret 2020. REUTERS/Nick Oxford
Dunia Butuh Lahan Parkir Pesawat
Bandara utama, pada umumnya, bukan tempat yang tepat untuk menyimpan pesawat. Ruang bandara sipil berbiaya mahal. Sebagaimana diberitakan CNN Travel, biaya parkir pesawat di bandara internasional mencapai US$ 300 per jam.
Pada titik inilah bandara industri datang sebagai penyelamat. Di Eropa, Lleida-Alguaire adalah bandara yang saat ini menyimpan pesawat Boeing 737 MAX dalam jumlah terbesar. Lleida-Alguaire adalah bandara yang diresmikan 2010. Bandara ini juga melayani penerbangan reguler dan sesekali pesawat carter. Dengan adanya wabah virus corona, bandara ini mengambil spesialisasi penting, dalam segmen industri dirgantara: parkir pesawat atau Death Row.
Dua maskapai Nordik - Norwegia dan Icelandair - telah mengirim armada MAX mereka untuk diparkir di Alguaire, total 10 pesawat baru yang masih mengkilap. Beberapa dari mereka baru keluar dari pabrik. Mereka diparkir namun untuk bersiap dioperasikan lagi. Death Row bertujuan melindungi dan merawat pesawat, sehingga sewaktu-waktu diterbangkan kembali. Para kru dengan cermat mencegah korosi dan memastikan semua sistem tetap bekerja dengan baik.
Terutama bagian mesin yang sangat sensitif, diberi perhatian khusus dan terus dipantau. Death Row juga digunakan untuk memastikan kelembaban tak membuat karat, untuk itu bagian pesawat diberi sensor untuk mengukur kelembaban, dan hasilnya dikirim kepada insinyur secara real time.
"Kami bertujuan untuk menjaga kelembaban di bawah 40 perseb. Kami menggunakan kantong penurun kelembapan dan perangkat khusus yang menyedot kelembaban dari udara," jelas Miguel Martin, direktur teknis di Servitec Aircraft Maintenance, perusahaan yang menangani MAX yang ditempatkan di Lleida- Alguaire.
Agar Mesin Tetap Hidup
Perawatan terhadap Death Row, salah satunya menyalakan mesin pesawat, "Tidak semua pesawat membutuhkannya. Itu benar-benar tergantung pada program mereka, tetapi, ya, kami menyalakan mesin juga dan membuat mereka berjalan untuk sementara waktu untuk memastikan saat mereka dipanggil untuk terbang lagi semuanya bekerja," ujar Martin.
Pesawat Airbus A220-300 saat diproduksi di fasilitas Airbus di Mirabel, Quebec, Kanada, 20 Februari 2020. Pesawat yang selesai dirakit belum bisa dikirim ke pemesan akibat wabah virus corona. REUTERS/Christinne Muschi
Tentu, tak semua mesin pesawat harus dinyalakan. Apalagi Bandara Lleida-Alguaire juga berfungsi sebagai titik akhir untuk pesawat tua yang pensiun dari layanan. Bahkan, banyak dari pesawat ini masih layak terbang. Mereka telah mencapai titik dalam kehidupan operasional, ketika tidak lagi ekonomis untuk investasi dalam pemeliharaan. Bahkan, suku cadangnya bernilai lebih dari pesawat secara keseluruhan. Mereka yang pensiun di Alguaire adalah Queen of the Skies yang perkasa, jet Jumbo Boeing 747.
Sebagian pesawat yang pensiun juga dikanibal, dengan menjadikan bagian pesawat untuk dipakai pesawat lain – demi menambah umur secara ekonomis. Pesawat yang akan menjalani proses kanibal atau penguraian, diterbangkan ke bandara industri, seperti Lleida-Alguaire atau Teruel, di Spanyol, Tarbes di Perancis atau Victorville, di California. Di sana, diperiksa dan diuji sebelum dibongkar.
Pembongkaran yang pertama melinputi alat pemadam kebakaran. Lalu cairan, minyak, dan bahan kimia lainnya juga dihilangkan. Protokol yang sangat spesifik harus dipatuhi untuk mencegah bahaya lingkungan atau keselamatan. Mesin biasanya elemen yang paling berharga. Setelah nacelles atau rumah mesin jet diambil, mesin dibongkar seluruhnya menjadi bagian-bagian kecil.
Setelah itu giliran panel, yang melindungi area utama dalam pesawat. Struktur diletakkan dengan terbuka, sehingga teknisi dapat mengakses sistem pesawat terdalam dan mengambil bagian-bagian yang menarik.
"Ketika kami mematikan daya, itu adalah kematian resmi pesawat, tidak ada jalan kembali," jelas Miguel Martín dari Servitec, sebelum menambahkan bahwa dari Airbus A330 yang saat ini sedang dibongkar, mereka berhasil mengekstraksi lebih dari 4.600 bagian yang berbeda. Bila suatu maskapai menggunakan pesawat yang sama, bagian-bagian itu bisa dipakai kembali.
Setiap barang yang dikeluarkan dari pesawat didaftarkan, dibersihkan, dan diproses sehingga pemilik pesawat dapat membawanya ke mana pun mereka butuhkan. Pengunjung ke bandara dapat melihat bagaimana bagian-bagian yang berbeda ditumpuk rapi di sekitar pesawat saat menjalani proses klasifikasi ini.
Dibeli Pedagang
Ada perusahaan yang berspesialisasi dalam pembelian pesawat yang mendekati akhir masa operasinya. Mereka membongkar pesawat tersebut, kemudian suku cadangnya dijual kembali -- disebut aftermarket, tempat suku cadang dan peralatan diperdagangkan.
Dalam kebanyakan kasus bagian-bagian ini tidak dapat langsung masuk ke pesawat lain, misalnya suku cadang yang rusak akibat kecelakaan. Suku cadang tersebut harus ditransfer ke bengkel yang disetujui untuk menjalani sertifikasi ulang.
Sekalipun diproduksi secara seri, komponen-komponen dari tipe tertentu tidak selalu identik. Beberapa dari mereka telah melihat beberapa tingkat penyesuaian atas permintaan operator, bahkan produsen sering memperkenalkan modifikasi kecil juga. Inilah sebabnya mengapa setiap bagian harus dapat diidentifikasi secara individual.
Pesawat penumpang American Airlines memadati landasan di mana mereka diparkir karena pengurangan penerbangan untuk memperlambat penyebaran Virus Corona atau COVID-19, di Bandara Internasional Tulsa di Tulsa, Oklahoma, AS, 23 Maret 2020. REUTERS/Nick Oxford
Setiap bagian yang masuk ke pesawat terbang harus dilacak, jelaskan Alex Duran dan Jasin Kolar, salah satu pendiri Nexspares, sebuah perusahaan konsultan yang berbasis di Zurich. Mereka membantu maskapai penerbangan merencanakan strategi pengadaan suku cadang.
Setelah badan pesawat dilucuti setiap barang berharga, itu benar-benar dipotong untuk dicatat. Kecuali, logamnya digunakan kembali seperti menjadi perabot atau meja kopi di kafe butik.