TEMPO.CO, Jakarta - Zimbabwe memperpanjang masa karantina wilayah akibat wabah virus corona dalam dua minggu.
Presiden Emmerson Mnangagwa mengatakan 'keputusan sulit' diambil karena negaranya belum memenuhi persyaratan WHO untuk mengambil tindakan membuka perbatasan.
"Ini merupakan keputusan yang sangat sulit yang harus diambil pemerintah saya dengan enggan," katanya dalam pidato yang disiarkan televisi kepada negara itu. Karantina wilayah atau lockdown itu, meningkatkan jumlah pengangguran bagi Zimbabwe, yang bergulat dengan krisis ekonomi terburuk dalam satu dasawarsa -- yang ditandai dengan kekurangan valuta asing, makanan dan obat-obatan.
Pada hari Minggu, 19 April, negara itu telah mengkonfirmasi 25 kasus virus corona, termasuk tiga kematian. Sebagaimana dinukil dari Aljazeera, kasus tersebut terlihat kecil, namuan para ahli kesehatan khawatir, bahwa banyak infeksi tidak terdeteksi karena tes yang terbatas.
Kurangnya peralatan medis dan kekurangan infrastruktur mempersulit situasi, akibat tahun-tahun kekurangan dana dan tantangan ekonomi, telah membuat sektor kesehatan negara itu bertekuk lutut. Mnangagwa mengatakan negara itu telah "menyaksikan lonjakan jumlah infeksi dari satu digit ke 25 saat ini."
"Kami sangat khawatir virus ini mulai menyerang anak-anak kami dengan semakin banyak kasus yang berasal dari transmisi lokal," ujarnya.
Taman nasional Hwange, Zimbabwe, menjadi salah satu daya tarik wisata dan penghasil devisa negeri itu. Dailymail
Mnangagwa mengatakan pemerintah akan mengizinkan perusahaan pertambangan, penghasil mata uang asing utama negara itu, untuk melanjutkan operasi penuh sementara produsen akan bekerja dengan kapasitas terbatas. Perusahaan pertambangan yang beroperasi di Zimbabwe termasuk operasi lokal Impala Platinum Holdings dan Anglo American Platinum.
Dia menambahkan bahwa pemerintah telah memulai memperluas karantina wilayah, di seluruh negeri untuk mengukur besarnya masalah dan mengisolasi kasus sejak dini. Karantina wilayah telah membatasi sebagian besar warga di rumah-rumah mereka. Namun di kota-kota miskin, orang-orang berkelana mencari makanan pokok seperti jagung, mengarah ke antrian panjang di toko-toko.
Di ibukota, Harare, pejabat dewan kota, dengan bantuan polisi dan tentara, pada hari Minggu merobohkan kios-kios pasar ilegal yang digunakan oleh pedagang informal. Tindakan itu sangat dikritik oleh warga di negara itu, di mana lebih dari 80 persen populasi tidak memiliki pekerjaan formal dan bergantung pada ekonomi informal untuk mencari nafkah.
Otoritas kota membela langkah itu, mengatakan itu perlu untuk memulihkan ketertiban dan bahwa pedagang informal akan dipindahkan ke fasilitas baru dan lebih baik.
Sebagai bagian dari langkah-langkah untuk menahan penyebaran virus corona, pemerintah telah menyatakan keadaan bencana nasional. Pemerintah juga melarang semua pertemuan publik lebih dari 50 orang selama 60 hari.
Suasana air terjun Victoria yang mengalami kekeringan yang berkepanjangan di Zimbabwe, 4 Desember 2019. Keringnya air terjun Victoria memiliki efek pada pertanian lokal, pasokan listrik dan angka pariwisata. REUTERS/Staff
Beberapa pertemuan yang dilarang termasuk layanan gereja, pernikahan dan semua perlengkapan olahraga internasional. Pemerintah juga telah memerintahkan penutupan sekolah dan menunjuk tiga rumah sakit sebagai fasilitas karantina.
Karantina wilayah membuat pariwisata Zimbabwe juga lumpuh. Dinukil dari The Independent, industri pariwisata dan perhotelan negeri itu telah mencatat pembatalan besar-besaran. Para turis membatalkan pesanan akomodasi dan rekreasi setelah pecahnya virus corona. Sektor pariwisata Zimbabwe diperkirakan telah menghasilkan US$1 miliar dan tumbuh tujuh persen dibanding 2019 dan 2017.