TEMPO.CO, Jakarta - Unsur genetika mempengaruhi kegemaran seseorang untuk travelling. Hal ini dibuktikan melalui berbagai penelitian yang dilakukan para ahli.
Mengutip laman Elite Daily, seorang peneliti bernama Chaunsheng Chen menyatakan sebuah gen bernama DRD4-7R amat mempengaruhi keinginan seseorang untuk travelling atau jalan-jalan. Gen DRD4-7R ini merupakan turunan dari gen DRD4, yang berkaitan dengan kadar dopamin di otak. Gen tersebut berhubungan dengan keingintahuan dan kegelisahan.
Chaunsheng Chen menyatakan gen DRD4-7R lebih mungkin terjadi dalam masyarakat modern. Chen melakukan penelitian pada 1999 dengan asumsi kehidupan manusia berasal dari Afrika. Dia menyimpulkan mutasi gen membuat orang berani melakukan perpindahan sehingga kegiatan peradaban telah jauh berbeda.
Studi lain juga menyebutkan tentang rasa ingin tahu dan gelisah yang membuat orang bepergian ke tempat baru. Tapi khusus untuk travelling, penulis National Geographic, David Dobbs menjelaskan bentuk mutan gen DRD4-7R membuat orang cenderung berani mengambil risiko, suka bertualang ke tempat baru, dan mencoba makanan baru.
Ilustrasi pria travelling. Traveling Lifestyle.com
Kajian David Dobbs ini bisa dibilang mirip dengan penelitian Chaunsheng Chen, yang mengaitkan mutasi faktor keturunan DRD4 dengan migrasi manusia. Namun demikian, ada peneliti lain yang meragukan unsur genetika berhubungan dengan suka tidaknya seseorang travelling.
Seorang ahli genetika dari Universitas Yale, Kenneth Kidd mengatakan kajian tentang gen atau faktor keturunan terhadap perilaku seseorang tidak bisa disimpulkan dengan mudah. "Gen tidak serta-merta menentukan sikap dan perilaku manusia," kata Kidd.
Penulis keanekaragaman neuron, Garret LoPorto mengatakan perbedaan pendapat ini penting untuk mempertimbangkan berbagai kajian. Mutasi gen DRD4-7R, menurut dia, mungkin membawa banyak karakter yang dapat dieksplorasi. Bukan cuma travelling, gen ini juga mempengaruhi cara berpikir hingga seseorang merasa tak terkendali.
ELITE DAILY | SMARTER TRAVEL