TEMPO.CO, Jakarta - Warga Italia mewujudkan kebaikan, keramahan, dan semangat saling membantu saat wabah virus corona (Covid-19). Mereka bernyanyi serempak di balkon mereka atau komunitas yang memberi tepuk tangan kepada para profesional medis di garis depan.
Tak hanya Italia, ada beberapa negara lain yang menurut BBC Travel memiliki tradisi kemurahan hati yang panjang dan saling membantu. Mereka bergotong royong mengurangi beban pada masa krisis wabah virus corona. Berikut empat negara yang memiliki tradisi kebaikannya menurut BBC.
Philoxenia, Yunani
Di Yunani, para tamu biasanya diperlakukan seperti tamu kehormatan, dengan undangan makan malam sederhana. Tapi sebenarnya bukanlah pesta sederhama, pasalnya gelas anggur tamu terus diisi oleh tuan rumah yang penuh perhatian.
Di Yunani Kuno, keramahtamahan adalah perintah para dewa, khususnya Zeus Xenios, dewa orang asing atau musafir. Jika seorang musafir yang lelah tiba di depan pintu rumah seseorang, tuan rumah wajib menyambut mereka dengan makanan dan tempat tinggal. Hal itu dilakukan bahkan sebelum mengajukan pertanyaan, apakah mereka mengenal tamu itu atau tidak.
Sebagai imbalannya, tamu diwajibkan untuk menunjukkan rasa hormat kepada tuan rumah melalui aksi, seperti tinggal hanya selama diperlukan. Bagi salah satu pihak yang gagal dalam kewajiban mereka, dianggap sebagai pelanggaran yang layak mendapat murka ilahi Zeus Xenios.
Ekspresi seorang pengunjung saat mengikuti perayaan "Ash Monday", dalam sebuah pesta tradisional yang menandai akhir musim karnaval dan awal periode 40 hari Prapaskah sampai Paskah Ortodoks, di pelabuhan Galaxidi, Yunani, 27 Februari 2017. REUTERS/Alkis Konstantinidis
Philoxenia diambil dari kata Yunani, xenia (orang asing) dan philo (perawatan), konsep ini dikenal sebagai philoxenia, atau cinta orang asing (dan kemudian hospitum, atau keramahtamahan), pandangan ini bisa ditemukan di seluruh karya Homer.
The Odyssey, misalnya, dipenuhi berkah keramahtamahan sepanjang perjalanan pulang ke Ithaca. Sementara Iliad menulis reaksi orang-orang Yunani terhadap pelanggaran terang-terangan dalam Perang Troya, sebagai rekasi terhadap Paris, yang bertamu ke Sparta, lalu Helen istri tuan rumah.
Keramahtamahan warga Yunani terus hidup hingga kini. Mereka ramah, dan bersedia mengantar wisatawan yang tersesat, bahkan memberi mereka makan.
Taarof, Iran
Salju pertama cenderung tidak jatuh di Mashhad. Wilayah yang terselip di pegunungan Iran timur laut, dicengkeram musim dingin pada Desember. Pada 2015, seorang warga, memaku dinding rumahnya dan mengecat temboknya dengan warna warni. Lalu ia memasang pasak dan gantungan, untuk menggantung baju-baju hangat.
Di sampingnya, sebuah pesan yang dicat dalam bahasa Farsi berbunyi: "Jika Anda tidak membutuhkannya, tinggalkan saja. Jika Anda membutuhkannya, ambillah.”
Penduduk Mashhad antusias menyumbangkan pakaian hangat yang bisa mereka berikan. Kebaikan itu merebak di media sosial tentang "dinding kebaikan". Lalu Toko roti mulai meninggalkan keranjang penuh roti yang diperuntukkan bagi mereka yang lapar, dan tak punya uang untuk membeli.
Gerai makanan cepat saji Teheran memperkenalkan sistem di mana pelanggan dapat memesan makanan, dan ditujukan untuk siapa saja yang membutuhkan. Mengingatkan pada tradisi caffe sospeso (kopi yang ditangguhkan) di Italia yang dihidupkan kembali di Naples sekitar satu dekade lalu. Tradisi ini berupa seseorang membeli kopi, dibayar di muka, diperuntukkan bagi siapa saja yang tak mampu beli.
Para wanita Iran berkumpul untuk berbagi makanan saat pandemi virus corona, yang diberikan kepada mereka yang membutuhkan. Foto: @youth.at.the.gates
Bersedekah menjadi kebiasaan umat Islam yang utama, namun “dinding kebaikan” berakar pada budaya Persia. Semangat kebaikan ini juga diwujudkan dalam taarof, atau seni etiket Persia, di mana kesopanan memegang tempat terhormat dalam setiap interaksi sosial. Meskipun pandemi virus corona menguji semangat filantropi bangsa hingga batasnya, gerakan kebaikan terhadap orang asing terus berlanjut hingga hari ini.
Ubuntu, Afrika Selatan
Kata itu berasal dari bahasa Nguni yang dituturkan oleh beberapa orang pertama di Afrika, tetapi ubuntu tidak muncul dalam sumber tertulis sampai pertengahan abad ke-19. Ubuntu menjadi terkenal ketika transisi rezim apartheid Afrika Selatan ke demokrasi yang mencakup semua ras.
Sementara definisi ubuntu bervariasi selama bertahun-tahun, pepatah Nguni "umuntu ngumuntu ngabantu" (sering diterjemahkan sebagai "seseorang adalah orang melalui orang lain") paling umum digunakan untuk menggambarkan konsep tersebut.
Dalam praktiknya, ubuntu adalah keyakinan bahwa ikatan bersama suatu kelompok lebih penting daripada bagian-bagian di dalamnya. Seperti Nelson Mandela pernah tulis, ubuntu adalah, “Perasaan yang mendalam bahwa kami adalah manusia hanya melalui kemanusiaan orang lain; bahwa jika kami ingin mencapai apa pun di dunia ini, itu akan setara dengan pekerjaan dan prestasi orang lain."
Di Afrika Selatan, filosofi tersebut diwujudkan dalam kebaikan dan kasih sayang, terutama terhadap orang-orang dari latar belakang budaya yang berbeda.
Petugas memberikan cairan hand sanitizer pada warga yang mengantre untuk membeli bahan makanan di supermarket, menjelang diberlakukannya lockdown selama 21 hari, sebagai upaya mencegah penyebaran Virus Corona di Johannesburg, Afrika Selatan, 24 Maret 2020. Afrika Selatan akan melakukan lockdown dimulai dari Kamis 26 Maret 2020. Hal itu untuk mencegah penyebaran virus corona atau COVID-19. REUTERS/Rogan Ward
Mantan uskup agung Afrika Selatan Desmond Tutu memanfaatkan konsep ubuntu ketika memimpin Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi bangsa pada pertengahan 1990-an. Dengan persepsi Kristennya mengakui pentingnya pengampunan, rekonsiliasi, dan koeksistensi damai.
Saat berpidato pada 2020, Tutu pernah berkata bahwa “Ubuntu berbicara secara khusus tentang fakta bahwa Anda tidak dapat eksis sebagai manusia yang terisolasi. Itu berbicara tentang keterkaitan kita. Anda tidak bisa menjadi manusia sendirian, dan ketika Anda memiliki kualitas ini - ubuntu - Anda dikenal karena kemurahan hati Anda."
Omotenashi, Jepang
Sering digambarkan sebagai negara paling sopan di dunia, tradisi keramahan tanpa pamrih Jepang adalah produk dari tradisi yang dikenal sebagai omotenashi. Diterjemahkan secara harfiah menjadi "semangat pelayanan", landasan budaya Jepang ini didasarkan pada ritual sado (upacara minum teh) yang telah berusia berabad-abad, yang membutuhkan perhatian tingkat tinggi atas nama tuan rumah untuk memastikan setiap kebutuhan tamu mereka terpenuhi , tanpa mengharapkan imbalan apa pun.
Para tamu, yang sadar akan upaya tuan rumah, merespons dengan menunjukkan rasa terima kasih. Dengan demikian, kedua pihak menciptakan lingkungan yang harmonis dan saling menghormati.
Meskipun mungkin tidak ada kebiasaan Jepang yang lebih baik mewakili omotenashi dibanding sado, omotenashi telah menjadi cara hidup di Jepang. Staf di toko-toko dan restoran menyambut pelanggan dengan "irasshaimase" hangat (selamat datang) saat Anda melangkah masuk. Di kereta shinkansen (kereta peluru) para kru kebersihan membungkuk kepada penumpang yang naik; dan pengemudi taksi membuka pintu bagi penumpang secara otomatis.
Berpakaian kimono Jepang, sekelompok anak muda Jepang yang berumur 20 tahun pada tahun ini, usia kedewasaan bagi warga Jepang, tertawa menyusul upacara menyambut kedewasaan di Tokyo Disneyland di Urayasu, dekat Tokyo, Jepang, Senin (14/1). AP/Koji Sasahara
Tingkat kesopanan yang lebih besar ditunjukkan kepada orang-orang di luar kelompok sendiri, terutama bagi orang asing.
Tradisi kebaikan lain berupa butomotenashi atau senbetsu, yakni memberikan hadiah kepada seseorang yang pergi berlibur, atau meninggalkan pekerjaan mereka. Tradisi ini berasal dari zaman kuno, ketika hadiah diberikan pada orang-orang yang berangkat berziarah. Untuk memastikan perjalanan mereka nyaman.