Survei PUWSI terhadap para anggota, menemukan pembatalan perjalanan (trip) mencapai 40 persen hanya dalam waktu sebulan. Akibatnya, muncul potensi penambahan jumlah pekerja yang akan dirumahkan. Setidaknya 25 persen pelaku usaha memastikan akan mengurangi jumlah tenaga kerja, untuk menekan biaya operasional usaha.
Meskipun belum dapat menyebutkan secara rinci nilai kerugian pelaku usaha wisata selam, angka ini diperkirakan akan semakin membengkak hingga miliaran rupiah jika situasi tidak segera membaik. Padahal, sebanyak 40 persen, pelaku usaha menanggung kredit perbankan.
“Kami sangat memahami bahwa pandemi ini memicu masalah ekonomi baru. Tatanan kehidupan manusia berubah, dari yang sebelumnya bebas bepergian menjadi harus berdiam di rumah. Ini adalah pukulan berat bagi sektor wisata," ujar Ricky Soerapoetra, Ketua Umum PUWSI.
Buleleng memiliki spot selam terbaik di Bali, perhelatan Bali Buleleng Dive Festival keempat merupakan langkah menyelamatkan terumbu karang. Dok. Kemenparekraf
Menurutnya, banyak destinasi pariwisata dan bahkan lokasi selam ikut ditutup sementara, hingga waktu yang belum dapat ditentukan.
Solusi Sementara
Agar wisata selam terus menggeliat, meskipun terhalang wabah, PUWSI menawarkan solusi penerbitan sertifikasi selam melalui kursus daring. Menurut Ricky, hampir seluruh agensi yang menawarkan kursus selam dan menerbitkan sertifikasi, sudah memiliki layanan belajar daring (online) dari level dasar hingga profesional.
“Dive center yang menjadi anggota PUWSI masih dapat melayani permintaan kursus selam melalui online," imbuh Ricky. Menurutnya, masyarakat masih dapat mengakses kursus selam dengan sertifikasi dari berbagai agensi di seluruh dunia. Praktik tersebut mengacu kepada Peraturan Menteri Pariwista dan Ekonomikreatif No. 7/16 Tentang Pedoman Pelaksanaan Usaha Wisata Selam.
PUWSI berafiliasi dengan beragam usaha wisata selam yang wajib memiliki standar pelatihan Internasional (ISO/EU/WRSTC/CMAS/WUF), "Dengan demikian, masyarakat dapat memilih usaha wisata selam di daerahnya masing masing agar tetap dapat mendukung usaha lokal dimana masyarakat tinggal,” kata Ricky.
Menurut Ricky, solusi sementara ini, dapat dimanfaatkan masyarakat untuk mengikuti kursus selam secara daring. Sembari mengisi kegiatan untuk pengembangan skill dan kesehatan mental selama periode karantina nasional. Ke depan, setelah situasi membaik, masyarakat dapat kembali menikmati keindahan laut di seluruh Indonesia.
Sementara bagi pengusaha, menurutnya, kursus daring dapat digunakan untuk tetap menjalankan roda usaha. Namun, PUWSI meminta kementerian terkait, juga memberikan perhatian khusus kepada pelaku usaha dan tenaga kerja di sektor wisata selam. Pasalnya dalam industri wisata selam, terdapat 13 juta pekerja.
PUWSI juga menawarkan usulan kepada kementerian terkait, untuk menyelamatkan bisnis wisata selam, antara lain pemberian fasilitas kredit usaha khusus atau bantuan modal kepada pelaku usaha wisata selam. Dana talangan di masa sulit tersebut, sekaligus persiapan memulai kembali usaha setelah wabah mereda.
Organisasi perhimpunan pengusaha wisata selam itu juga meminta, agar paket-paket yang dipesan di muka bisa dijadwalkan ulang setelah wabah reda. PUWSI juga meminta lelang, realisasi proyek pengadaan jasa dan produk terkait wisata bahari, dan pekerjaan bawah laut di lingkup pemerintah dipercepat, untuk kemudian dijadwalkan pengerjaannya setelah wabah mereda.
Wisata selam jatuh selama panedemi wabah virus corona, akibat pembatasan wilayah yang dilakukan berbagai negara. Dok. PUWSI
Terakhir, PUWSI meminta kementerian terkait tetap promosi destinasi wisata, misalnya dengan menggelar pameran/eksebisi secara daring. Dan memberikan kesempatan kepada pelaku usaha untuk dapat berpartisipasi sehingga tetap dapat melakukan penjualan paket-paket wisata.
“Kami berusaha untuk selalu dapat memberikan informasi, bantuan dan advokasi bagi masa depan usaha wisata selam Indonesia agar dapat kembali bangkit dari masa gelap ini,” tutup Ricky.