TEMPO.CO, Jakarta - Agen perjalanan online terbesar di Cina, Trip.com Group melakukan survei terhadap 15.000 orang di 100 kota di Cina pada akhir Maret. Selain menemukan tingginya keinginan pelesiran setelah dua bulan terkurung, Trip.com Group juga menemukan beragam alasan mengapa warga Cina lebih memilih pelesiran di dalam negeri.
“Alasan utama adalah kota-kota populer di Cina adalah rumah bagi banyak situs UNESCO, jadi masih banyak yang bisa ditemukan (oleh wisatawan)," kata Jane Sun, CEO Trip.com Group.
Menukil CNN, di seluruh negeri, Cina memiliki 55 Situs Warisan Dunia UNESCO serta keajaiban alam yang tak terhitung, seperti puncak "mengambang" Zhangjiajie, pemandangan karst Sungai Li di luar Guilin dan Tiger Leaping Gorge di Yunnan.
Saat virus corona mereda, banyak tempat wisata paling terkenal di negara itu perlahan-lahan dibuka kembali, termasuk bagian Badaling dari Tembok Besar Cina dan Pusat Penelitian Chengdu untuk Pembibitan Panda Raksasa.
"Orang-orang Cina ingin tahu dan bersemangat menjelajahi negara mereka dan melihat berbagai provinsi, kota, dan landmark," Holger Jakobs, Wakil Presiden Penjualan dan Pemasaran Wharf Hotels, mengatakan kepada CNN Travel.
"Ada daftar tujuan yang luas yang belum pernah dilihat oleh banyak orang muda. Karena perjalanan internasional menjadi lebih mudah, mereka fokus pada perjalanan cepat ke Hong Kong dan Taiwan dan Asia Tenggara. Tapi sekarang saya pikir akan ada kebangkitan besar klasik tujuan di Cina yang selalu ada tetapi ada di latar belakang untuk beberapa pelancong.
Huangshan atau Gunung Huang, adalah sebuah pegunungan di Provinsi Anhui selatan, di Tiongkok bagian timur. Foto: Olga Lakeeva/@nordsolveig
Wharf Hotels mengoperasikan 10 properti di Cina, memaparkan bagaimana pasar perjalanan pulih, "Saya pikir survei (Trip.com) tepat. Kami sebenarnya sudah melihat rebound dalam perjalanan domestik - termasuk liburan dan perjalanan bisnis yang tidak penting, pertemuan perusahaan dan acara - di properti kami di daerah yang tidak terpengaruh seperti Cina tengah," kata Jakobs.
"Secara khusus, kami telah melihat kenaikan baru-baru ini di Chongqing dan Chengdu. Kota-kota ini sudah menjadi penarik utama untuk perjalanan domestik yang lebih pendek, sehingga hotel-hotel kami di kota itu memimpin pemulihan saat ini di seluruh portofolio kami."
Tren Perjalanan yang Berubah
Meskipun bepergian setelah dua bulan terkurung jadi prioritas, namun survei Trip.com dan Oliver Wyman menemukan, warga Cina memperhatikan benar fakto safety dan kemudahan perjalanan, "Wisatawan Cina ingin merasa aman dan bebas virus di setiap titik kontak sepanjang perjalanan," kata Katie Sham, Direktur Oliver Wyman yang berbasis di Shanghai.
"Mereka ingin memastikan bahwa hotel dan restoran yang mereka pilih sering dibersihkan, dengan kebersihan menjadi prioritas utama staf."
Selain itu, banyak pelancong lebih suka perjalanan singkat dan mudah, yang tidak terlalu jauh untuk menikmati segalanya. Idenya adalah, bahwa jika mereka menghadapi masalah, mereka dapat dengan mudah kembali ke rumah.
Jakobs setuju mengenai hal itu, "Apa yang kami lihat terhadap hotel kami adalah fleksibilitas itu penting," katanya. "Kami melihat kebangkitan pembelian dan pemesanan voucher, artinya Anda dapat membeli voucher untuk beberapa malam kamar dan memiliki fleksibilitas penuh kapan menggunakannya dalam jangka waktu tertentu, kalau-kalau terjadi sesuatu."
Orang-orang berjalan di sebuah jalan kawasan perniagaan di Wuhan, Hubei, Cina tengah, Senin, 30 Maret 2020. Puncak wabah virus corona COVID-19 di Wuhan terjadi pada bulan Februari lalu. (Xinhua/Shen Bohan)
Gaya perjalanan juga akan berubah ketika orang-orang menyesuaikan diri dengan perjalanan pasca-Covid-19. Menurut survei Trip.com, gaya perjalanan paling populer adalah perjalanan mandiri, berpemandu diri, dan tur kelompok kecil.
Sebaliknya, gaya perjalanan yang dianggap tidak aman - seperti tur kelompok besar atau kapal pesiar -- mungkin membutuhkan waktu lebih lama untuk dipercaya warga Cina. Menurut Oliver Wyman, 71 persen responden mengatakan mereka akan menghindari kunjungan bus wisata. Dan 55 persen akan menghindari kapal pesiar, karena risiko kesehatan.
Bagaimana dengan perjalanan ke luar negeri? Sementara perjalanan domestik yang lebih pendek mulai diminati, perjalanan internasional kemungkinan akan menyusul. Sekitar 14 persen responden Trip.com menyatakan minat untuk mengunjungi negara-negara Eropa, meskipun rencana mereka akan tergantung pada faktor safety dan pembatasan perjalanan.
"Perjalanan ke luar negeri akan secara bertahap meningkat segera, setelah pandemi, perbatasan dicabut dan berikutnya visa mulai disediakan kedutaan," kata Sun.
Sementara itu, para ahli di China Research Outbound Tourism Research Institute (COTRI) tidak terkejut dengan hasil survei Trip.com. Menurut mereka, keinginan pelesiran warga Cina menunjukkan kembalinya status quo, dibanding perubahan dramatis dalam kebiasaan bepergian.
Berdasarkan data dari Akademi Pariwisata Cina, wisatawan domestik melakukan lebih dari 6 miliar perjalanan di dalam negeri pada tahun 2019, dibandingkan dengan hanya 155 juta perjalanan ke luar negeri.
"Lebih dari 90 persen dari semua pelancong Cina sudah melakukan perjalanan domestik (sebelum Covid-19), jadi jika Anda bertanya sampel yang kurang lebih representatif dari populasi Cina, itulah yang akan Anda dapatkan," kata Wolfgang Georg Arlt, pendiri COTRI , kepada CNN Travel.
Wisatawan mengenakan masker saat mengunjungi Tembok Besar Cina di Beijing, 24 Maret 2020. Sejumlah objek wisata di Cina kembali dibuka seiring meredanya virus Corona di negara tersebut. REUTERS/Thomas Peter
Lantas ke mana tujuan mereka bila pelesiran ke luar negeri? Arlt memperkirakan para pelancong kemungkinan akan memilih tujuan terdekat di Asia seperti Thailand, Korea Selatan dan Vietnam.
"Itu tergantung pada beberapa faktor: negara mana yang menunjukkan empati ketika Wuhan menjadi pusat krisis, dan tujuan mana yang tidak dianggap berbahaya," tambahnya. Jadi, Eropa dan Australia dan, terutama AS, belum menarik minat wisatawan Cina.