TEMPO.CO, Jakarta - Pemeritah Kabupaten Sleman memutuskan mengosongkan satu dari dua lokasi karantina pencegahan Covid-19 bagi para pendatang. Pengosongan lokasi karantina tersebut, karena dinilai rawan terdampak erupsi Gunung Merapi.
Pemda Sleman sebelumnya menyiapkan dua shelter yakni Asrama Haji di kawasan Ringroad Utara dan Wisma Sembada, di area wisata Kaliurang yang dekat kawasan Gunung Merapi.
"Wisma Sembada dikosongkan karena kalau Gunung Merapi erupsi, mereka (penghuni shelter) harus diangkut ke bawah juga," ujar juru bicara Pemda Sleman Shavitri Nurmala Dewi atau Evi di Yogyakarta, Ahad, 12 April 2020.
Wisma Sembada merupakan gedung serbaguna yang dimiliki Pemda Sleman dan memiliki kapasitas 45 kamar. Penyiapan Wisma ini sebelumnya bersifat sementara. Karena Pemda Sleman tengah menyiapkan shelter di Balai Pendidikan dan Latihan (Diklat) Kementerian Dalam Negeri yang berlokasi di Desa Tirtomartani, Kecamatan Kalasan.
Dengan pengosongan lokasi karantina di Kaliurang itu, praktis Sleman kini hanya memanfaatkan shelter Asrama Haji. Shelter ini dimanfaatkan untuk menampung pendatang khususnya yang ditolak, pasien dalam pengawasan (PDP) yang sudah sembuh, maupun petugas medis yang tidak bisa pulang ke rumah.
Selain itu pemudik berstatus orang tanpa gejala (OTG) maupun yang sedang menunggu hasil tes juga bisa ditempatkan di Asrama Haji, "Untuk ODP ringan maupun OTG dapat melakukan isolasi mandiri di rumah masing masing," ujarnya.
Evi mengatakan per hari ini, Ahad 12 April ada 11 orang dikarantina di Asrama Haji Sleman. Yang terdiri status ODP sebanyak empat orang
dan status OTG, Pelaku Perjalanan Area Terdampak (PPAT) sebanyak
tujuh orang.
Kepala Dinas Kesehatan Sleman, Joko Hastaryo mengatakan selama warga dikarantina di Asrama Haji, mereka dicek kesehatannya secara rutin serta diberikan obat sesuai indikasi.
"Jadi setiap hari dilakukan pemeriksaan seperti vital sign meliputi cek tekanan darah, nadi, respirasi, suhu dan anamnesa sesuai format rekam medis warga," ujarnya.
PRIBADI WICAKSONO