Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Jingyeong Sansu, Seni Menciptakan Gunung Mini di Seoul

Reporter

Editor

Ludhy Cahyana

image-gnews
Imitasi Gunung Kumgang di sebuah apartemen. Foto: Seunggu Kim/CNN
Imitasi Gunung Kumgang di sebuah apartemen. Foto: Seunggu Kim/CNN
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Seoul, jantung Korea Selatan, masih menjadi destinasi wisata utama di Asia, usai wabah virus corona. Negeri itu sedang merancang program, untuk memikat wisatawan bila wabah berlalu. Wisatawan selalu ingat Seoul sebagai metropolitan megah, yang menawarkan wisata sejarah. Semisal Istana Sungnyemun, Changgyeong, hingga Kampung Hanok di Gunung Ham.

Tapi wisatawan mungkin lupa, Seoul juga punya detail-detail yang terlewatkan, semisal miniatur bukit batu Dodamsambong yang berada di tengah sungai. Miniatur bukit atau gunung-gunung itu, merupakan tren memperindah taman, yang dikenal sebagai seni "jingyeong sansu". Seni yang berusaha menciptakan kembali gunung-gunung paling terkenal di negara itu - dalam skala yang jauh lebih kecil - di luar kompleks apartemen mewah dan villa pribadi.

Gunung artifiasial itu, biasanya dibangun oleh pengembang real estate yang berharap dapat meningkatkan feng shui dan harga pasar bangunan. Beberapa penduduk juga percaya, gunung artifisal membawa kekuatan penyembuhan alam di depan pintu rumah mereka.

Dinukil dari CNN, fotografer Seunggu Kim, memotret seni jingyeong sansu. Ia memotret gunung-gunung mini, mulai dari pembuatan hingga pemasangan struktur yang tidak konvensional itu sejak 2011. Pada waktu itu, ia telah mengunjungi sekitar 30 kompleks apartemen yang dilengkapi dengan taman batu megah dan bukit-bukit yang ditutupi pohon.

Menurut Kim, proses pembuatan gunung artifisial dimulai dengan membuat cetakan styrofoam dasar, yang dipasang di sekitar blok apartemen, “Kemudian pekerja menutupinya dengan tanah, sebelum menanam bunga dan pohon,” ujarnya.

Strukturnya sering disertai dengan ukiran yang menggambarkan energi positif, yang dipikirkan masyarakat mengenai setiap gunung, mulai dari kesuburan, aspirasi, hingga ketenangan pikiran.

"Saya menyadari ini bukan hanya lanskap buatan tetapi lingkungan baru yang menggabungkan tradisi dan filosofi," kata Kim kepada CNN Travel. Sebuah miniatur gunung dihargai hingga US$ 2 juta untuk desain setinggi 20 meter, “Biasanya ditemukan di kompleks apartemen mewah. Hanya bahan berkualitas tinggi yang digunakan, termasuk batu dan bonsai yang mahal, dan setiap gunung dikelola oleh tim ahli,” ujarnya.

Keluarga Korea meyakini, gunung imitasi memiliki kekuatan fengsui, sementara bagi pengembang dapat menaikkan nilai properti. Namun Seunggun Kim juga menemukan, gunung imitasi dipakai untuk hiburan dalam kehidupan urban. Foto: Seunggu Kim/CNN

Kecintaan Bangsa Korea Terhadap Gunung

Pegunungan mencakup sekitar 70 persen dari semenanjung Korea dan merupakan bagian integral dari identitas Korea. Kisah mistik tentang asal usul Korea dimulai di Pegunungan Taebaek.

Menurut legenda Korea, Hwan-ung turun dari surga dan didekati oleh beruang yang ingin menjadi wanita. Hwan-ung menyuruh beruang itu makan bawang putih dan rempah-rempah selama 100 hari di sebuah gua. Itu berhasil, dan beruang itu jadi wanita. Hwan-ung menikahi wanitu itu, dan buah perkawinan mereka lahirlah Dangun, yang mendirikan kerajaan pada tahun 2333 SM.

Sementara banyak yang menganggap legenda sebagai mitos, arkeolog Korea Utara mengklaim telah menemukan kuburan Dangun di kaki gunung Taebaek dekat ibukota Korea Utara, Pyongyang. Mereka lalu membangun sebuah makam di lokasi itu pada tahun 1994 untuk memuliakannya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Saat ini, pegunungan di kedua sisi perbatasan antara Korea Utara dan Selatan diyakini membawa keberuntungan. Kedua negara merayakan asal usul bangsa Korea, setiap 3 Oktober setiap tahun – untuk mengenang Hwan-ung.

"Ada kepercayaan positif dan perdukunan terhadap gunung-gunung di Korea, jadi itu seperti mengompresnya dan membawanya kembali ke kota di mana ada kekurangan alam," kata Kim. "Pekerjaan saya adalah menemukan pemandangan Korea yang masih ada di masyarakat modern."

Beberapa desain yang lebih populer adalah Gunung Seorak, di pegunungan Taebaek di provinsi Gangwon, dan Halla Pulau Jeju, gunung tertinggi di negara itu. Gunung Kumgang di Korea Utara juga populer, namun turis Korea Selatan tidak dapat mengunjunginya sejak 2008, karena ketegangan politik.

Kembali ke Alam

Popularitas lanskap buatan menunjukkan bahwa penduduk berusaha memperkuat ikatan mereka dengan alam, setelah puluhan tahun mengalami urbanisasi yang cepat. Upaya untuk menghubungkan kembali inilah yang Kim coba tangkap dalam fotonya, menurut kurator Haeni Park.

"Melalui karyanya, Kim mengungkapkan pemahamannya tentang realitas masyarakat kami, di mana orang-orang yang tinggal di kota-kota yang agak suram benar-benar mendapatkan penghiburan, jika hanya sesaat, dari struktur buatan yang berwarna-warni," ujarnya.

Kim telah memotret struktur yang sama selama bertahun-tahun untuk mengamati perubahan musiman dalam bentuk dan warna mereka. Dia awalnya melihat desain lanskap "kitsch" sebagai salah satu gejala pertumbuhan ekonomi yang cepat di Korea Selatan. Namun sejak itu ia semakin menghargai keindahan pegunungan dan efek "penyembuhan" yang dimiliki gunung-gunung artifisial.

Tiruan Dodamsambong Peaks di sebuah apartemen. Foto: Seunggun Kim/CNN

"Kadang-kadang ketika saya di luar sana memotret bukit-bukit palsu, penduduk tua mendatangi saya dan menjelaskan pentingnya gunung dengan sangat bangga, seolah-olah mereka nyata dan mereka memilikinya," kenang fotografer itu. "Aku menemukan rasa memiliki yang sangat unik."

Kim mengatakan bahwa, hari ini, orang harus menemukan cara alternatif untuk menikmati alam dan bersantai. Dia menyebutnya "budaya instan," dan untuk menangkap bagaimana kaum urban Korea Selatan berurusan dengan hasrat untuk menemukan kegembiraan di masa tersulit.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Seoul Lumpuh, Sopir Bus Mogok Massal Tuntut Naik Gaji

1 hari lalu

Ilustrasi bus (Pixabay)
Seoul Lumpuh, Sopir Bus Mogok Massal Tuntut Naik Gaji

Sopir bus di Seoul, Korea Selatan ramai-ramai mogok kerja memprotes besaran upah. Akibatnya sektor transportasi lumpuh.


Jangan Kabur, Ini 6 Tips Menyelamatkan Diri saat Bertemu Harimau

11 hari lalu

Seekor Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) mengamuk dan mengalami gigi taring patah karena mengigit kandang besi saat masuk perangkap di Nagari Binjai, Kecamatan Tigo Nagari, Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat, Minggu, 4 Februari 2024. Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Barat mengevakuasi seekor Harimau Sumatera berjenis kelamin betina, setelah masuk ke kandang jebak yang dipasang karena sebulan terakhir mendapatkan laporan hewan dilindungi itu memakan ternak warga. ANTARA/Iggoy el Fitra
Jangan Kabur, Ini 6 Tips Menyelamatkan Diri saat Bertemu Harimau

Saat sedang pergi ke hutan atau gunung dan bertemu harimau, sebaiknya jangan panik. Berikut beberapa tips menyelamatkan diri saat bertemu harimau.


4 Tahun Pandemi Covid-19, TPU di Jakarta sempat Kehabisan Tempat Penguburan Korban Virus Corona

16 hari lalu

Petugas pemakaman beristirahat usai memakamkan sejumlah jenazah dengan protokol COVID-19 di TPU Rorotan, Cilincing, Jakarta, Minggu, 4 Juli 2021. Jumlah kematian akibat COVID-19 per hari Minggu 4 Juli 2021 mencapai 555 kasus, yang menjadi rekor tertinggi sejak kasus pertama COVID-19 di Indonesia diumumkan Presiden Joko Widodo pada awal Maret 2020.  ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
4 Tahun Pandemi Covid-19, TPU di Jakarta sempat Kehabisan Tempat Penguburan Korban Virus Corona

Di Jakarta, setidaknya ada dua TPU yang jadi tempat permakaman korban saat pandemi Covid-19, yakni TPU Tegal Alur dan Pondok Ranggon.


Kilas Balik Hari-hari Menegangkan 4 Tahun Lalu Saat Mula Wabah Pandemi Covid-19

17 hari lalu

Ilustrasi virus corona atau Covid-19. REUTERS
Kilas Balik Hari-hari Menegangkan 4 Tahun Lalu Saat Mula Wabah Pandemi Covid-19

WHO tetapkan 11 Maret 2020 sebagai hari pertama pandemi global akibat wabah Covid-19. Kini, 4 tahun berlalu, masihkan patuhi protokol kesehatan?


Satu Keluarga Pemain Ski Hilang di Zermatt Swiss

18 hari lalu

Peserta mendaki puncak Rosablanche selama perlombaan Glacier Patrol ke-21 di pegunungan antara Zermatt dan Verbier, Swis, 18 April 2018. Perlombaan ini pertama kali diselenggarakan pada April 1943 dan hanya diikuti peserta militer. AP/Jean- Christophe Bott
Satu Keluarga Pemain Ski Hilang di Zermatt Swiss

Lima dari total orang hilang di gunung Tte Blanche Swiss tersebut adalah satu keluarga.


7 Destinasi Liburan Musim Semi di Korea Selatan

19 hari lalu

Jinahe Cherry Blossom Festival. Youtube.com/Taste Seoul Goods
7 Destinasi Liburan Musim Semi di Korea Selatan

Merayakan musim semi di Korea melihat keindahan alam dari bunga Sakura, Desa Gwangyang, Taman Hutan, Seoraksan, Gyeongju, Festival Tulip, Pulau Nami.


Pria Ini Sudah Disuntik Vaksin Covid-19 217 Kali, Apa Dampaknya?

22 hari lalu

Tenaga kesehatan menyiapkan vaksin Inavac atau yang dikenal sebagai Vaksin Merah Putih merupakan vaksin COVID-19 di RSUD Tarakan, Jakarta, Rabu 20 Desember 2023. Dinas Kesehatan DKI Jakarta memprediksi kenaikan kasus Covid-19 bakal terjadi sampai dua pekan ke depan atau bertepatan dengan libur Natal dan Tahun Baru. Sebagai langkah antisipasi, Dinas Kesehatan DKI akan terus memantau perkembangan kasus hariannya. Pemerintah fokus mengimbau dan menyediakan vaksinasi dan pemeriksaan PCR gratis. Utamanya, untuk segera melengkapi vaksinasi booster ke-4 dan deteksi dini Covid-19 bagi kelompok rentan. TEMPO/Subekti.
Pria Ini Sudah Disuntik Vaksin Covid-19 217 Kali, Apa Dampaknya?

Seorang pria di Jerman mendapat suntikan Vaksin Covid-19 sebanyak 217 kali dalam waktu 29 bulan.


Beras Hibrida ala Yonsei University, Cukup Makan Nasi Sudah Dapat Protein Daging Sapi

25 hari lalu

Hibrida nasi dan sel daging sapi hasil riset tim peneliti di Yonsei University, Seoul Korea Selatan. Foto Yonsei University
Beras Hibrida ala Yonsei University, Cukup Makan Nasi Sudah Dapat Protein Daging Sapi

Nasi ini mengandung protein dan lemak, masing-masing, tujuh dan delapan persen lebih banyak dibandingkan nasi biasanya.


6 Fakta Menarik Gunung Andong, Tiket Murah dan Pemandangannya Indah

27 hari lalu

Bagi pendaki pemula, bisa memilih Gunung Andong untuk melakukan pendakian. Tingginya sekitar 1.726 mdpl. Ini fakta menarik Gunung Andong. Foto: Canva
6 Fakta Menarik Gunung Andong, Tiket Murah dan Pemandangannya Indah

Bagi pendaki pemula, bisa memilih Gunung Andong untuk melakukan pendakian. Tingginya sekitar 1.726 mdpl. Ini fakta menarik Gunung Andong.


Menelusuri Lokasi Syuting Doctor Slump di Korea, dari Gangwon-do Hingga Changwon

29 hari lalu

Doctor Slump. Dok. Netflix
Menelusuri Lokasi Syuting Doctor Slump di Korea, dari Gangwon-do Hingga Changwon

Selain jalan ceritanya, penggemar drakor juga dapt menjelajahi lokasi syuting Doctor Slump di Seoul, Korea Selatan