TEMPO.CO, Jakarta - Provinsi Hubei mulai melonggarkan pembatasan perjalanan setelah berbulan-bulan terkunci, akibat wabah virus corona. Warga diperkenankan bepergian dengan hanya menunjukkan identitas kesehatannya, yang terdapat pada ponsel mereka. Identitas hijau, artinya warga diperbolehkan pelesiran ke berbagai kota.
Komisi Kesehatan Hubei mengumumkan pada hari Selasa, 25 Maret 2020, mengumumkan melonggarkan pembatasan pada wisatawan, yang akan keluar masuk mulai 25 Maret, dengan syarat memiliki kode izin kesehatan.
Wuhan ibu kota Provinsi Hubei, yang menjadi asal muasal virus terdeteksi akhir tahun lalu. Wuhan sepenuhnya akan dibuka isolasinya pada 8 April. Kota itu di-lockdown atau ditutup total sejak 23 Januari.
Pembukaan Cina ini bertolak belakang dengan negara-negara lain, yang justru mengumumkan langkah-langkah drastis pembatasan pergerakan, menandai momen penting dalam upaya China untuk mengatasi COVID-19, penyakit yang disebabkan oleh virus corona.
Menukil Al Jazeera, mulai tengah malam warga bisa naik mobil dan berkendara bebas di sekitar provinsi. Mereka juga bisa menggunakan transportasi umum dari dan ke luar kota di seputar provinsi. Namun, perjalanan ke luar Provinsi Hubei, harus melampaui persyaratan yang ketat.
Pelancong akan memerlukan "Kode Hijau" - sejenis kode batang - pada ponsel mereka yang menunjukkan status kesehatan mereka dan juga harus menjalani tes untuk membuktikan bahwa mereka bebas dari virus korona. Sementara para pekerja migran, harus naik bus dan kereta yang disediakan oleh pemerintah. Pemerintah Cina masih berhati-hati, mengkhawatirkan gelombang kedua wabah virus corona.
Kasus Impor Meningkat
Saat kasus di salam negeri berkurang, Cina kini menghadapi masalah lain: kasus virus corona impor. Warga Cina yang pelesiran ke mancanegara dan pulang ke negerinya saat perbatasan dibuka, membawa kasus-kasus infeksi baru.
Cina memiliki 78 kasus baru pada hari Senin, 23 Maret 2020. Komisi Kesehatan Nasional mengatakan, peningkatan dua kali lipat dari hari Minggu, 22 Maret 2020. Dari kasus baru, 74 adalah infeksi impor, naik dari 39 kasus impor sehari sebelumnya.
Beijing adalah yang paling terpukul, dengan rekor 31 kasus impor baru, diikuti oleh provinsi Guangdong Selatan dengan 14 kasus dan pusat keuangan Shanghai dengan Sembilan kasus. Jumlah total kasus impor mencapai 427 pada hari Senin.
Seorang warga menjalani pemeriksaan suhu tubuh di sebuah area permukiman di Distrik Xiling di Kota Yichang, Provinsi Hubei, Cina, Sabtu, 20 Maret 2020. Warga diperbolehkan keluar-masuk area tempat tinggal mereka jika memenuhi syarat kesehatan dan memindai kode QR. (Xinhua/Cheng Min)
Sementara kasus di dalam negeri atau transmisi lokal hanya empat kasus. Bahkan Wuhan tidak melaporkan infeksi baru dalam lima hari. Di bagian lain negara itu, pihak berwenang terus menyeleksi dan mengkarantina lebih ketan. Dan mengalihkan penerbangan internasional dari Beijing ke kota-kota Cina lainnya. Namun hal itu tak membendung masuknya warga negara Cina, yang umumnya siswa yang pulang ke kampung halaman mereka terkait virus corona.
Pemerintah kota Beijing memperketat aturan karantina untuk individu yang datang dari luar negeri. Mereka akan diperiksa dan dikarantina secara terpusat. Pemerintah Kota Shenzhen Selatan, mengatakan pada hari Selasa, 24 Maret 2020, akan memeriksa kesehatan para wisatawan yang memasuki kota itu. Sementara Makau, akan melarang pengunjung dari Cina daratan, Hong Kong dan Taiwan.