TEMPO.CO, Yogyakarta - Pemerintah menyatakan wabah virus corona baru atau COVID-19 sebagai bencana nasional. Kondisi bencana ini membuat pemerintah menganjurkan agar masyarakat berdiam di rumah atau tidak bepergian jika bukan dalam kondisi darurat.
Aktivitas wisata terimbas. Jumlah kunjungan wisatawan turun drastis dan sejumlah destinasi wisata tutup. Tak terkecuali para pedagang kaki lima atau PKL di kawasan Malioboro, Yogyakarta terkena dampak wabah virus corona ini.
Seorang pedagang yang juga Presidium Paguyuban Kawasan Malioboro, Yogyakarta, Sujarwo mengatakan sebagian besar PKL mengalami penurunan omzet hingga 50 persen. "Wisatawan yang datang ke Malioboro berkurang drastis sejak awal pekan ini," kata dia, Rabu 18 Maret 2020. Lantaran tiada pembeli, beberapa PKL Malioboro memutuskan tidak berjualan dulu hingga kondisi normal.
Dari hasil rembug paguyuban Paguyuban Kawasan Malioboro, Yogyakarta, Sujarwo menuturkan belum ada pembahasan yang mengarah agar para PKL menutup sementara dagangannya. "Kami semua masih memantau perkembangannya," ujarnya.
Jalanan Malioboro ,Yogyakarta tampak lengang dari hiruk pikuk pedagang kaki lima (PKL). TEMPO/Pribadi Wicaksono
Sujarwo menjelaskan, jika tidak ada aktivitas sama sekali di kawasan Malioboro, Yogyakarta, para pedagang khawatir akan muncul anggapan kawasan Malioboro adalah zona merah darurat corona. "Padahal faktanya tidak demikian," kata dia.
Untuk mengisi lengangnya Malioboro saat ini, Sujarwo melanjutkan, para PKL bersama Pemerintah Kota Yogyakarta menggencarkan aksi bersih-bersih menyeluruh pada Jumat, 20 Maret 2020. Kegiatan itu sekaligus menjadi bagian dari pencegahan penyebaran virus corona serta kampanye hidup bersih dan sehat.
Untuk mengantisipasi persebaran virus corona, paguyuban PKL Malioboro telah menyediakan tempat cuci tangan bagi pengunjung yang melintas di sana. "Kami juga melarang pedagang yang mengalami demam dan flu untuk berjualan," kata dia. Hingga kini, belum ada PKL Malioboro yang sakit.