TEMPO.CO, Jakarta - Virus corona (Covid-19) yang menjadi pandemi gobal mendorong pemerintah Nepal menutup rute pendakian Gunung Everest.
"Ini adalah tindakan pencegahan terhadap wabah virus corona," kata Menteri Pariwisata Nepal Yogesh Bhattarai. Mengutip Business Insider, penutupan rute pendakian Gunung Everest, dimulai Maret hingga Mei.
Penutupan itu dilakukan menjelang musim semi, masa ketika ramai pendakian. Gunung Everest yang memiliki ketinggian 8.848 meter di atas permukaan laut itu, berbatasan antara Nepal dan Tibet, wilayah Cina.
Pemerintah Nepal mengikuti langkah pejabat Cina yang mengumumkan tidak akan mengeluarkan izin pendakian. Adapun pihak Cina, telah menghentikan program izin pendakian pada, Kamis, 12 Maret 2020. Langkah lanjutan antisipasi pandemi virus corona, Nepal juga berencana untuk berhenti mengeluarkan visa hingga 30 April.
Alpenglow Expeditions -- layanan pemandu perjalanan pendakian Gunung Everest-- mengakui, bahwa tak menginginkan penutupan pendakian. Tapi, karena pertimbangan keadaan, maka layanan pendakian itu mafhum atas keputusan itu.
"Kali ini, itu (penutupan) adalah hal yang bertanggung jawab untuk dilakukan. Wabah Covid-19 di base camp akan berbahaya dan berpotensi menghancurkan," kata Kepala Eksekutif (CEO) Alpenglow Expeditions, Adrian Ballinger, dikutip dari USA Today.
Surendra Thapa, pejabat di Departemen Pariwisata Nepal, mengatakan keputusan untuk menutup rute pendakian sebagai sokongan untuk mengatasi penyebaran Covid-19. "Tindakan pencegahan karena negara-negara di seluruh dunia memerangi penyebaran Covid-19."
Penutupan rute pendakian Gunung Everst juga pernah dilakukan pada 2015. Saat itu gempa mengguncang sisi timur Kathmandu, Nepal. Waktu itu, dilaporkan sekitar 8.947 korban meninggal. Sedangkan korban luka, berjumlah sekitar 23 ribu orang. Gempa berkekuatan 7,9 Skala Richter itu menyebabkan longsoran salju. Saat gempa, 18 orang pendaki meninggal di perkemahan Gunung Everest.
BUSINESS INSIDER | USA TODAY