TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah menata ulang strategi pariwisata ketika diketahui ada kasus infeksi virus corona baru atau COVID-19. Salah satu rencana promosi wisata yang urung dilaksanakan adalah mendatangkan influencer atau orang yang berpengaruh di ranah media sosial.
Upaya membidik influencer untuk menggaungkan wisata di Tanah Air ini merupakan bagian dari insentif pariwisata senilai Rp 72 miliar. "Mereka (influencer) juga membatasi perjalanan. Ini yang sakit (virus corona) bukan Indonesia, sakit seluruh dunia," kata Rizki Handayani Mustafa, Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggara Kegiatan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dalam acara sosialisasi Perusahaan Pameran Indonesia (ASPERAPI) di Jakarta Convention Center (JCC), Jumat, 6 Maret 2020.
Gunungan Palawija saat kirab Ruwat Rawat Borobudur di kompleks Taman Wisata Candi (TWC) Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Ahad, 9 Februari 2020. ANTARA/Anis Efizudin
Rizki menjelaskan, rencananya ketika influencer itu datang ke Tanah Air, mereka akan mendatangi destinasi wisata tertentu yang juga ada event atau kegiatannya. "Sekarang kalau influencer merasa belum nyaman untuk datang, ya percuma," tuturnya.
Wabah virus corona memang tidak menyebabkan kerusakan destinasi wisata, menurut Rizki mengumpamakan. "Kalau ada kejadian teror atau bencana yang sakit destinasi wisatanya. Tapi ini (wabah virus corona) yang sakit market-nya (pasar) seluruh dunia," katanya.
Menurut dia, hal itu yang terus menjadi pertimbangan karena tidak ada kepastian kapan wabah virus corona ini bakal berakhir. "Ternyata, enggak pernah terpikirkan ini lebih parah dari bencana alam dan teror," tuturnya.