TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi pada Senin, 2 Maret 2020, menyatakan sudah ada dua orang Warga Negara Indonesia (WNI) yang positif terkena virus corona baru atau Covid-19.
Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pun mengambil berbagai langkah supaya meminimalkan dampak tersebut, khususnya pada sektor pariwisata.
"Salah satunya perlu ditingkatkan optimalisasi pemeriksaan di pintu masuk stasiun kereta api, terminal juga bandara," ujar Kepala Dinas Pariwisata DIY Singgih Rahardjo Senin 2 Maret 2020.
Singgih mengatakan sejak awal kasus virus corona ini mencuat dan belum terdeteksi di tanah air, sebenarnya Pemerintah DIY sudah mengambil langkah antisipatif. Dengan bekerja sama dengan pihak otoritas Bandara Adisutjipto dan Yogyakarta International Airport (YAI).
Bentuknya, pada akhir Januari 2020 lalu Pemerintah DIY dan PT Angkasa Pura I membuat posko kedaruratan atau crisis center. Posko tersebut ditempatkan di terminal B untuk memeriksa intensif para penumpang yang baru datang di bandara.
"Di posko crisis center ini juga dipasang informasi tentang persebaran virus corona dan langkah pengamanan bagaimana supaya tidak tertular, " katanya.
Lalu Pemerintah DIY juga menggandeng PT. Kereta Api Indonesia. Dengan cara di pintu masuk stasiun kereta api juga dilakukan pemeriksaan, "Mereka (petugas KAI) melakukan edukasi di dalam kereta maupun di tourism information yang ada di Stasiun Tugu, kami membuat outlet di sana,” katanya.
Virus corona kehebohannya terjadi sejak Januari 2020. Di mana saat itu pariwisata DIY sedang memasuki masa low season atau sepi kunjungan turis. Low season di Yogyakarta umummya berlangsung mulai pertengahan Januari, Februari, Maret, hingga April.
Oleh sebab itu, ujar Singgih, dampak wabah virus corona ini belum terlalu signifikan di Yogyakarta, karena bertepatan dengan masa low season.
Selain itu, pada masa low season ini kunjungan turis dari Cina ke Yogyakarta tidak tampak mendominasi. Atau berada di peringkat enam kunjungan terbanyak, masih di bawah Malaysia dan Singapura.
Namun, ujar Singgih, setelah penerbangan dari Singapura dan Malaysia dihentikan sementara akibat kasus virus corona ini, yang paling terdampak ialah sejumlah agen travel.
Para agen travel itu melaporkan ada sejumlah turis yang membatalkan rencana perjalanan, dan mengajukan penjadwalan ulang ke Yogyakarta, “Paling banyak para turis yang reschedule karena wabah virus corona ini untuk bulan Juli sampai Agustus," ujarnya.
Adapun untuk fluktuasi turis dalam negeri, ujar Singgih, tak terlalu terpengaruh alias masih cukup stabil kunjungannya. Ini terlihat dari tingkat okupansi hotel masih dalam rentang 40 sampai 60 persen.
Anggota Komisi I DPR RI, Sukamta, di Yogyakarta sebelummya mengungkapkan persoalan virus corona memang perlu dikelola secara hati-hati, dan jangan sampai mengganggu ekonomi dan investasi di Indonesia.
"Tetapi nasib nyawa rakyat Indonesia juga tidak boleh diperjudikan. Kesehatan harus diutamakan karena ini menyangkut nyawa manusia. Kami tidak ingin terjadi seperti di Cina pemerintah menutup-nutupi,” kata Sukamta.
Turis mancanegara berjalan di kawasan wisata Malioboro yang kosong di Yogyakarta, 26 September 2017. Yogyakarta mengalami masa low season pada Januari-April. ANTARA
Sukamta berharap pemerintah segera melakukan sosialisasi secara massif disertai petunjuk teknis.
Menurutnya negara perlu mengalokasikan anggaran untuk sosialisasi penyuluhan pencegahan virus corona, sehingga seluruh warga Indonesia memperoleh informasi.
PRIBADI WICAKSONO