TEMPO.CO, Jakarta - Wabah virus corona COVID-19 membuat pariwisata Taiwan semakin terpuruk. Kekhawatiran terhadap virus corona, menambah batasan perjalanan di Cina Daratan, dikutip dari South China Morning Post, Sabtu, 29 Februari 2020. Hal itu membuat lalu lalang wisatawan Cina dan Taiwan terhambat.
"Tentu saja industri perjalanan terkena dampak. Ada sedikit penerbangan dan kebiasaan orang telah berubah," kata pernyataan resmi Biro Pariwisata Taiwan. Pariwisata Taiwan dipastikan merosot drastis tahun ini, menurut agen perjalanan dan biro pariwisata.
Sebelum wabah virus corona, pariwisata di Taiwan sempat terpengaruh keputusan Beijing untuk melarang tur kelompok dan membatasi perjalanan individu. Langkah itu dicurigai sebagai upaya memberikan tekanan ekonomi menjelang pemilihan nasional Taiwan pada Januari lalu.
Industri perjalanan Taiwan telah dipaksa untuk membuat penganekaragaman pasar wisata. Hal itu sejak, Tsai Ing-wen menjabat Presiden Taiwan pada 2016, sebagai cara menghadapi manuver politik Beijing. Sekarang pun, Tsai Ing-wen kembali terpilih sebagai Presiden Taiwan.
Pemerintah Taiwan telah menggunakan kampanye pemasaran dan keringanan visa selama empat tahun terakhir. Kiat itu untuk mendatangkan turis, termasuk Jepang, Korea Selatan dan berbagai negara Asia Tenggara.
Namun, wabah virus corona menjadi masalah besar untuk pariwisata Taiwan. Wisatawan pun menghindari Taiwan, karena khawatir penularan wabah virus corona. Pembatalan penerbangan membuat kunjungan sangat sulit, karena wisatawan yang datang dari Hong Kong atau Korea Selatan - yang biasanya merupakan sumber pariwisata Taiwan - diminta untuk menghabiskan 14 hari dalam karantina.
"Perjalanan masuk dan keluar menurun dengan jumlah yang sama. Maka, hotel, pemandu dan pelatih operator telah kehilangan bisnis yang berarti," kata Ketua Asosiasi Agen Perjalanan Taipei Wu Chih-chien.
Wu Chih-chien menjelaskan, Taiwan pernah mengalami situasi buruk pada 2003, ketika wabah sindrom pernapasan akut berat (SARS). Taiwan, kata dia, telah belajar banyak terkait situasi demikian. “Kami berharap cabang administrasi pemerintahan menemukan cara terbuka. Itu untuk memberi tahu orang-orang tentang hal ini secara internasional.”
Agen perjalanan iBeenGo di Taipei, yang mengurus tur kelompok kecil, telah mengamati pembatalan tahun. Musababnya, kata Pimpinan Eksekutif (CEO) iBeenGo Yen Tseng, karena orang-orang di seluruh Asia, khawatir tentang virus corona. Tetapi, ia menambahkan, situasi itu bisa lebih buruk jika bisnisnya yang berusia lima tahun itu, bergantung pada wisatawan Cina Daratan.
iBeenGo biasanya dipesan oleh 500 grup per bulan, tetapi wabah virus corona memotong angka itu. "Sebesar 60 persen tahun ini," kata Yen, menambahkan sebagian besar klien berasal dari Hong Kong atau Korea Selatan. Ia memperkirakan kerugian mencapai 90 persen dalam pendapatan jika bisnisnya mengandalkan Cina Daratan.
Adapun Taiwan telah meningkatkan kewaspadaan tertinggi terkait virus corona pada hari Kamis, 27 Februari, dilaporkan media setempat, yang dikutip The Straits Times.
Pemandangan penuh warna ini bisa ditemukan di Zhengbin Fishing Port Nostalgia Pier yang terletak di Keelung City. Foto: @taiwantourismbureauid
Kantor Berita Pusat Taiwan menjelaskan, Perdana Menteri Su Tseng-chang mengumumkan keputusan itu dalam pertemuan kabinet. Pemerintah Taiwan telah mencatat 32 kasus virus corona dan satu kematian. Sebagian besar menangguhkan hubungan perjalanan dan pariwisata dengan Cina untuk menangkal penyebaran virus corona.
SOUTH CHINA MORNING POST | THE STRAITS TIMES