TEMPO.CO, Yogyakarta - Presiden Singapura Halimah Yacob menemui Raja Keraton Yogya Sri Sultan Hamengkubuwono X di Keraton, pada Rabu malam, 5 Februari 2020.
Halimah yang datang bersama bapak negara yang juga suaminya Mohammed Abdullah Alhabshee, disambut Sultan HB X bersama permaisuri Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hemas serta para anak juga menantunya. Dari lima puteri Sultan HB X hadir di antaranya GKR Mangkubumi, GKR Candrakirana, GKR Hayu juga GKR Bendara.
Dalam kunjungan yang berlangsung sekitar dua jam dari pukul 19.00-21.10 WIB itu, Halimah sempat membeberkan sekelumit kisahnya kepada keluarga Keraton. Kisah Halimah diceritakan ulang Putri sulung Sultan HB X, GKR Mangkubumi kepada TEMPO. Ia mengatakan presiden perempuan pertama Singapura itu ternyata sempat melancong ke Yogyakarta sebelum menjadi presiden empat tahun silam atau sekitar tahun 2016.
Halimah dilantik sebagai presiden Singapura pada 2017, "Beliau (presiden Singapura) menyampaikan kalau empat tahun lalu sempat ke Yogyakarta, tapi sebagai turis," ujar Mangkubumi.
Layaknya seorang backpacker, saat berwisata ke Yogyakarta itu Halimah bercerita mengurusi segala keperluannya sendiri. Mulai dari beli tiket pulang pergi Singapura-Yogyakarta, sampai pengalamannya mendatangi Keraton Yogyakarta, demi bisa menyaksikan pertunjukkan tari yang dihelat di Bangsal Sri Manganti Keraton.
Halimah mengaku sudah lama menggandrungi berbagai hal tentang tradisi kebudayaan. Sehingga sebelum jadi presiden pun ia menempatkan Yogyakarta sebagai salah satu destinasi pilihan traveling-nya
Layaknya turis lain, saat itu Halimah tentu saja harus melihat pertunjukkan tari di Keraton dengan posisi berbeda dengan sekarang.
Malam itu, saat Halimah berkunjung ke Yogya pertama kalinya sebagai presiden, Keraton menyuguhnya dengan tarian sakral yang diciptakan Sultan Hamengku Buwono I di tahun 1755 yakni Beksan Lawung Jajar yang merupakan bagian Beksan Lawung Ageng.
Tak sembarangan, tari yang dibawakan 12 penari ini biasanya hanya dimainkan saat menyambut tamu penting. Menikmati tarian yang berkisah tentang prajurit tengah berlatih perang itu di sebelah Sultan HB X, Halimah juga mendapat sejarah dan cerita tari itu dari keluarga Keraton Yogyakarta secara langsung.
"Kami tadi menunjukkan tari Beksan Lawung Ageng ciptaan Sultan HB I di tahun 1755. Kami sampaikan juga arti dari tarian tersebut," ujar putri bungsu Sultan HB X, GKR Bendara yang juga menjabat sebagai Penghageng Kawedanan Hageng Nitya Budaya Keraton.
Bendara mengungkapkan dalam lawatan itu, Keraton Yogyakarta sempat membuatkan pameran kecil untuk Presiden Singapura. Benda-benda sejarah Keraton juga sempat ditunjukkan kepadanya. Mulai dari berbagai koleksi manuskrip dari tahun 1855, wayang, perlengkapan jamuan teh dari masa Sultan HB VIII, juga keris kuno peninggalan masa silam.
Bendara mengungkapkan jika hal yang membuat Halimah sangat terkesan, karena peninggalan budaya yang ada di Keraton Yogyakarta cukup berkaitan erat dengan sejarah tokoh pendiri Singapura, Sir Stamford Raffles.
Kepada presiden Singapura, Bendara mengungkapkan jika pada masa silam Yogyakarta memiliki sekitar 300 manuskrip kuno. Namun saat masa kepemimpinan Sultan Hamengku Buwono III (1810–1811 dan 1812-1814) banyak dari manuskrip itu dibawa keluar Yogyakarta oleh Raflles. Raffles datang saat Keraton masih dipimpin Sultan Hamengku Buwono II.
"Sejak dibawa keluar oleh Raffles itu, akhirnya sampai kini banyak sekali manuskrip kuno Keraton yang jadi tersebar ke seluruh dunia," kata Bendara.
Bendara mengungkapkan, Pemerintah Singapura sebenarnya pernah mengajak Keraton Yogyakarta berpartisipasi mengikuti pameran mengenang 100 tahun Raffles tahun lalu.
Sri Sultan HB X (ketiga dari kanan) dan Presiden Singapura Halimah Yacob usai pertemuan sekitar dua jam, pada Rabu malam, 5 Februari 2020. TEMPO/Pribadi Wicakono
Tetapi waktu itu Keraton tidak bisa karena salah satu koleksi Keraton, yang diinginkan panitia pameran yakni sebuah lukisan kuno sedang tahap direstorasi.
Namun, ujar Bendara, dalam kunjungan itu pihak Menteri Kebudayaan Singapura menyatakan bakal tetap mengundang Keraton Yogyakarta agar bisa bekerja sama lagi terutama pada bidang kerjasama antar museum.
PRIBADI WICAKSONO