TEMPO.CO, Jakarta - Banjir besar yang melanda Venesia pada 17 November 2019 lalu, merupakan puncak dari masalah overtourism di kota itu. Meskipun para ahli sepakat, pemanasan global turut andil dalam acqua alta (banjir).
Bila diurai, menurut Venezia Autentica masalah overtourism di kota itu berupa kehadiran kapal pesiar yang merusak ekosistem, eksodus penduduk, dan banjir. Sebastian Fagarazzi warga Venesia yang juga pendiri Venezia Autentica, menyebut masalah kedatangan kapal pesiar terselesaikan dengan konsep pelabuhan di luar laguna.
Jadi, kapal pesiar berlabuh di luar laguna, di perairan laut bebas. Lalu, wisatawan masuk dengan sekoci atau kapal-kapal kecil.
Ide membendung banjir pasang surut juga sudah direncanakan sejak 1987, dan konstruksi dimulai pada tahun 2003. Tapi masalah merudung proyek itu dengan penundaan, penyuapan dan korupsi. Tidak kurang dari 35 orang - termasuk Wali Kota Venesia Giorgio Orsoni - ditangkap pada tahun 2014.
Fagarazzi adalah salah satu pendiri Venezia Autentica, sebuah inisiatif sosial yang mempromosikan pariwisata yang bertanggung jawab di kota itu. Mereka juga berusaha membantu pemerintah kota dengan mengelola hubungan antara penduduk setempat, wisatawan, dan politisi – yang tampaknya semakin tegang.
Warga Venesia sempat menggelar referendum. Suara besar penolakan terhadap overtourism ternyata tak tercermin dalam referendum. Pasalnya hanya sepertiga orang yang hadir.
“Saya pikir semua orang setuju bahwa ada tantangan besar, namun tidak ada tindakan pencegahan untuk melindungi kota dari acqua alta, pariwisata tidak berkelanjutan, dan tindakan untuk membantu bisnis penduduk setempat, serta mempertahankan penduduk untuk bisa tinggal di Venesia,” kata Valeria Duflot, salah satu pendiri Venezia Autentica.
Masalah kedua yang dihadapi Venesia berupa eksodus generasi muda, untuk mencari kehidupan yang lebih baik dan ketenangan – dari ramainya wisatawan yang berjubel di Venesia.
Suasana di sekitar pelabuhan kapal pesiar Venesia. Foto: @petkevich.e
"Venesia mengalami krisis demografis. Hampir semua orang telah lenyap. Jika kamu memiliki populasi lansia yang hanya 53.000 dan kamu tidak melakukan apa-apa untuk mempertahankan orang-orang yang masih muda, kamu jelas akan menuju ke arah menghilangnya kota," ujar Duflot.