Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Patung Dewa Bumi Berusia 2 Abad, Menyambut Tamu di Gondomanan

image-gnews
Patung dewa dewi berbahan kayu yang tengah dibersihkan menjelang perayaan Tahun Baru Imlek di Klenteng Gondomanan, Yogyakarta, Minggu, 19 Januari 2020. TEMPO | Pito Agustin Rudiana
Patung dewa dewi berbahan kayu yang tengah dibersihkan menjelang perayaan Tahun Baru Imlek di Klenteng Gondomanan, Yogyakarta, Minggu, 19 Januari 2020. TEMPO | Pito Agustin Rudiana
Iklan

TEMPO.CO, Yogyakarta - Yogyakarta juga menyambut Imlek. Kota ini memiliki Kampung Ketandan, pecinan terbesar di Yogyakarta. Namun saat Imlek primadona Yogyakarta berupa patung Dewa Bumi.

Patung itu berada di Rumah Klenteng Gondomanan. Tinggi patung Dewa Bumi atau Hok Tik Cing Sien tak sampai 30 sentimeter. Menampakkan sosok dewa bertubuh tambun yang tengah duduk. Pandangan matanya menatap ke arah bawah. Sementara tangan kanannya tengah memegang gumpalan sesuatu.

Sekilas, patung itu seperti bersepuh emas. Warnanya kuning keemasan, tetapi sudah sangat kusam sehingga tampak kecokelatan. Patung itu usai dibersihkan dalam prosesi jamasan rupang dewa-dewi, yang biasa digelar sebelum perayaan pergantian Tahun Baru Imlek.

“Ini terbuat dari kayu. Umurnya sudah ratusan tahun,” kata Ketua Pengurus Klenteng Fuk Ling Miau atau yang dikenal dengan sebutan Klenteng Gondomanan, Yogyakarta, Ang Ping Siang alias Angling Wijaya.

Tak heran, beberapa bagian tubuh patung sudah keropos. Namun kondisi itu tak tampak ketika patung dipajang di singgasananya. Lantaran tubuh patung ditutup jubah merah, yang lebar dan tergerai menutupi bagian bawah.

“Klenteng ini ada, patung ini juga ada,” demikian Angling menggambarkan usia patung itu.

Menurut Angling yang sudah delapan tahun memimpin kepengurusan klenteng, bangunan itu didirikan pada 1846. Berdasarkan suraat keterangan hak milik tanah Nomer 121 tertanggal 28 Juli 1846, kelenteng itu milik De Chinese Bevolhing.

Pembangunanannya merupakan hadiah dari Sultan Hamengkubuwono II untuk salah satu selirnya, yang berasal dari keturunan Cina. Sementara patung Dewa Bumi beserta sejumlah patung kuno lainnya didatangkan langsung dari negeri Cina.

“Dan sampai sekarang belum pernah diganti,” kata Angling. Patung Dewa Bumi diposisikan menjadi tuan rumah dari Klenteng Gondomanan. Singgasananya pun langsung menghadap pintu gerbang yang berada di sisi barat.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Singgasananya berada di dalam kotak seperti pigura kayu yang berukir. Di sisi belakang ditampilkan dua gambar Dewa Bumi yang bermahkota, berjubah putih, dan bercambang lebat yang memutih juga. Lantaran menjadi tuan rumah, keberadaan Patung Dewa Bumi terbilang istimewa.

“Siapapun yang bersembahyang di sini, yang pertama berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang kedua kepada Dewa Bumi,” imbuh Angling.

Baru kemudian berdoa kepada patung dewa-dewi lainnya yang ditempatkan di sisi kiri kanannya. Di depannya dihamparkan meja panjang warna merah, dengan sejumlah pernak pernik di atasnya. Terutama tempat menyalakan dupa juga diapit dua batang lilin raksasa.

Seorang warga berdoa kepada para dewa di Klenteng Fuk Ling Miauw Gondomanan, Yogyakarta, 3 Februari 2015. Warga etnis Cina melakukan puja doa tutup tahun, untuk menyambut datangnya hari raya Imlek. TEMPO/Suryo Wibowo

Sementara di depan singgasana patung dewa-dewi lainnya juga disediakan meja, untuk meletakkan dupa dan lilin. Beberapa di antaranya ada Dewa Surya, Dewi Bulan, Dewata, Dewa Obat, Dewa Sumur, Dewa Dapur, Dewi Kwan Im, “Patung-patungnya banyak sekali,” kata Angling.

Masyarakat yang bersembahyang di klenteng tak hanya umat Konghuchu. Ada juga yang berlatar kepercayaan dan agama lain. Selain untuk klenteng, bangunan seluas 1.150 meter persegi itu juga untuk Wihara Buddha.

Bangunan itu juga ditopang tiang-tiang dari kayu, yang seusia dengan bangunan itu ketika dibuat. Tiang-tiangnya bulat berupa gelondongan kayu jati yang berdiameter sekitar 30 centimeter dengan tinggi 4,5 meter. Sementara beberapa tiang lainnya sudah diganti karena dimakan rayap.

PITO AGUSTIN RUDIANA

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Puluhan Mahasiswa Berkumpul di Yogyakarta Peringati Hari Warisan Dunia

8 jam lalu

Mahasiswa dari tiga kampus yakni Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Universitas Gadjah Mada dan Universitas Tidar Magelang berkumpul di Yogyakarta untuk memperingati Hari Warisan Dunia Kamis 18 April 2024. Dok.istimewa
Puluhan Mahasiswa Berkumpul di Yogyakarta Peringati Hari Warisan Dunia

Tak kurang 80 mahasiswa dari tiga kampus yakni Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Universitas Gadjah Mada dan Universitas Tidar Magelang berkumpul di Yogyakarta pada Kamis 18 April 2024.


KPK Tetapkan Bekas Kepala Bea Cukai Yogyakarta Eko Darmanto sebagai Tersangka TPPU

18 jam lalu

Tersangka mantan Kepala Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Yogyakarta, Eko Darmanto saat mencoblos di TPS 901 di Rumah Tahanan Negara Klas I Salemba Cabang KPK, Jakarta, Rabu, 14 Februari 2024. KPK berkerjasama dengan KPU Provinsi DKI  Jakarta memberikan fasilitas bagi 75 tahanan korupsi untuk menggunakan hak pilihnya pada Pemilu 2024. TEMPO/Imam Sukamto
KPK Tetapkan Bekas Kepala Bea Cukai Yogyakarta Eko Darmanto sebagai Tersangka TPPU

KPK kembali menetapkan bekas pejabat Bea Cukai Yogyakarta Eko Darmanto sebagai tersangka dalam perkara tindak pidana pencucian uang atau TPPU.


Bus Jurusan Yogyakarta - Pati Terbakar di Sleman, Ini Dugaan Penyebabnya

21 jam lalu

Bus jurusan Yogyakarta - Pati terbakar di Ring Road Barat Sleman Yogyakarta pada Kamis (18/4). Dok. Istimewa
Bus Jurusan Yogyakarta - Pati Terbakar di Sleman, Ini Dugaan Penyebabnya

Temuan sementara kepolisian, komponen yang pertama kali terbakar dari bus itu diduga di bagian mesin.


Aktor Komedi Charlie Chaplin Pernah ke Garut, Dua Tahun Sebelum Sumpah Pemuda

22 jam lalu

Charlie Chaplin di Garut (Youtube)
Aktor Komedi Charlie Chaplin Pernah ke Garut, Dua Tahun Sebelum Sumpah Pemuda

Aktor komedi Charlie Chaplin pernah mengunjungi Garut pada 1926. Bahkan ia melanjutkan petualangannya ke Yogyakarta dan Bali.


Liburan di Yogyakarta Semakin Menarik dengan Promo dari Traveloka

1 hari lalu

Liburan di Yogyakarta Semakin Menarik dengan Promo dari Traveloka

Yogyakarta adalah destinasi wisata yang memukau dan layak dikunjungi. Kekayaan budaya dan ragam kulinernya yang enak menjadi alasan terbaik untuk berlibur ke kota ini.


Tak Hanya Malioboro, Tiga Kampung Wisata di Yogyakarta Ini juga Dilirik Wisatawan saat Libur Lebaran

1 hari lalu

Kampung Wisata Purbayan Kotagede Yogyakarta. Dok. Istimewa
Tak Hanya Malioboro, Tiga Kampung Wisata di Yogyakarta Ini juga Dilirik Wisatawan saat Libur Lebaran

Tiga kampung wisata di Kota Yogyakarta ini paling banyak didatangi karena namanya sudah populer dan mendapat sederet penghargaan.


Selama Libur Lebaran, Ratusan Wisatawan di Malioboro Ditegur Petugas Karena Merokok Sembarangan

1 hari lalu

Malioboro Yogyakarta menjadi satu area yang dilalui garis imajiner Sumbu Filosofis. (Dok. Pemkot Yogyakarta)
Selama Libur Lebaran, Ratusan Wisatawan di Malioboro Ditegur Petugas Karena Merokok Sembarangan

Wisatawan banyak yang belum mengetahui bahwa Malioboro termasuk kawasan tanpa rokok sejak 2018.


64 Tahun PMII, Respons Mahasiswa Muslim terhadap Situasi Politik

1 hari lalu

Presiden Joko Widodo saat Peresmian Pembukaan Musyawarah Nasional VI Ikatan Alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (IKA PMII) Tahun 2018di Jakarta, Jumat 20 Juli 2018. TEMPO/Subekti.
64 Tahun PMII, Respons Mahasiswa Muslim terhadap Situasi Politik

Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) merupakan salah satu dari sekian banyak organisasi mahasiswa yang masih eksis sampai saat ini.


Okupansi Hotel Libur Lebaran Meleset, PHRI Yogyakarta Soroti Aktivitas Homestay hingga Kos Harian

1 hari lalu

Ilustrasi perempuan sedang berada di kamar hotel. Unsplash.com/Eunice Stahl
Okupansi Hotel Libur Lebaran Meleset, PHRI Yogyakarta Soroti Aktivitas Homestay hingga Kos Harian

Okupansi rata-rata hotel di Yogyakarta pada libur Lebaran ini meleset dari target 90 persen, hanya berkisar 80-an persen.


Yogyakarta Padat saat Libur Lebaran, Jumlah Kendaraan Keluar Lebih Banyak daripada yang Masuk

2 hari lalu

Kendaraan antre memasuki kawasan Jalan Malioboro Yogyakarta, Jumat 12 April 2024. TEMPO/Pribadi Wicaksono
Yogyakarta Padat saat Libur Lebaran, Jumlah Kendaraan Keluar Lebih Banyak daripada yang Masuk

Pemudik maupun wisatawan yang masuk ke Yogyakarta dengan kendaraan pribadi tak sedikit yang melewati jalur alternatif.