TEMPO.CO, Jakarta - Para pendaki penggemar Gunung Rinjani harus menahan diri. Pasalnya dalam beberapa bulan ke depan pendakian ke Gunung Rinjani ditutup mulai 1 Januari hingga akhir 31 Maret 2020.
Menurut Kepala Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) Dedy Asriady kepada TEMPO, penutupan pendakian ini dilakukan rutin setiap tahun, "Ya penutupan ini untuk keselamatan dan kenyamanan pendaki," kata Asriady, Selasa 31 Desember 2019.
Mereka ditoleransi hingga 1 Januari 2020, untuk turun meninggalkan kawasan Plawangan Rinjani. Sejak bencana gempa yang terjadi beruntun selama hampir sebulan 29 Juli - 19 Agustus 2019, rute pendakian mengalami kerusakan sehingga dilarang mencapai puncak dan Danau Segara Anak. Selama sembilan bulan terakhir, April - Desember 2019 kurang lebih 16 ribu orang pendaki yang telah mengunjungi Rinjani.
Meskipun pendakian ke gunung ikonik itu ditutup, bukan berarti tidak ada kawasan yang bisa dikunjungi untuk berlibur. Di Sembalun - lembah Rinjani, masih terbuka kawasan perbukitan yang bisa didatangi. Berada di ketinggian 1.200 meter di atas permukaan laut, ada Bukit Pergasingan, Nanggi, Savana Dandaun di belakang Bukit Telaga, juga ada bukit Lawang yang selama ini banyak dikunjungi.
Udaranya cukup sejuk. Semula suhu udara antara 15 - 23 derajat tetapi kini suhu merangkak naik antara 23 - 27 derajat. Di sana, setiap harinya sekitar 3.000 orang pengunjung yang datang. Jika ingin menginap, tersedia tujuh hotel dan puluhan homestay.
Baca juga:
Menurut Sekretaris Dinas Pariwisata Kabupaten Lombok Timur Mertawi -- seorang putra asli Sembalun, lembah Rinjani ini memiliki panorama yang menarik secara keseluruhan. "Tidak hanya di satu titik. Semua lingkungan Sembalun itu menarik," ujarnya.
Persawahan di desa-desa Lembah Sembalun seperti porselen yang ditata. Foto: Ujang Kurdiawan
Lembah Sembalun semula terdiri dari tiga desa yaitu Sembalun Lawang, Sembalun, dan Sajang. Tetapi kini Sembalun Lawang telah mengalami pemekaran menjadi tiga desa dan Sajang menjadi dua desa.
Jika datang dari arah selatan, bentang alam yang luar biasa indahnya tampai mulai dari Pusuk (puncak). Menuruni Pusuk menuju Sembalun, melewati tebing-tebing, "Di bawah tampak objek agrowisata alami bukan rekayasa," ucapnya.
Sembalun dikenal sebagai kawasan pertanian, perkebunan, peternakan, sumber air bersih dan beberapa destinasi rumah adat. Mayoritas penduduk Sembalun bekerja sebagai petani. Pada saat pemerintah Soeharto, Sembalun dikenal sebagai penghasil bawang putih dan sumber benih nasional untuk bawang putih. Lainnya adalah kentang, berbagai sayur cabe tomat, kol, brokoli, vitsai, wortel.
Matahari Terbit di Bukit Selong
Nah, biasanya wisatawan di Sembalun selepas Subuh, segera meninggalkan kamar hotel untuk berburu sunrise di Bukit Selong yang lokasinya berada di atas tujuh rumah adat Desa Beliq. Untuk memasukinya, mereka harus melewati hutan bambu setelah melalui Dusun Lebak Lauk.
Bukit Selong berada di ketinggian 1.300 meter di atas permukaan laut. Ada dua versi mengenai nama Bukit Selong. Pertama, dalam bahasa Sasak, selon-selon atau tiba- tiba. Kedua silong itu sebuah model ikatan yang tidak bisa terbuka. Seperti sarung pisau atau parang kalau diikat pakai silong tidak bisa dibuka.
Disebut silong, konon senjata pusaka andalan masyarakat Sembalun berupa tombak yang namanya Balebang tiba-tiba muncul di sana. Hanya saja munculnya senjata tadi tidak bisa diambil begitu saja. Seperti tertancap di sana. Untuk mengambilmnya diikat pakai silong lalu ditarik secara bersama-sama baru bisa terambil, "Jadi itu satu-satunya cara maka disebut Bukit Silong atau Selong," kata Mertawi, 56.
Sedangkan versi lainnya, selon-selon adalah senjata itu sendiri. Jadi itu kemudian maknanya digeser menjadi Selong.
Dari atas Bukit Selong, wisatawan bisa melihat sembalun 360 derajat. Mereka bisa berfoto mengarah ke timur yang tampak sawah seperti keramik yang diatur. Di sebelah utara adalah Bukit Pergasingan. Jika menatap ke barat tampak Bukit Telaga, bukit Lawang dan Rinjani. Di selatan terlihat bukit Nanggi. Bersambung dari bukit Selong ada Bukit Anak Dara.
Jika kemudian berjalan ke arah utara, mengarah ke Desa Sajang, terdapat Air Terjun Mangku Sakti dan Air terjun Mayung Putih di Bilok Petung. Mertawi mengatakan, idealnya jika melakukan kunjungan ke Sembalun selama tiga hari. Ia membanggakan kopi yang menurutnya, tidak ada duanya. Kopi Sembalun disediakan berdasarkan pesanan, "Disukai para penikmat kopi pahit," ujarnya.
Sembalun adalah penyangga utama Rinjani. Jika dikelola dengan maksimal, mengingatkan wisatawan kepada Kintamani di Bali dan berpotensi menyaingi KEK Mandalika.
Suasana Savana Propok. Foto: Maya
Pemerintah Kabupaten Lombok Timur memiliki rencana Sajang yang berjarak sekitar 9 kilometer dari Sembalun akan dijadikan hutan rakyat dan konservasi rusa. Sebagai daya tarik wisata baru, telah dilakukan komunikasi dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam, dengan menghadirkan belasan rusa di atas lahan 4,5 hektar.
Di sekelilingnya merupakan perkebunan masyarakat yang dilindungisecara turun termurun, dengan vegetasi kebun kopi coklat, durian vanili alpukat, salak, nangka.
SUPRIYANTHO KHAFID