TEMPO.CO, Batam - Gerhana matahari cincin sangat pas dijadikan magnet untuk memikat wisatawan mancanegara. Tapi, di antara ribuan wisatawan mancanegara (wisman) yang menyaksikan gerhana matahari di Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), terdapat sepasang suami istri wisman yang unik.
Bruce Webster dan Roberta (Bert) Webster dan sang buah hati mereka Maria Webster. Mereka merupakan pemburu gerhana di berbagai pelosok dunia.
Bruce bersama keluarganya datang dengan baju yang sama bergambarkan gerhana matahari serta bertuliskan Argentina. "Ini baju ketika kami mengikuti festival gerhana matahari di Argentina," ujar Bruce kepada TEMPO, di sela-sela acara menyaksikan gerhana matahari di Dataran Engku Putri Kota Batam, Kamis, 26 Desember 2019.
Menyaksikan gerhana matahari seperti yang terjadi di Kota Batam bukanlah yang pertama bagi Bruce. Menurut pengakuannya, ia sudah ke empat kalinya melihat gerhana matahari.
Sejumlah warga mengambil gambar saat melihat gerhana matahari cincin di Jabal Arba di Hofuf, Provinsi Timur Arab Saudi, 26 Desember 2019. REUTERS/Hamad I Mohammed
"Ini sudah yang keempat, yang pertama waktu saya masih umur delapan tahun di Los Angeles," ujar pria yang sudah berumur tersebut. Bruce mengaku, melihat gerhana adalah ambisinya sejak kecil, namun beberapa kali dilarang oleh orangtuanya.
"Sekarang karena sudah punya duit kami bisa melihat setiap gerhana yang ada," katanya.
Setelah itu Bruce dan istrinya menyaksikan beberapa gerhana lainnya seperti di Nebraska, Argentina, Februari 2019 lalu, kemudian hari ini di Kota Batam.
Ia dan keluarganya melihat gerhana tak memiliki tujuan khusus. Bukan pula untuk penelitian apalagi mengabadikan momen langka itu. Keduanya tampak tidak memiliki peralatan khusus.
Hanya saja beberapa kali istri Bruce mengabadikan momen dia dan suaminya melihat gerhana itu. Bert, istri Bruce mengaku, melihat gerhana adalah kesenangan dalam batinnya. "Saya terkesan dan senang sekali walaupun hanya tiga menit," ujar Bert kepada TEMPO.
Bert mengatakan, bahkan dirinya memiliki aplikasi khusus di smartphone yang digunakan untuk melihat tempat gerhana matahari di dunia, "Selanjutnya gerhana di Taiwan, Desember 2020," ujar Bert memperlihatkan aplikasinya tersebut.
Ia bahkan sudah merencanakan akan berangkat ke Taiwan untuk melihat gerhana total itu. "Ya kami akan kesana," ujar dia yang bekerja sebagai travel agent.
Setelah melihat gerhana di beberapa belahan dunia lainnya, Bert menyebut penampakan gerhana matahari di Batam adalah yang terbaik, karena membentuk cincin, "Biasanya gerhana penuh, sekarang bagus sekali, berbentuk cincin," kata dia.
Bruce Webster dan Roberta (Bert) Webster saat menyaksikan gerhana matahari cincin. TEMPO/Yogi Eka Sahputra
Bert juga mengungkapkan, biaya yang paling mahal dikeluarkannya saat melihat beberapa gerhana belakangan ini adalah di Kota Batam. Ia juga menjelaskan, setelah menyaksikan gerhana di Batam, Bert dan keluarga akan jalan-jalan ke Malyasia, Tokyo dan kembali ke Amerika Serikat.
YOGI EKA SAHPUTRA