Tidak ada korban dalam peristiwa itu. Ngurah Sugata menuturkan beberapa saat sebelum kejadian memang ada tiga orang pengunjung yang sempat berada di Bale Kambang, namun mereka keluar sebelum hujan turun.
Menurut Sugata, Balekambang yang didirikan oleh Raja Anak Agung Ngurah Anglurah Karangasem, dahulunya digunakan untuk tempat pertemuan atau sidang-sidang kerajaan. Bangunan berukuran 8x15 meter itu juga sempat rusak dan direnovasi Tahun 2002, "Waktu gempa kemarin juga sudah bergeser tiang-tiangnya, mungkin itu yang membuat tidak seimbang bangunannya," kata Sugata.
Anak Agung Made Jelantik Briang Wangsa, salah seorang kerabat Keturunan Raja Karangasem, yang saat ini mengelola Taman Mayura, menyebut robohnya Balekambang sebagai sebuah bencana alam yang tidak bisa diprediksi.
Kondisi reruntuhan situs Balekambang. TEMPO/Abdul Latief Apriaman
Made Jelantik berharap ke depan, Balekambang dan situs-situs bersejarah lainnya bisa direnovasi dengan benar. "Selama ini kami berkoordinasi dengan berbagai pihak termasuk Balai Cagar Budaya, selalu leading sektor yang menjaga dan merawat benda-benda bersejarah ini," kata Made Jelantik.
Informasi akan robohnya Balekambang mengundang warga untuk menyaksikan langsung dan mengabadikan kondisi bangunan bersejarah itu. Sejumlah aparat kepolisian dari Polsek Cakranegara telah turun ke lokasi. Mereka memasang garis polisi di pintu gerbang yang berada di bibir kolam serta di sisi utara reruntuhan bangunan Bale kambang.
ABDUL LATIEF APRIAMAN