TEMPO.CO, Yogyakarta - Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menggencarkan program pembangunan toilet berkelas bintang lima dan berstandar internasional. Toilet ini menjadi sarana utama melengkapi destinasi wisata.
Jika pada 2018 lalu kawasan Malioboro sudah mendapat toilet bawah tanah senilai Rp5 miliar lebih, maka sepanjang 2019 ini Pemda DIY membangun dan merehabilitasi toilet.
Program tersebut dilaksanakan di destinasi unggulan seperti kawasan Gunung Api Purba Nglanggeran di Kabupeten Gunungkidul, Hutan Mangunan di Bantul, kawasan Tebing Breksi Sleman dan kampung wisata Taman Sari Kota Yogyakarta.
"Di Nglanggeran tahun ini kami menyubsidi Rp 5 juta tiap homestay agar membangun toiletnya berstandar internasional. Tahap pertama sudah ada 80 homestay kami berikan bantuan itu," ujar Kepala Bagian Umum Dinas Pariwisata DI Yogyakarta, Rahmat Suabadi di sela meresmikan toilet yang menggandeng aplikasi Jamban, di kampung wisata Taman Sari Yogya Sabtu 14 Desember 2019.
Rahmat menuturkan, penerapan toilet berstandar internasional sudah menjadi kebutuhan utama. Toilet standar internasional yang dimaksud setidaknya sudah menggunakan closet duduk bukan jongkok, kering, wangi, serta dilengkapi pendukung seperti tisu, wastafel, shower, dan lainnya.
Sejumlah kasus wisatawan mancanegara yang kecewa dan tak nyaman saat hendak menggunakan toilet di area destinasi wisata, telah menjadi perhatian Dinas Pariwisata DIY beberapa tahun terakhir. Terlebih sejumlah destinasi itu lokasinya tak jarang berada di tengah atau dekat permukiman penduduk, sehingga usaha jasa toilet seadanya kerap menjamur tanpa pengawasan kualitas.
Rahmat mengungkapkan upaya mewujudkan toilet nyaman dan bersih di berbagai destinasi berbeda-beda langkahnya. Ada yang berbentuk subsidi langsung hingga menggandeng pengelolaannya dengan pihak ketiga.
Pintu toilet yang dibangun Dispar DIY bekerja sama dengan aplikasi Jamban, memiliki kunci bersandi. TEMPO/Pribadi Wicaksono
Untuk kawasan Hutan Pinus Mangunan Bantul misalnya, penyediaan toilet internasional diintegrasikan dengan pembangunan sarana camping modern dan menggandeng pihak perhotelan bintang tiga hingga lima, untuk persewaan tempat tidur hingga kebutuhan camping lainnya.
Sedangkan di kampung wisata Taman Sari yang masih masuk area cagar budaya dalam kompleks Keraton Yogyakarta, Dinas Pariwisata DIY bersama Keraton Yogyakarta menggandeng penyedia operator aplikasi, untuk merehabilitasi sejumlah toilet yang ada di tengah permukiman penduduk.
Di kampung Taman Sari, Rahmat menuturkan tahap pertama ada dua toilet yang dibangun menggandeng operator aplikasi Jamban.
UntukTaman Sari, ujar Rahmat, pihaknya ingin menerapkan toilet umum yang tak sekedar berstandar internasional tapi juga didukung teknologi agar toilet di kampung yang paling sering dijejali turis Eropa saat bulan Juni-Agustus itu benar nyaman.
Toilet di tengah kampung Taman Sari itu, meskipun hanya berukuran tak lebih dari 2 x 2 meter dinilai sudah memenuhi standar internasional. Selain kering dan wangi, di dalam toilet yang bersebelahan dengan sanggar batik Kalpika Taman Sari tersebut menyediakan closet duduk, wastafel, jet shower, eco washer, sanitizer, dan exhaust. Selain itu, terdapat panel LCD yang menampilkan iklan seputar produksi kerajinan penduduk di Taman Sari.
"Secara bertahap, kami akan tata toilet di Taman Sari ini agar berstandar internasional dan nyaman bagi wisatawan," ujarnya.
Salah satu pendiri aplikasi Jamban, Anggie Ariningsih mengatakan toilet yang digarap selain menerapkan standar kebersihan internasional juga sudah mengadopsi layanan berbasis teknologi.
"Toilet ini sudah menerapkan sistem pembayaran cashless bagi pengguna dan letak toilet-toilet itu dapat dilacak dengan mudah keberadaannya lewat aplikasi," ujar Anggie.
Anggie menuturkan wisatawan juga bisa mengetahui review tentang fasilitas yang disediakan toilet Jamban, serta memberikan penilaian kualitasnya sebagai masukan bagi pengelola.
"Pengembangan ke depan kami siapkan fasilitas wifi untuk toilet ini," ujar Anggie yang menyebut saat ini sudah ada sedikitnya 10 unit toilet Jamban dibangun bersama Pemerintah DIY, di sejumlah destinasi wisata Yogyakarta.
Selain tersebar di tempat wisata, toilet Jamban ini juga bisa ditemui di sejumlah akses jalur wisata padat Yogyakarta, seperti stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) Jalan Wates yang menjadi pintu masuk wisatawan dari jalur barat Yogya.
Fasilitas toilet Jamban sendiri menerapkan tarif pembayaran secara cashless senilai Rp.3.000 per akses melalui pembelian koin Go-Pay.
Tokoh kampung yang juga Ketua RW 09 Kampung Taman Sari, Kecamatan Keraton Kota Yogyakarta, Sutantyo Tri Harso mengatakan di obyek wisata Taman Sari hanya ada sekitar 13 titik toilet umum. Sebagian besar menggunakan toilet warga setempat yang disewakan.
Sutantyo menuturkan dengan pengelolaan seadanya, selama ini toilet toilet yang ada memang butuh pembenahan menyeluruh agar sesuai standar yang diharapkan. Ia sering menemui turis mancanegara yang batal menggunakan toilet, karena tak memenuhi standar mereka.
Toilet umum memungkinkan wisatawan mancanegara lebih nyaman untuk membersihkan diri. TEMPO/Pribadi Wicaksono
"Padahal kunjungan wisatawan dalam sehari pas ramai itu bisa 2.000 orang lebih, nah kalau separuhnya mau kencing, antrinya juga jadi lama dengan jumlah toilet yang terbatas itu, " ujar Sutantyo.
Menurut Sutantyo profil turis manca yang paling sering mendominasi kunjungan adalah rombongan asal Belanda. Sekitar 60 persen turis mancanegara yang datang, berasal dari negeri kincir angin itu, "Turis Belanda ke sini rata-rata alasannya ingin nostalgia," ujarnya.
PRIBADI WICAKSONO