Pada 2011, sebelum negara itu jatuh ke dalam kekacauan dan perang, Aleppo adalah kota terbesar Suriah, dengan hampir lima juta penduduk. Saat ini, populasinya diperkirakan kurang dari setengahnya. Tentara Suriah merebut kembali kota itu pada Desember 2016, dan pada tahun-tahun berikutnya, lebih dari setengah juta pengungsi telah kembali ke Aleppo.
Kembali ke kampung halaman pascaperang memang tak mulus. Mereka dibebani oleh kekurangan makanan, obat-obatan, listrik, dan bensin, dan banyak orang Aleppo masih bergantung pada bantuan PBB.
Dengan rencana rekonstruksi di bawah ancaman kekurangan dana, peralatan, dan tenaga kerja terampil, hanya beberapa proyek yang terselesaikan. Masjid Agung Aleppo adalah proyek yang mendesak diselesaikan. Pasalnya nilai kesejarahan masjid yang disebut juga Masjid Agung Umayyah itu, sangatlah tinggi. Masjid itu menyimpan jasad Nabi Zakaria, ayah Nabi Yahya – selain menjadi simbol Islam era Dinasti Umayyah.
Arsitek Sakher Oulabi (kiri) dan Insinyur Tamim Kasmo di halaman Masjid Agung Aleppo. Alex Ray/Atlas Obscura
Direktur proyek dan arsiteknya, Sakher Oulabi, menyebutnya sebagai "proyek restorasi warisan budaya nomor satu" nasional. Ia mengatakan setiap anggota timnya merasakan tanggung jawab yang berat. "Kami semua mengerti bahwa kami melakukan sesuatu yang sangat penting bagi jiwa, kota, dan negara."
Proyek ini didanai oleh yayasan amal yang terkait dengan keluarga Ramzan Kadyrov, penguasa kuat republik Chechnya. Rekonstruksi masjid diawasi oleh Direktorat Jenderal Purbakala dan Museum Suriah, yang disponsori oleh pemerintah Assad.
Pembangunan kembali masjid akan menjadi kontribusi besar bagi regenerasi masyarakat Suriah, kata sejarawan Ross Burns, mantan duta besar Australia untuk Suriah dan penulis Aleppo, A History. "Masjid Agung adalah simbol Aleppo yang sangat penting dan merupakan kebanggaan bagi semua warga Suriah," kata Burns.
Dia mengatakan pemulihan monumen Suriah yang signifikan akan menciptakan pekerjaan lokal, mempromosikan keterampilan yang dibutuhkan untuk rekonstruksi pasca-perang, mendorong kembalinya para pengungsi, dan pada akhirnya meningkatkan industri pariwisata.
Pada 1990-an, kata Burns, Museum Nasional Lebanon "dihidupkan kembali dengan luar biasa" di Beirut, sebagai bagian dari upaya untuk melewati perang saudara negara itu sendiri. "Generasi masa depan Suriah layak untuk mengetahui betapa indahnya masa lalu yang disajikan negara mereka kepada dunia," katanya.
Bagian dalam Masjid Agung Aleppo yang rusak terkena mortir dan bom. Tempo/PRAMONO
Tim pembangunan memang harus bekerja keras. Bahkan Oulabi dan timnya telah menggali ruang bawah tanah Masjid Aleppo, untuk mempelajari bagaimana bangunan itu pertama kali didirikan, antara 1089 dan 1094. Masjid itu dibangun dari blok batu kapur, dihubungkan oleh klem besi dan timah cair. Ini menjaga menara lima lantai tetap utuh hingga 2013.
Aleppo di Masa Lalu
Kawasan Tua Aleppo dulu terkenal karena labirin, masjid, gereja, pemandian umum, dan penginapan dalam radius 13 kilometer. Sebagian besar pasardi Aleppo berasal dari abad ke-14, dan diberi nama sesuai dengan kerajinan dan produk yang mereka pelihara: souk wol, souk tembaga, souk kulit, dan sebagainya.
UNESCO memperkirakan bahwa konflik tersebut menghancurkan sekitar 10 persen dari 500 bangunan bersejarah dan menyebabkan kerusakan sedang hingga parah pada lebih dari setengahnya. Satu bagian dari pasar, Souk al-Saqatiya, baru-baru ini dipulihkan dan dibuka kembali.
Suasana gelaran konser musik klasik di tengah suasana perang di Gereja Katedral Maronite di Kota Tua Aleppo, Suriah, 11 Juli 2017. REUTERS/Omar Sanadiki
Bagi penduduk Old Quarter, Masjid Agung memiliki arti penting di luar agama dan status arsitekturalnya: Masjid itu penting untuk kehidupan sosial kota. Gerbang aula terbuka langsung ke pasar, jelas Kasmo. "Orang-orang akan berbelanja, kemudian berjalan ke masjid untuk berdoa, beristirahat, dan berbicara dengan tetangga mereka sementara anak-anak mereka bermain di halaman."
Pada masa perang, pada akhirnya manusia sangat menghargai perdamaian. Sebagaimana mereka yang sakit menghargai kesehatan. Dan Suriah tak pernah takluk di Aleppo.