Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Begini Campur Tangan UNESCO Menyelamatkan Tenun Bayan

image-gnews
Puluhan pria warga adat Wetu Telu di Bayan berduyun-duyun mendatangi Masjid Kuno di Karang Bayan Timur. Mereka mengenakan kain tenun khusus untuk ritual Maulid Nabi. Foto: Denda Suriasri
Puluhan pria warga adat Wetu Telu di Bayan berduyun-duyun mendatangi Masjid Kuno di Karang Bayan Timur. Mereka mengenakan kain tenun khusus untuk ritual Maulid Nabi. Foto: Denda Suriasri
Iklan

TEMPO.CO, Mataram -  Hari itu, Rabu 13 November 2019 tepatnya setelah gugur kembang waru (selepas salat Ashar atau menjelang matahari tenggelam), puluhan pria warga adat Wetu Telu di Bayan berduyun-duyun mendatangi Masjid Kuno di Dusun Karang Salah, Desa Bayan.

Mereka berasal dari gubuk (dusun) Bayan Timur, Bayan Barat, Karang Salah, Karang Bajo dan sejumlah pengulu adat. Mereka tampak gagah dengan mengenakan sarung tenun untuk ritual adat.

Sarung tenun yang mereka pakai bermotif londong abang yang dilengkapi rambe (rumbai) benang. Mereka juga mengenakan rejasa di bagian pinggang, besapuk (tutup kepala tradisional Sasak) membawa ancak (sajian makanan) untuk dimakan bersama.

Hari itu adalah peringatan Mulud Adat (sebutan Maulid Nabi secara adat budaya Wetu Telu di Bayan). Maulid Nabi yang diperingati secara adat Wetu Telu. Seluruh rangkaian Mulut Adat dihelat di dalam masjid kuno yang berdinding bambu.

Para lelaki tersebut makan secara bersama-sama, mengudap sajian yang terdiri dari nasi yang ditumbuk khusus, urap, ayam campur terong, sate kelapa daging kambing, daging ayam, dan garam.

Sebelum Mulud Adat dilakukan, warga menutu (menumbuk) padi. Perempuan adat Bayan yang menutu dengan mengenakan kain tenun londong abang namun tanpa rambe (rumbai) seperti yang dikenakan laki-laki, namun perempuan mengenakan tutup kepala Jong.

Masjid kuno yang berdinding bambu milik warga adat Wetu Telu, jadi lokasi penyelenggaraan ritual Maulid Adat. TEMPO/Supriyantho Khafid

Motif tenunan Bayan antara lain ada londong abang, lipak (kemben), poleng, jong, bebet anteng, rejasa (untuk dipinggang), kombong (kain kemaliq) hanya dipakai untuk potong rambut anak-anak saat ngurisang.

Langkah UNESCO Melestarikan Tenun Bayan

Nah, 28 November 2019 lalu, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Lombok Utara bekerja sama dengan UNESCO menyelenggarakan Temu Publik dan Pameran Program Pemulihan Pascagempa bagi Penenun.

Sebelumnya, UNESCO memberikan bantuan untuk membangkitkan kembali kehidupan penenun pascagempa bumi. Bupati Lombok Utara Najmul Akhyar menyebutkan para penenun bukan hanya menjadi pelaku ekonomi, ''Tetapi kami menganggap mereka sebagai pahlawan," katanya.

Ia menyiapkan peraturan bupati agar pada hari tertentu menjadikan pakaian adat sebagai bagian dari pakaian kerja, "Bagaimana perkakas budaya bisa bermanfaat tak hanya pada aspek sosial tetapi juga aspek ekonomi," ujarnya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Salah seorang pemuka adat Bayan Raden Asjanom, 80, mengatakan warna-warni kain tenun Bayan merupakan warna turun temurun, yang dominan merah yang diartikan sebagai darah, putih adalah bentuk kesucian, kuning pertanda kesuburan, biru sebagai bentuk perwujudan hujan dan hitam yang menunjukkan kebutuhan hidup sehari-hari.

Perempuan adat Bayan yang menutu padi dengan mengenakan kain tenun londong abang namun tanpa rambe (rumbai). Foto: Denda Suriasri

Kain tenunan adat itu digunakan pada waktu upacara ritual adat, sehingga tidak semuanya bisa digunakan sembarang pada waktu dan tempatnya. Misalnya untuk peringatan Maulid, kemudian Ngaji Makam Ngaturang (kegiatan syukuran) yang setahun sekali dilaksanakan setelah panen.

Seorang pemuka adat lainnya, Rianom, 58, menyebutkan kelengkapan kain tenun untuk ritual adat Wetu Telu, juga berupa sampur sebagai satu kesatuan perangkat adat perempuan. Sedangkan kaum prianya mengenakan sapuk batik di kepala. Tetapi untuk pemangku mengenakan sapuk berwarna hitam dan ''kiyai lebih'' menggunakan sapuk putih.

Denda Suriasari Bayan, 37, selain sebagai salah seorang ketua Kelompok Penenun Jajak Nganter - artinya alat tenun yang tertawa - juga mengusahakan penjualan produksi tenunan Bayan tersebut. Kini, tenun itu menjadi souvenir untuk kegiatan pariwisata. 

"Kami dibina oleh UNESCO untuk menghilangkan trauma," ucapnya. Jajak Nganter tidak menerima bantuan dari UNESCO karena sebelumnya sudah menerimanya dari Pemerintah Kabupaten Lombok Utara.

UNESCO membantu tiga kelompok penenun termasuk Jajak Bayan, Kelompok Petung Bayan dan Kelompok Nina Pacu di Pringgasela Utara Kabupaten Lombok Timur. Bantuannya selain pelatihan keterampilan mendisain motif juga dibantu paket alat tenun gedogan, alat pintal benang, alat tenun setup jajak.

UNESCO melestarikan motif tenun Bayan dengan memberi pelatihan dan bantuan permodalan. Foto: Denda Suriasari

"Bahkan mereka dikirim belajar motif ke India," kata Denda Suriasari. Selain itu mereka juga memperoleh bantuan ruang kerja berukuran 7 x 10 meter.

SUPRIYANTHO KHAFID

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Pekan ini, Venesia Mulai Menerapkan Biaya Masuk untuk Wisatawan Harian

8 jam lalu

Suasanan Venesia di Italia. Unsplash.com/Andreas M
Pekan ini, Venesia Mulai Menerapkan Biaya Masuk untuk Wisatawan Harian

Kamis ini, yang merupakan hari libur di Italia, pengunjung Venesia diharuskan membeli tiket masuk seharga Rp87 ribu. Tidak berlaku untuk tamu hotel.


10 Geopark di Indonesia yang Masuk Jejaring UNESCO, Geopark Kebumen Menyusul?

1 hari lalu

Pengunjung mengibarkan bendera Merah Putih di Taman Wisata Alam (TWA) Ijen Banyuwangi, Jawa Timur, Minggu, 4 Juni 2023. TWA Ijen yang telah ditetapkan sebagai anggota UNESCO Global Geopark (UGG) itu ramai dikunjungi wisatawan domestik dan mancanegara saat liburan. ANTARA FOTO/Budi Candra Setya
10 Geopark di Indonesia yang Masuk Jejaring UNESCO, Geopark Kebumen Menyusul?

Indonesia berpotensi menambah daftar geopark yang masuk jejaring UNESCO


Bamsoet Dukung Fashion Show Kain Tradisional Indonesia di San Polo Italia

1 hari lalu

Bamsoet Dukung Fashion Show Kain Tradisional Indonesia di San Polo Italia

Ketua MPR RI, Bambang Soesatyo atau Bamsoet, mendukung rencana pagelaran fashion show oleh Dian Natalia Assamady bertajuk "Keindahan Karya Kain. Tenun dan Batik Ku Indonesia".


Hari Buku Sedunia Diperingati Setiap 23 April, Apa Saja Hari Penting Tentang Buku dan Literasi?

2 hari lalu

Ilustrasi membaca buku. Dok. Zenius
Hari Buku Sedunia Diperingati Setiap 23 April, Apa Saja Hari Penting Tentang Buku dan Literasi?

Ada sejumlah hati penting tentang buku dan literasi. Di tingkat internasional, ada hari buku sedunia setiap 23 April


11 Fakta Unik Isfahan Iran, Kota Terbaik di Timur Tengah yang Dijuluki "Separuh Dunia"

3 hari lalu

Orang-orang berjalan di Lapangan Naqsh-e Jahan, setelah laporan serangan Israel ke Iran, di Provinsi Isfahan, Iran 19 April 2024. Rasoul Shojaie/IRNA/WANA
11 Fakta Unik Isfahan Iran, Kota Terbaik di Timur Tengah yang Dijuluki "Separuh Dunia"

Isfahan merupakan salah satu tujuan wisata utama dan salah satu kota bersejarah terbesar di Iran.


5 Fakta Geopark Kebumen yang Diusulkan Masuk dalam Jejaring UNESCO

3 hari lalu

Embung Cangkring menjadi salah satu destinasi wisata di Geopark Karangsambung-Karangbolong. Foto: @geoparkkarangsambung
5 Fakta Geopark Kebumen yang Diusulkan Masuk dalam Jejaring UNESCO

Geopark Kebumen diajukan untuk mendapat pengakuan dari UNESCO Global Geopark. Ini 5 keunikannya.


Puluhan Mahasiswa Berkumpul di Yogyakarta Peringati Hari Warisan Dunia

6 hari lalu

Mahasiswa dari tiga kampus yakni Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Universitas Gadjah Mada dan Universitas Tidar Magelang berkumpul di Yogyakarta untuk memperingati Hari Warisan Dunia Kamis 18 April 2024. Dok.istimewa
Puluhan Mahasiswa Berkumpul di Yogyakarta Peringati Hari Warisan Dunia

Tak kurang 80 mahasiswa dari tiga kampus yakni Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Universitas Gadjah Mada dan Universitas Tidar Magelang berkumpul di Yogyakarta pada Kamis 18 April 2024.


18 Geopark di Cina dan Eropa Ditetapkan Sebagai UNESCO Global Geopark Baru

13 hari lalu

Geopark Meteora, Yunani. Unsplash.com/Jason Blackeye
18 Geopark di Cina dan Eropa Ditetapkan Sebagai UNESCO Global Geopark Baru

Geopark apa saja yang termasuk dalam 18 geopark yang ditetapkan sebagai UNESCO Global Geopark baru


Penetapan dan Kriteria UNESCO Global Geopark

13 hari lalu

Panorama kawah di Gunung Ijen, Banyuwangi, Jawa Timur, Minggu, 4 Juni 2023. TWA Ijen yang telah ditetapkan sebagai anggota UNESCO Global Geopark (UGG) itu ramai dikunjungi wisatawan domestik dan mancanegara saat liburan. ANTARA FOTO/Budi Candra Setya
Penetapan dan Kriteria UNESCO Global Geopark

UNESCO Global Geopark merupakan kawasan geografis yang memiliki signifikansi geologi internasional


Rekomendasi 5 Destinasi Wisata Unggul di Labuan Bajo dan Pulau Komodo NTT

17 hari lalu

Pink Beach di Flores, NTT. shutterstock.com
Rekomendasi 5 Destinasi Wisata Unggul di Labuan Bajo dan Pulau Komodo NTT

Mengenal destinasi wisata di Labuan Bajo dan Pulau Komodo, NTT. Berikut 5 rekomendasinya, antara lain Pink Beach dan Pulau Padar.