TEMPO.CO, Nepal - Petualangan kami sudah sampai di gerbang Gunung Everest, Namche Bazaar di ketinggian (3.400 m). Kota ini memiliki fasilitas dan pasar yang nyaris mirip dengan Thamel, meski ia jauh lebih kecil dan berada jauh di ketinggian.
Di pojok-pojok Namche Bazaar para pendaki bisa menemukan outlet alat-alat pendakian dan trekking mulai barang-barang KW hingga merek internasional. Kota gunung ini menyediakan café-café gaya baru dengan ruang yang hangat, internet gratis dan kopi yang enak.
Jangan heran, apabila menemui pendaki dan trekker menenteng laptop di jalur ini. Banyak pendaki dan pencinta Everest menghabiskan waktu berminggu-minggu, tinggal di kota ini. Ada suasana yang khas: terpencil sekaligus ramai, tinggi tapi serba berkecukupan.
Para trekker, biasanya tinggal dua malam di Namche Bazzar. Di hari pertama, saat fajar, dengan berjalan 30 menit dari Namche, ada sebuah tempat terbuka (view point) di ketinggian 3.500m yang dijadikan monumen penghormatan untuk Tenzing Norgay (Tenzing Memorial). Dari sini puncak-puncak sekitar Everest seperti Thamserku, Ama Dablam, Taboche, Nuptse dan pucuk Everest nampak.
Dari tempat ini, trekkers biasanya pulang kembali ke tea house untuk sarapan. Setelah sarapan, dilanjutkan dengan perjalanan aklimatisasi ke sebuah tempat yang disebut dengan Everest View Hotel di ketinggian 3.880m. Untuk mencapai tempat ini, diperlukan waktu sekitar 4 jam. Kami mendaki bukit-bukit dengan akhir sebuah jalur yang merupakan tebing memanjang setinggi ratusan meter.
Dari Pakdhing perjalanan dilanjutkan ke kota yang paling menarik di kawasan Khumbu yakni Namche Bazar (3.400m). Robertus Robet
Dari perbukitan itu, kami turun dan mampir ke tempat bernama Khumjung (3780m). Di area itu terdapat sebuah Monastery (Kuil dan Asrama) Buddha besar dan sebuah kompleks sekolah yang didirikan oleh Edmund Hillary. Bersebelahan dengan Khumjung ada desa bernama Kunde dengan Monastery besaryang menempel di dinding bukit, di Kunde keluarga Tenzing Norgay kini bertempat tinggal. Dari Khumjung yang penuh kabut, kami turun kembali ke Namche Bazar.
Climb High, Sleep Low
Tidak ada gunung yang tidak berbahaya. Meski judulnya ‘hanya trekking ke Base Camp Everest’, bukan berarti risiko dan bahaya tidak ada di sini. Bahaya pertama datang dari jalur yang terjal dan curam, yang apabila ceroboh akan berakibat fatal.
Kedua, meski kami hanya menuju base camp, namun berada di ketinggian yang cukup ekstrim di atas 3.000 m selama berhari-hari dengan risiko penyakit ketinggian (AMS/Accute Mountain Sickness). Ketiga, di sepanjang jalur ini Anda tidak akan menemukan klinik, dokter apalagi rumah sakit. Lecet di ujung kaki dan keseleo kecil sudah pasti akan menamatkan perjalanan. Jadi Anda harus ekstra hati-hati.
Aklimatisasi wajib dilakukan, terutama apabila menjelajahi ketinggian di atas 3.000m. AMS biasanya dimulai dengan gejala ringan: sakit kepala, mual, hilang nafsu makan, sesak dan sulit tidur. Sementara gejala AMS yang lebih berat: sakit kepala, muntah-muntah dan kehilangan kesadaran. Dalam tingkat yang parah AMS mematikan!
AMS bisa dicegah dengan mendaki secara perlahan dan teratur seusai dengan ritme, banyak minum, asupan kalori cukup dan yang utama adalah aklimatisasi: climb high sleep low. Itulah mengapa dari Namche, kami diminta untuk naik ke Everest View Hotel, untuk kemudian turun dan balik lagi ke Namche yang berada 400 m di bawahnya.
Foto: Robertus Robet
Untuk mencegah AMS, biasanya Pendaki atau trekker disarankan untuk naik tidak melebihi 300-500m per hari. Dalam istilah para porter dan pemandu, semua gunung di Nepal bisa didaki asal slowly-slowly but continue! ROBERTUS ROBET