TEMPO.CO, Jakarta - Pulau Timor menyimpan beragam pesona wisata. Lautnya indah. Pulau ini berada di perbatasan Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dan negara Timor Leste, yang terkenal dengan lanskap hutan dan savana.
Inilah yang menarik minat travel blogger, Satya Winnie untuk menjelajahi pulau itu. Memasuki masa liburan tahun baru, Satya Winnie ingin ke Pulau Timor, NTT, "Rencana, 18 Desember sampai pertengahan Januari, ingin satu bulan eksplorasi area Pulau Timor," katanya kepada TEMPO, Sabtu, 23 November 2019.
Sementara ini, Satya Winnie masih merencanakan bepergian sendirian atau solo trip. Namun, ucap dia, memungkinkan pula untuk pergi bersama satu orang teman. "Saya ingin road trip naik sepeda motor berkeliling kampung-kampung terpencil di Pulau Timor," tuturnya.
Warga Suku Boti menyiapkan peringatan meninggalnya ibu Raja di Desa Boti di kecamatan Kie, Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur, 4 Oktober 2018. Suku Boti merupakan keturunan dari suku asli Pulau Timor, Atoni Metu. TEMPO/ Nita Dian
Sebenarnya, kata Satya, sudah beberapa kali ia melakukan perjalanan dengan tema roadtrip alias blusukan dengan sepeda motor. Sekali dalam setahun, ia melakukan perjalanan semacam itu. Pemilihan destinasi di Pulau Timor pun menyesuaikan aktivitas dirinya, yang pada Desember nanti sedang bekerja di Bali, "Cari destinasi yang tidak terlalu jauh dari Bali," katanya.
Namun bukan cuma soal jarak saja. Ada pengalaman yang ingin dirasakannya ketika roadtrip di Pulau Timor. "Aku mau mengulik sisi kehidupan sehari-hari masyarakat Timor dan tradisi mereka merayakan hari besar (Natal dan tahun baru)," ujarnya.
Soal bujet, Satya Winnie belum membuat perincian. "Pola pengeluaran sih yang umum pastinya, transportasi, akomodasi, biaya masuk destinasi wisata, makan minum, biaya tak terduga," tuturnya.
Ihwal perencanaan itu barang bawaan menyesuaikan destinasi yang dikunjungi. Satya Winnie juga berbagi kiat bepergian secara roadtrip, "Ketika roadtrip naik (sepeda) motor pasti saya akan bawa baju seadanya dalam ransel, lengkap dengan rain cover," ucapnya. "Sebisanya tidak terlalu banyak."
Satya Winnie menceritakan, dulu ia pernah beranggapan untuk menghindari liburan saat tahun baru. Alasannya, karena harga tiket untuk transportasi dan akomodasi cenderung mahal. Waktu itu, ia memilih untuk mengisi momentum tahun baru bersama keluarga di rumah.
Kain tenun Suku Boti di Desa Boti di kecamatan Kie, Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur, 5 Oktober 2018. Suku Boti merupakan keturunan dari suku asli pulau Timor, Atoni Metu. TEMPO/ Nita Dian
Namun beberapa tahun belakangan, Satya Winnie ingin mengeksplorasi liburan mengunjungi destinasi yang tidak populer. "Destinasi yang mungkin jarang diketahui orang, agar saya tetap bisa menikmati perjalanan tanpa berjejalan dengan wisatawan lain," tuturnya.
Ada hal yang membuat kesan dalam dirinya terkait cara liburan tahun baru semacam itu. "Di satu sisi, senang juga bisa melihat pergantian tahun dirayakan di berbagai daerah," katanya.