TEMPO.CO, Taliwang - Festival Taliwang menjadi daya tarik wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Sumbawa Barat, pada Rabu (20/11). Festival Taliwang 2019, berbeda dibanding tahun-tahun sebelumnya. Pada perhelatan yang di Bentiu Taliwang itu, Eko Supriyanto alias Eko Pece, menyutradarai tari kolosal di atas lumpur.
Eko menampilkan empat tarian: tari barapan kebo, kolong, benteng berinas, dan kareng. Seluruhnya dibawakan di area berlumpur.
Secara filosofi, tari barapan kebo menggambarkan semangat, kekuatan, dan kelincahan karakter kerbau. Tarian ini memungkinkan penarinya mengeksplorasi gerakan. Sementara tari kolong dibawakan oleh 50 penari wanita.
Pesannya, mengenai memelihara lingkungan untuk melestarikan dan menjaga air, yang berfungsi sebagai sumber kehidupan. Di sini, penari dituntut untuk mengeksplorasi gerakan dengan gentong sebagai medianya.
Tari barapan kebo menggambarkan semangat, kekuatan, dan kelincahan karakter kerbau. Dok. Kemenparekraf
Pesan lain juga diberikan tari kareng yang menjadi representasi semangat dalam mencapai tujuan. Visualisasi yang ditampilkan berupa kareng, alat pengolah tanah khas masyarakat Sumbawa.
Tarian ini hakikatnya menggunakan kerbau sebagai inspirasi. Spirit kerbau itu luar biasa dan dengan kekuatan yang dimilikinya, bisa memiliki banyak fungsi. Namun pesan utama dalam empat tarian tersebut, adalah tradisi yang bersahabat dengan alam terus berlanjut.
Empat tarian Pesona Lumpur Taliwang yang ditampilkan ini adalah kearifan lokal masyarakat Sumbawa Barat yang masih ada dan dikembangkan. Gerakan tariannya autentik lokal. Tidak ada efek pengaruh gerakan tarian dari wilayah lain di nusantara. "Sehingga diharapkan tahun depan bisa tampil sempurna di Calender Of Event," kata Eko dari Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta yang menangani pagelaran tersebut. Eko adalah koreografer perhelatan Asian Games 2019 di Jakarta.
Menurutnya Eko, pagelaran tarian di area berlumpur baginya adalah yang pertama kali, dan kemasannya dibuat artistik. Tahun 2020 mendatang, Festival Taliwang masuk dalam Calendar of Event Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf).
Dalam kesempatan yang sama, Asisten Deputi Pengembangan Pemasaran I Regional III Kemenparekraf Muh. Ricky Fauziyani menilai, perhelatan festival Taliwang 2019 semakin artistik dengan konten Pesona Lumpur Taliwang. Konsep dan kemasannya sangat menginspirasi. Dasar inspirasinya aktivitas keseharian dan budaya turun-temurun masyarakat Sumbawa. "Semoga wisatawan bisa memotret budaya di sana secara utuh, dan menikmatinya," ujar Ricky.
Dalam Festival Taliwang Eko Supriyanto menampilkan empat tarian: tari barapan kebo, kolong, benteng berinas, dan kareng. Dok. Kemenparekraf
Dalam acara tersebut, memang tidak hanya tariannya yang menarik perhatian, orkestrasi musiknya juga unik. Ada elaborasi unsur bunyi, tempo, dan kekuatan vokal hingga memunculkan harmoni. Warna musik ini dihasilkan dari sakeco, serunai, kendang bambu, juga rampak gong gendang. Untuk sakeco menjadi tutur Sumbawa dengan inspirasi alam. Nasehat yang menjaga harmoni manusia dengan alam sekaligus posisinya yang bermartabat.
Musik etniknya juga semakin berwarna dengan saketa, luapan kegembiraan sembari mengumandangkan Lawas. Di sela-sela lengkingan suaranya ada ‘backsound’ ho-ham-ho-ham-ho-ham.
Bila warga menjaga kelestarian budaya tersebut, beragam kearifan lokal akan terus hidup di dalam masyarakat Sumbawa. Keberadaannya tentu menjadi potensi besar bagi pariwisata Sumbawa. ''Pemanfaatannya bisa mendatangkan kesejahteraan bagi masyarakat,” kata Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kemenparekraf Rizki Handayani.
Seluruh tarian yang ditampilkan dalam Festival Taliwang 2019, sarat dengan pesan-pesan pelestarian alam. Dok. Kemenparekraf
Rizki Handayani menilai Festival Taliwang ini secara otomatis menaikan daya tawar pariwisata Sumbawa. "Kami berharap sukses festivalnya, dan menjadi lebih spektakuler lagi di tahun 2020," katanya.
SUPRIYANTHO KHAFID