Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Batik Fashion Fair, Gerakan Melawan Fast Fashion

Reporter

Editor

Ludhy Cahyana

image-gnews
Perajin menjemur kain batik di industri batik rumahan di Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, Rabu 19 Juni 2019. Menurut salah seorang perajin, permintaan seragam batik sekolah untuk tahun ajaran baru meningkat sebesar sekitar 25 persen daripada hari biasa, dengan harga jual kain batik berkisar Rp25.000 per meter. ANTARA FOTO/Harviyan Perdana Putra
Perajin menjemur kain batik di industri batik rumahan di Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, Rabu 19 Juni 2019. Menurut salah seorang perajin, permintaan seragam batik sekolah untuk tahun ajaran baru meningkat sebesar sekitar 25 persen daripada hari biasa, dengan harga jual kain batik berkisar Rp25.000 per meter. ANTARA FOTO/Harviyan Perdana Putra
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Perhelatan Batik Fashion Fair 2019 menginjak tahun keempat. Debindo Mitra Tama bekerja sama dengan asosiasi-asosiasi di bidang fashion, bakal menampilkan tema besar suistanable fashion. Pameran batik di pengujung tahun itu digelar di Grand City Surabaya, 27 November-1 Desember. Pameran ini tak hanya menampilkan batik, namun juga kain tenun, aksesoris, dan berbagai pernak-pernik fashion.

“Industri fashion nasional harus memulai suistanable fashion, karena kita dituduh negara-negara lain sebagai penyumbang sampah tekstil terbesar. Padahal merekalah yang mengirim sampah tekstil kemari dengan harga murah, lalu kita semua dengan senang hati membelinya,” ujar Dibya Hody dari Indonesian Fashion Chamber (IFC).

Hal tersebut dikemukakan Dibya dalam konferensi pers Batik Fashion Fair 2019, di Hotel Kepi, Surabaya, Rabu (20/11). Dibya menyoroti, tekstil Indonesia sebenarnya telah ramah lingkungan sejak dulu kala. Bahkan nenek moyang mengajari, bagaimana kain tenun dan batik dibuat dari bahan-bahan alami, yang larut dan diserap alam saat dibuang.

Nenek Panggau memintal benang untuk bahan kain tenun ikat Toraja di Tongkonan Tobaran, Saddan, Toraja Utara, Sulawesi Selatan, 2 Januari 2018. Nenek Panggau yang telah berusia 90 tahun, merupakan satu-satunya generasi kedua pemintal benang di desa Saddan yang masih tersisa sebagai pengrajin tenun ikat khas Toraja. Foto: Iqbal lubis

“Saat ini batik printing, baju murah, dan plastik membanjiri industri tekstil. Harus ada penyadaran terhadap para pelaku,” ujarnya. Sejatinya, Kementerian Perdagangan telah melarang impor pakaian bekas melalui Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 51/M-DAG/PER/7/2015 tentang Larangan Impor Pakaian Bekas. Selain merusak industri dalam negeri, pakaian bekas terbuat dari polyester (polister), serat kain yang dibuat dari minyak bumi, yang juga menjadi bahan baku plastik.

Dibya mengingatkan, yang berbahaya dari plastik adalah debunya. Bila terhirup atau dibuang di sungai dan dimakan ikan, lalu dikonsumsi manusia, artinya ada jejak plastic dalam tubuh, “Butuh waktu 200 tahun untuk bisa terurai. Maka tak aneh sekarang penyakit seperti kanker sangat banyak ditemukan,” papar Dibya.

Ia mengingatkan sudah saatnya industri fashion tampil dengan fashion yang berkelanjutan dan sebisa mungkin zero waste alias tanpa sampah. Sisa-sisa tekstil pun bisa dimanfaatkan.

Senada dengan Dibya, Siska Sumartono dari Perkumpulan Pengusaha Bordir Jawa Timur (Persadir) mengemukakan, bahwa gaya hidup fast fashion dengan membeli tekstil murah membuat industri tekstil berprilaku tak ramah lingkungan, “Sesuatu yang murah, selalu ada yang dikorbankan. Anda membeli baju Rp70.000 tentu bahannya dari polister. Baju murah tentu cepat lari dan cepat pula rusak, yang akhirnya dibuang,” ujar Siska.

Prilaku konsumen yang terus menerus membeli baju murah, tentu menguntungkan pabrik yang juga terus berproduksi karena laris. Bisa dibayangkan kuantitas limbahnya.

Ia mencontohkan, batik printing yang bahannya dari polister bila dibandingkan dengan batik cap atau batik tulis, “Jelas lebih ramah lingkungan,” ujarnya. Siska mengatakan, konsumen bisa memulai gerakan ramah lingkungan dengan memodifikasi kembali baju-baju di lemari mereka. “Baju yang tak dipakai lagi bisa dimodifikasi agar tampil trendi lagi,” paparnya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dwi (35 tahun, kanan) mengukur lempengan tembaga yang akan dipotong dan dirakit menjadi stempel tembaga untuk batik di Kampung Jongke, Kecamatan Laweyan, Solo, Jawa Tengah, Senin (18/3). Para pengrajin mengakui permasalahan utama adalah semakin berkurangnya minat generasi muda meneruskan kerajinan berbahan tembaga yang rumit namun dibayar minim ini. TEMPO/Suryo Wibowo

Pada Batik Fashion Fair 2019, Persadir berencana mengadakan talkshow dan workshop memodifikasi pakaian lama, agar tampil baru lagi, “Limbah kain tenun dan batik, bisa dimanfaatkan untuk membuat aksesoris,” imbunya lagi.

Dengan demikian suistanable fashion tak hanya dilakukan dalam skala industri, tetapi juga skala individu. Sampah tekstil sama mengkhawatirkannya dengan sampah plastik, sehingga suistanable fashion sangat penting.

Meraup Segala Segmen

Suistanable fashion tak selalu mahal,” ujar Direktur Debindo Mediatama Budiono. Ia meyakinkan hal tersebut akan ada dalam Batik Fashion Fair. Batik dan kain tenun yang mahal berharga jutaan akan tampil dalam perhelatan itu, namun Budi juga mengingatkan batik tulis dan cap dengan harga seratusan ribu juga tampil.

Dengan demikian masyarakat bisa memilih produk tekstil, dari sisi harga, kualitas, hingga model. Dengan demikian, citra batik mahal bisa terbantahkan. Selama ini ada anggapan batik tulis itu mahal.

Siska Sumartono (ketiga dari kiri) menunjukkan pakaian yang dimodifikasi dari baju lama, agar tambil modis. Persadir akan hadir memberi workshop dan takshow mengenai suitanable fashion dalam Batik Fashion Fair yang digelar Debindo Mediatama, 27 November-1 Desember di Grand City Surabaya. TEMPO/Ludhy Cahyana

“Jadi citra pameran batik di Grand City tak sepenuhnya benar. Dengan menggunakan batik cap dan tulis, serta produk tenun, warga bisa berpartisipasi dalam gerakan suistanable fashion,” ujar Budi.

Sebagai penyelenggara, Debindo Mitratama, juga memiliki tanggung jawab mendukung gerakan fashion yang berkelanjutan. Dengan memberi ruang kepada asosiasi, dalam mensosialisasikan produk tekstil atau fashion yang ramah lingkungan.  

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Bamsoet Dukung Fashion Show Kain Tradisional Indonesia di San Polo Italia

3 jam lalu

Bamsoet Dukung Fashion Show Kain Tradisional Indonesia di San Polo Italia

Ketua MPR RI, Bambang Soesatyo atau Bamsoet, mendukung rencana pagelaran fashion show oleh Dian Natalia Assamady bertajuk "Keindahan Karya Kain. Tenun dan Batik Ku Indonesia".


Buka Rakernis di Surabaya, Kadiv Humas Polri: Kepercayaan Masyarakat adalah Harga Mati

16 jam lalu

Kadiv Humas Polri Irjen Sandi Nugroho. (foto: humas polri)
Buka Rakernis di Surabaya, Kadiv Humas Polri: Kepercayaan Masyarakat adalah Harga Mati

Kadiv Humas Polri Irjen Sandi Nugroho mengatakan, ke depan bakal banyak tantangan yang akan dihadapi polisi dan masyarakat.


Rekomendasi Hotel Bintang 5 di Surabaya

1 hari lalu

Rekomendasi Hotel Bintang 5 di Surabaya

Surabaya sering kali menjadi tujuan utama bagi para wisatawan. Dalam mencari tempat menginap yang sempurna, hotel bintang 5 bisa menjadi pilihan yang tepat untuk mendapatkan pengalaman menginap yang nyaman dan mewah.


Sri Mulyani Pakai Kain Batik pada Hari Terakhir di Washington, Hadiri 3 Pertemuan Bilateral

1 hari lalu

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati melakukan pertemuan bilateral dengan Managing Director International Finance Corporation (IFC) Makhtar Diop di Washington DC, Amerika Serikat, Ahad, 21 April 2024. Sumber: Instagram @smindrawati
Sri Mulyani Pakai Kain Batik pada Hari Terakhir di Washington, Hadiri 3 Pertemuan Bilateral

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengenakan kain batik pada hari terakhirnya di Washington DC, Amerika Serikat, 21 April kemarin.


Jangan Lupakan 7 Destinasi Wisata Semarang, Kota Lama sampai Mangrove Edu Park

4 hari lalu

Sejumlah remaja perwakilan dari berbagai daerah berjalan dengan mengenakan busana kolaborasi kebaya, adat, dan batik saat mengikuti pagelaran fesyen Batik Specta Nusantara di Kawasan Cagar Budaya Nasional Kota Lama Semarang, Jawa Tengah, Sabtu 1 Oktober 2022.  Pagelaran fesyen yang menampilkan 1.000 busana batik nusantara itu sebagai upaya Pemerintah Kota Semarang mendukung Gerakan Peningkatan Produk Dalam Negeri (P3DN) sekaligus dalam rangka menyambut Hari Batik Nasional. ANTARA FOTO/Aji Styawan
Jangan Lupakan 7 Destinasi Wisata Semarang, Kota Lama sampai Mangrove Edu Park

Kota Lama Semarang hingga Taman Lele, Semarang tak pernah kehabisan destinasi wisata.


Risma Memberikan Kuliah Umum di Universitat Hamburg Jerman

5 hari lalu

Risma Memberikan Kuliah Umum di Universitat Hamburg Jerman

Menteri Sosial, Tri Rismaharini, mendapat sambutan hangat saat memberikan kuliah umum di Asien-Afrika Institut, Universitt Hamburg, Jerman.


Ahmad Dhani Dinilai Menjadi Lawan Berat Eri Cahyadi di Pilkada Surabaya

16 hari lalu

Musisi Ahmad Dhani menghibur penonton saat tampil pada BNI Loud Fest di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta, Minggu 23 Juli 2023. Dalam BNI Loud Fest Vol.2 2023 tersebut group musik Dewa 19 feat Ari Lasso membawakan sejumlah lagu di antaranya Roman Picisan, Pupus dan Kangen. ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha
Ahmad Dhani Dinilai Menjadi Lawan Berat Eri Cahyadi di Pilkada Surabaya

Meski Eri Cahyadi telah menyatakan bakal maju lagi, namun bakal seru jika Gerindra mendorong Ahmad Dhani untuk berkompetisi di Kota Pahlawan.


PNM Berikan Pelatihan Batik Ecoprint kepada Nasabah

29 hari lalu

PNM Berikan Pelatihan Batik Ecoprint kepada Nasabah

PT Permodalan Nasional Madani (PNM) mengadakan pelatihan untuk membantu pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) para nasabah.


Dampak Gempa Tuban, Sekolah hingga Rumah Sakit Rusak di Gresik, Surabaya, Madura sampai Pulau Bawean

31 hari lalu

Sejumlah pasien yang dievakuasi keluar ruangan tetap mendapatkan perawatan medis di halaman RS Universitas Airlangga, Surabaya, Jawa Timur, Jumat 22 Maret 2024. Pihak rumah sakit mengevakuasi sejumlah pasien ke luar gedung setelah terjadinya gempa bumi susulan yang berpusat 130 kilometer timur laut Kabupaten Tuban, Jawa Timur dan berdampak di Surabaya. ANTARA FOTO/Didik Suhartono
Dampak Gempa Tuban, Sekolah hingga Rumah Sakit Rusak di Gresik, Surabaya, Madura sampai Pulau Bawean

Gempa Tuban berikut gempa susulan hingga terjadi 32 kali. Berikut dampaknya hingga Madura, Gresik, Surabaya, dan Pulau Bawean.


Kampung Karangkajen Yogyakarta Dipromosikan Sebagai Kampung Religius, Ini Daya Tariknya

31 hari lalu

Batik Ecoprint dari Kampung Brontokusuman Karangkajen Yogyakarta. Tempo/Pribadi Wicaksono
Kampung Karangkajen Yogyakarta Dipromosikan Sebagai Kampung Religius, Ini Daya Tariknya

Kampung Karangkajen Kecamatan Mergangsan Kota Yogyakarta dikenalkan sebagai Kampung Religius jelang Ramadhan atau awal Maret 2024 ini.