Di sebelahnya, terdapat Kelompok Ternak Bebek Mong Gelemong. Menurut Sabar, Ketua Kelompok Ternak Mong Gelemong, terdapat 15 orang peternak yang memelihara sekitar 3.000 ekor bebek. Setiap harinya, ada 1.500 bebek yang siap bertelur sehingga menghasilkan 1.000-an butir telur. Ada yang dijual tanpa diasinkan terlebih dahulu. Harga telur bebek di sana Rp2.500 per butir dan yang telah diasinkan Rp3.000 - Rp3.500. “Telur asin Dasan Cermen sudah dikenal terbaik di Mataram,” ucapnya.
Sabar sendiri memiliki 200 ekor bebek dan yang aktif bertelur 100 ekor. "Hasilnya cukup menghidupi keluarga," kata Sabar. Peternak bebek di sana memberikan makan bebek-bebeknya dengan roti dan ikan sapu-sapu alias empak kapal. Kemudian dicampur ganggang sehingga menghasilkan telur yang kuning telurnya bagus: berwarna kemerahan atau tidak pucat (keputihan).
Di sebelahnya juga terdapat kelompok ternak ayam Istiqomah. Anggotanya 16 orang yang pekerjaan tetapnya sebagai tukang bangunan. Mereka memelihara ayam pedaging, ayam petelur dan ayam betet (ayam untuk aduan).
Kamarudin, ketua Istiqomah, yang tamatan SMK 1995 jurusan anyaman bambu rotan memiliki 120 ekor, “Saya pelihara ayam kampung super persilangan bangkok dan kampung untuk pedaging, pembibitan dan petelur,” ucapnya.
Di seberang budi daya ternak tersebut, juga terdapat kolam renang mini ukuran delapan kali empat meter dan dua kali empat meter. Kolam renang ini dibangun oleh pasangan suami istri Siaful Bahri dan Sitti Sumiati yang kesehatiannya membuka kios pancing dan kebutuhan sembako.
Ide membangun kolam renang itu, setelah melihat tetangganya membuka persewaan kolam plastik anak-anak. "Waktu itu, anak-anak di sini antre untuk bermain di kolam mini ukuran semeter tersebut," kata SaifulBahri.
Mereka membangun kolam renang bermodal pinjaman dari BRI Syariah sebanyak Rp 100 juta. Dari tiket kolam renang mini, mereka mendapatkan Rp500.000 perhari. Uang itu mereka sisihkan untuk mengangsur pinjaman sebulan Rp3 juta, selama empat tahun.
Budidaya lele di lahan sempit beromset ratusan juta per tahun milik warga Dasan Cermen. TEMPO/Supriyantho Khafid
Sementara di sebelah Pasar Ten Ten, terdapat petak-petak kolam budidaya ikan lele. Menurut Penyuluh Perikanan Wiwik Susanti menyebutkan, ada 32 orang pemilik kolam yang menjadi anggota Pado Girang, “Mereka melakukan budi daya lele,” katanya.
Mereka memiliki omset penjualan setahun Rp 285 juta, dengan memanfaatkan petak kolam kecil dari lahan menganggur seluas 50 are milik wakaf Masjid Islahukdin. “Setahun sewanya Rp 10 juta,” kata Bendahara Masjid Islahudin Haji Ahmad Sobri.
Dasan Cermen ini menjadi contoh nyata, kerja sama pemerintah dan swasta dalam membangun desa wisata. Warga bisa membuka lapangan kerja, sementara wisatawan mengagumi budaya mereka.
SUPRIYANTHO KHAFID