TEMPO.CO, Jakarta - Profesi sebagai pemandu wisata atau pramuwisata independen cukup diminati karena pengaruh media sosial. Namun, lain masa beda pula cara seorang pramuwisata dalam bekerja dan meningkatkan kemampuannya.
"Kalau menjual jasa tur enggak boleh gagap teknologi dengan Instagram, YouTube," kata pendiri Wisata Kreatif Jakarta Ira Lathief, saat berbagi kiat dalam acara Tour Guide 4.0, Jakarta Pusat, Senin, 18 November 2019.
Ira sudah lebih dari 10 tahun menjadi pramuwisata di Jakarta. Menurut dia, saat ini pemandu wisata juga harus lebih berkembang pengetahuannya tentang media sosial.
"Karena, sekarang traveler (pelancong) kalau mau ke mana-mana itu cari rekomendasinya melihat blog, Instagram," tuturnya.
Sebab itulah, pemandu tak bisa melulu bergantung dengan agen jasa perjalanan wisata untuk mendapatkan pekerjaan, "Makanya guide (pemandu) mempromosikan diri lewat media sosial sebagai storyteller (penutur cerita)," ucapnya.
Selain melek teknologi, menurut Ira seorang pemandu wisata harus paham banyak sudut pandang. Bahkan, perlu pula saat memiliki waktu luang, pemandu ikut sebagai peserta dalam tur terbuka (open trip).
Seorang pemandu wisata menerangkan kepada wisatawan mencanegara tentang Gereja Katedral jelang perayaan Natal di gereja tersebut, Jakarta, 23 Desember 2017. ANTARA/Sigid Kurniawan
"Itu manfaatnya membuka wawasan. Pemandu juga menjadi peserta tur untuk memahami sudut pandang lain yang bagus," katanya.
Bila memiliki kebiasaan itu, maka bermunculan pula ide untuk mengembangkan kreasi wisata, "Jangan takut memulai spesialisasi baru. Misalnya kuliner itu bisa menjadi pintu masuk memperkenalkan sejarah tempat tertentu," tuturnya.