TEMPO.CO, Batam - Batam memiliki koleksi pantai yang indah sekaligus beragam. Wisatawan bisa memilih, pemandangan gugusan pulau, Singapura, atau Jembatan Barelang yang megah itu. Salah satu pantai yang memiliki potensi wisata bahari, adalah Pantai Tanjung Pinggir di Kota Batam.
Pantai ini berada di kawasan Sekupang, Kota Batam. Bila tak sedang musim kabut asap, gedung-gedung di Singapura terlihat jelas, bahkan Marina Bay Sands sekalipun. Saat TEMPO bertandang di pantai itu pada Sabtu, 2 November 2019, gedung-gedung itu tampak samar, meskipun Pantai Tanjungpinggir tetap menawan.
Pantai Tanjungpinggir dikepung bebatuan, namun pantainya yang kecoklatan masih sangat leluasa untuk digunakan bermain atau berjalan-jalan di pinggirnya. Namun, sayang Pantai Tanjungpinggir seperti tidak dirawat dengan baik. Rumput-rumput ilalang tumbuh tidak teratur. Bahkan sudah ada yang setinggi lutut, menyambut pengunjung.
Begitu juga sampah-sampah berserakan di bibir pantai. Mulai dari sampah plastik hingga dedaunan yang berguguran. Meskipun tong sampah tersedia di kawasan pantai tersebut, namun seolah tidak dimanfaatkan. Begitu juga bangunan yang terdapat di kawasan tersebut tidak tertata dengan rapi.
Meskipun kondisi pantai tidak tertata baik, pengunjung harus membayar retribusi Rp5.000 per orang. Sementara untuk parkir sepeda motor Rp5.000. Budi (35), salah seorang pengunjung mengatakan, sudah lama tidak mengunjungi Pantai Tanjungpinggir, meskipun dirinya kerja dan tinggal bersama keluarga di sekitar kawasan itu.
Budi mengaku merasakan perbedaan Pantai Tanjungpinggir yang dulu dan sekarang. Beberapa tahun lalu kondisi Tanjungpinggir masih asri dan terawat. Bahkan ia bercerita dahulu masih ada permainan Banana Boat begitu juga permainan hiburan lainnya. "Sekarang tidak seperti dulu lagi," ujar Budi kepada TEMPO, ketika menemani keluarganya berenang di tepi pantai.
Ia melanjutkan, seharusnya pantai tersebut dirawat dengan baik oleh pemerintah setempat. "Kita nggak taulah kok nggak dirawat, padahal pantai ini terbaik karena berdekatan dengan Singapura," kata Budi.
Begitu juga yang dirasakan Andi (37) salah seorang pedagang es di kawasan tersebut. Ia mengatakan, dibandingkan beberapa tahun lalu memang kondisi Tanjungpinggir memprihatinkan.
Pantai Tanjungpinggir dikelola oleh warga yang tak memperhatikan kearifan lokal, kebersihan, dan kenyamanan. Sementara Pemerintah Kota Batam mengabaikannya. TEMPO/Yogi Eka Sahputra
Meskipun, kondisi pantai tidak sebagus beberapa tahun lalu, pengunjung tetap berbondong-bondong ke Tanjungpinggir, “Paling ramai weekend, Minggu dan Sabtu," katanya. Satu hari, sebagai pedagang, Andi harus membayar kontribusi Rp25.000 setiap hari, sedangkan kalau pengunjung pantai ramai, ia bahkan harus membayar ke warga setempat Rp75.000.
Kawasan pantai ini juga memiliki warung sekadar untuk mengisi perut. Sedangkan untuk membilas tubuh, pengunjung harus membayar Rp3.000 per ember. Untuk keperluan hajat, membayar Rp1.000 hingga Rp2.000. Dengan pemandangan Singapura di batas cakrawala, Pantai Tanjungpinggir memiliki potensi wisata yang besar.
Sayangnya, dikelola oleh warga yang tak memperhatikan kearifan lokal, kebersihan, dan kenyamanan. Sementara Pemerintah Kota Batam mengabaikannya.
YOGI EKA SAHPUTRA